Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.
Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.
Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#11
Pagi itu, matahari bersinar cerah dan mengisi rumah dengan cahaya yang hangat. Asha membuka korden jendela dan membiarkan sinar matahari masuk ke dalam kamar. Menengok suaminya yang masih tertidur pulas, dengan cahaya sinar pagi yang menyorot wajahnya. 'teryata begitu indah hidup berumah tangga itu.'
" Mas, sudah pagi. Kamu belum sholat subuh loh. Ko tidur terus. Mas." Asha menggoyang goyangkan badan Fajar dan membelai rambut depannya. "Mas. Sholat subuh dulu. Ayo ! Bangun."
Yang dia dapat malah, ucapan yang tak menyenangkan. " Berisik ! Iya, entar !"
" Kalau entar. Sinar matahari sudah terlihat Mas. Subuhnya entar ketinggalan."
" Kamu berisik banget. Ini kan hari libur !"
" Astaghfirullah," Asha terperanjat kaget mendengarnya.
Bentakkan itu membuat Asha termangu. Sebelumnya dia tak pernah mendengar perkataan Fajar dengan nada tinggi seperti itu.
Fajar sadar akan perlakuannya kepada Asha. " Maaf ya. Mas minta maaf. Bukan maksud Mas buat bentak kamu," sesalnya
Asha beranjak dari tempat tidurnya dan memundurkan langkahnya, tak ingin Fajar menyentuhnya saat dia marah. Dia merasa Fajar tak menghargai dirinya dan tak peduli perasaanya. Asha berharap bahwa Fajar bisa berbicara dengan lebih sopan tak membuatnya merasa tak dihargai.
" Asha, maafin Mas ya. Maafin." Fajar mencoba menggapai tangan Asha yang disembunyikan di belakang pinggang.
Karena desakkan Fajar, tubuh Asha membentur dinding dan membuatnya terhenti sejenak. Fajar kemudian mendekati Asha. Wajah yang sebelumnya terlihat marah kini berubah menjadi lembut.
Dan di saat mendekat, Asha bisa merasakan napas Fajar di kulitnya. Asha tiba tiba menjadi gugup tak tahu apa yang akan dilakukan Fajar selanjutnya. Namun, alih alih marah atau menyakiti, Fajar malah mencium kening Asha dengan lembut.
Asha terkejut sekaligus terharu melihat Fajar yang tiba tiba lembut dan penuh kasih. "Maafkan aku sayang," kata Fajar dengan suara lembut, sambil masih memegang wajah Asha. " Aku tidak berniat marah sama kamu. Malah kamu membuatku tambah gairah."
" Ih, apaan sih Mas."
" Kan semalam kita belum melakukan apa apa ... Sekarang waktu yang tepat," desah Fajar ke telinga Asha yang membuatnya gemetar.
Secara tiba tiba tubuh Asha di angkat ke depan. Sehingga kulitnya menyentuh kulit Fajar. Dan napasnya memburu merasakan geliat bibir yang menempel di setiap kulit tubuhnya. Merasakan sensasi yang luar biasa dalam jiwanya. Rambut dan kulit mereka penuh peluh. Jika dikatakan, inilah surga duniawi, dimana saat sesuatu menyentuh area sensitif akan memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan kepuasan.
Asha dan Fajar merasa kelelahan. Mereka berpelukan dalam bulir bulir peluh. Merasa tak ingin berpisah dan tak ingin waktu menghilangkan rasa bahagia yang berkecamuk dalam diri. Dalam sekejap, mereka melupakan perasaan marah, kesal dan kecewa berganti dengan bunga bunga cinta yang menggetarkan seluruh hati.
Kemudian Asha meninggalkan kamar menuju ke kamar mandi, untuk membasahi seluruh badannya dari ujung kepala hingga ke kaki. Setelah itu, rambut yang basah dia bungkus dengan handuk kering dan memilinya sehingga ujung handuk dia selipkan di belakang tekuk lehernya yang sudah tertutup.
Saat melewati sumur yang tertutup. Perasaan di pagi buta waktu itu, dia rasakan kembali. Ada hawa dingin yang mencekam di sekitar area. Dan kaleng cat untuk berwudhu masih berdiri tegak disamping rak tembok kamar mandi. Rak yang terbuat dari kayu yang hampir lapuk dan kaleng cat itu memang seperti tak pernah di gunakan. Lapisan dalam kaleng itu sangat kering.
Dia kemudian menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan dengan makanan yang ada di kulkas. Waktu hajatan kemaren masih ada rendang daging, sambel goreng kentang ati sapi dan rawon. Dia menghangatkan semuanya untuk di sajikan di meja makan. Bau harum makanan yang sedang dimasak memenuhi udara dan membuat perutnya lapar.
Setelah selesai menyiapkan sarapan, Asha menuju ke kamar tidur untuk membangunkan suaminya, Fajar yang terlelap lagi. " Sayang, sudah pagi. Waktu untuk sarapan kata Asha, sambil menggoyang-goyangkan bahu Fajar.
Fajar membuka matanya, menguap, dan tersenyum pada Asha sambil bangun dari tempat tidur. Dengan dada yang masih terbuka tanpa pakaian, Fajar ingin memeluk istrinya lagi. " Bangun, dan mandi besar dulu. Aku juga sudah siapkan sarapan, " bisik lembutnya. Fajar tersenyum dan membalut tubuhnya dengan sarung dan menuju ke kamar mandi.
Saat Fajar ke kamar mandi. Asha memutuskan untuk membersihkan halaman belakang. Dia mengambil sapu dan mulai menyapu daun-daun kering yang bertebaran di halaman. Namun, saat dia sedang asyik membersihkan, tiba-tiba terdengar suara kaleng cat jatuh di dekat sumur yang tertutup. Asha terkejut dan berhenti menyapu. Dia tidak tahu apa yang menyebabkan suara itu, karena tak ada orang lain di sekitar.
Asha merasa sedikit was-was dan berjalan menuju ke arah sumur untuk melihat apa yang terjadi. Saat dia mendekati sumur, dia melihat bahwa kaleng cat itu tiba tiba jatuh lagi. " Bruk ! ". Sudah berkali kali kejadian seperti ini. Asha berjalan dan menaruh kembali kaleng cat itu ke tempat semula. Dan perasaan Asha sudah tak enak. Namun, pikirannya hanya bilang " Mungkin angin." walaupun tak ada angin sedikitpun bertiup.
Dan juga tak ada tanda-tanda bahwa ada orang yang menyentuhnya. Asha merasa sedikit bingung dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah ini hanya kebetulan saja? Ataukah ada sesuatu yang lain?
Dia melanjutkan menyapu di jalan depan karena sisa sampah hajatan masih berserakkan. Walaupun sudah ada beberapa pekerja ladang yang di mintai tolong Sriati untuk membersihkannya. Tapi, Asha merasa tak enak hati. Sehingga dia membantu untuk membereskan.
Tapi ternyata yang dia lakukan membuat Sriati tak suka. Dia langsung menghampiri Asha yang sedang membereskan kursi kursi. " Biar orang lain yang melakukan. Kamu gak usah ikut ikutan. "
Asha termangu sedikit. Lalu tersenyum dan berkata. " Tidak apa apa Bu. Daripada tidak ada kerjaan, lebih baik membantu. "
Ternyata kata kata Asha membuat hati Sriati tambah tak suka. ' ehmm, di kasih tahu malah ngeyel.'
Dengan melengos dia meninggalkan Asha menuju ke arah pria tua yang terlihat sangat menghormati Sriati.
Asha melihat mereka berdua sangat serius berbincang. Dan tangan Sriati menunjuk ke arah sapi dan menunjuk ke arah belakang rumah. Samar samar terdengar " ... Nanti taruh ke gudang sebelah sumur itu ... "
Dalam hati Asha, ' Apa sumur tertutup itu.' untuk apa sapi sebesar itu di taruh di gudang sebelah sumur ?
Setelah merapikan kursi kursi. Asha berpindah menyapu daun daun yang terjatuh dari atas pohon pisang dan merapikan sampah sampah dan memasukkannya ke dalam plastik. Namun yang Asha lakukan juga menjadi hal yang tak biasa. Semua orang yang di sekitarnya menatap Asha sangat aneh. Asha juga merasakan hal yang sama dengan arti tatapan mereka.