Sistem: Games Novel

“Jelaskan misinya.”

“Tugas kali ini untuk mendekatkan Selir Hua dengan Raja. Dari data yang aku lihat di Sistem Selir Hua ini wanita yang baik, latar belakangnya juga bagus, dia sangat cocok untuk melahirkan penerus untuk Raja,” jelas si Imut.

“Aku tahu, aku juga berpikiran hal yang sama. Heh ini benar-benar kebetulan yang sangat menguntungkan, aku bisa mendekatkan mereka sekaligus mendapatkan poin, mantap. Berapa hadiah dari misi kali ini?”

“Emh, hanya 150 poin Nona.”

“Cih, kecil sekali. Tapi tidak papa itu lumayan.”

“Tapi setelah misi ini, Nona akan bisa mengaktifkan Roda Keberuntungan, ada banyak hadiah menarik yang bisa Nona dapatkan, setiap kali menyelesaikan misi Nona bisa memutar Roda satu kali dan semuanya di jamin dapat hadiah.”

“Wah, itu bagus sekali aku semakin bersemangat. Ayo kita selesaikan misinya.“

Setelah bicara berdua dengan si Imut aku kembali menekan tombol play dan semua pun kembali normal, burung yang semula terhenti di udara kini terbang seperti biasa, seolah waktu tak pernah berhenti sebelumnya, suara musik yang dimainkan Selir Hua pun kembali mengalun merdu di telinga.

“Kenapa kau diam saja, cepat tuangkan minumannya,” desak Raja.

“Mohon maaf yang Mulia, akan lebih baik jika Kakak yang menuangkan minumannya untuk anda, biar hamba yang bermain musik,” ucapku enggan.

“Cih, memangnya kau bisa?” ucapnya remeh.

“Bisa, sedikit. Kakak boleh aku mencobanya,” pintaku pada Selir Hua.

“Baiklah, silahkan.”

Aku duduk menggantikan Selir Hua, pun sebaliknya, dia menggantikan posisiku yang diminta untuk menuangkan minuman untuknya.

‘Raja ini benar-benar tak berguna, bagaimana dia bisa mabuk di siang bolong begini, ck.’

Aku mulai memetik senar kecapi itu ngasal, yang menurutku terdengar merdu, ‘Hehe, bagaimana suara musikku ini Merdu bukan.’

Arghhh...! “Selir Su sudah hentikan!” teriak Selir Hua, sontak aku pun menghentikan permainanku aku melirik sekitar, semua orang tampak baru saja melepas telapak tangan dari telinga mereka, termasuk Selir Hua yang menggunakan telapak tangannya untuk menutupi telinga Raja.

“Selir Su, apa yang kau lakukan? Apa kau ingin membuat gendang telinga yang Mulia pecah?” ucapnya tampak marah, sedang Raja hanya menatapku datar tanpa ekspresi.

“A-apa? Apa permainanku begitu buruk? Kalau begitu maafkan hamba Yang Mula, ini pertama kalinya hamba memainkan kecapi.” Dustaku.

“Sangat buruk dan benar-benar buruk,” komentar Raja, dia bangkit dari tempat duduknya dengan wajah kesal.

“Tolong maafkan Selir Su, Yang Mulia. Hamba yang akan menebus kesalahannya, hamba akan memainkan Musik yang anda suka hingga anda puas,” dia menunduk sopan.

“Baiklah, malam nanti datanglah ke istanaku,” dia pun berlalu dengan wajah muram.

Aku tersenyum tipis, Yes! Akhirnya aku berhasil, sebenarnya aku bukannya tidak bisa memainkan benda ini, dulu saat SMA aku pernah belajar memainkannya dan terbukti aku pernah ikut lomba kesenian antar sekolah dan mendapat juara 2, tapi kali ini bukan keahlian yang harus aku tunjukan tapi kebodohan, hehe.

Selir Hua menghela nafas berat, “Selir Su, apa kau tahu apa yang kau lakukan? Apa kau tidak tahu seperti apa karakter Raja, jika dia sudah marah entah hukuman apa yang kau dapatkan, beruntung aku disini,” ujarnya tampak kesal.

Aku tersenyum kearahnya, “Kalau begitu terimakasih banyak untuk Kakak karena telah membantuku, jangan lupa nanti malam berdandanlah lebih cantik, buat Raja jatuh cinta pada Kakak,” aku mengedipkan sebelah mataku.

“A-apa maksudmu? A-aku hanya ingin bermain kecapi, itu saja,” dalihnya, tapi tak dapat dipungkiri wajahnya tersipu malu.

“Hihi, lihat wajah Kakak tersipu malu,” godaku.

“Ck, kau ini,” dia mendorong tubuhku pelan.

Haha entah mengapa kami bisa akrab dalam sekejap, sifatnya yang polos dan baik hati membuat aku tak segan padanya.

“Selir Su, apa ini bagian dari rencanamu?” dia melempar tatapan menyelidik kearahku.

“Apa maksud Kakak?”

“Kau juga Selirnya Raja, tapi mengapa kau justru mendorongku untuk mendekatinya? Apa ini bagian dari rencanamu untuk membuatku jadi targetnya Selir Jiang?”

“Sama sekali tidak. Aku tidak tertarik dengan kasih sayang Raja, aku hanya ingin hidup damai di istana, mengenai Selir Jiang, aku tidak tahu apa-apa soal itu.”

“Benarkah kau tidak tahu?”

Aku mengangguk sebagai jawaban.

“Baiklah kalau begitu, kau harus lebih berhati-hati terhadap Selir Jiang.”

“Tentu Kakak, kalau begitu aku permisi dulu.” Setelah berpamitan, kami pun berpisah.