Wanita yang tidak percaya adanya hubungan dalam kata friendzone.
Apa itu friendzone? Apa gak aneh?
"Lo gak hadir sekali, gue bikin masalah."
-Nathan-
Alana tidak pernah menyangka.
diantara semua karakter diriku yang dia ketahui mungkin dia menyelipkan sedikit 'Rasa'.
aku tidak pernah tahu itu. aku cukup populer, tapi kepekaanku kurang.
dimataku, dia hanya sebatas teman kecil yang usil dan menyebalkan. aku tak pernah tahu justru dengan itulah dia mengungkapkan 'Rasa'.
pertemanan kami spesial.
bukan, lebih tepatnya, Friendzone dari sudut pandang 'Dia'.
#dont repost or plagiat this story ❗❗❗
jangan lupa komenn ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
•Berita besar•
Suasana kelas seperti biasa. Alana mulai meletakkan ransel diatas meja, masih mengantuk. Semalam entah kenapa, Nathan tiba-tiba mengirimkan makanan lagi.
"Pagi, Alana!!! Gak bareng Nathan?" Ola juga baru datang, langsung memeluk bahu Alana.
"Ng...gak..Eh! Iya anjir, kok dia gak ada, ya? Kemana dia? Gue baru sadar!" Alana mengerjap cepat. Ia benar-benar lupa, biasanya Nathan selalu berangkat bersama.
Alana yang entah kenapa merasa tak enak langsung menelepon nomornya, tapi malahan nomor itu tak aktif sama sekali.
"La, ini kenapa ya.. nomornya gak aktif...gue jadi khawatir.."
"Hah? Masa? Coba tanya Bryan.."
Bryan yang mendengar namanya disebut ikut mendekat.
"Tadi pagi gue juga udah kirim pesan, tapi nomornya gak aktif." Ujarnya.
Alana mulai kepikiran soal hp Nathan yang rusak kemarin. Apa mungkin dia ganti hp sekalian ganti nomor?
Tapi gadis itu terlanjur dipanggil oleh pak kepsek, untuk persiapan dengan para siswa pilihan yang menjadi pemandu calon siswa SMA baru tahun ini.
Sekolah mereka memiliki tradisi untuk memperkenalkan para calon murid baru yang nantinya akan aktif sekolah di tahun ajaran berikutnya. Itu diadakan dalam sehari dan dipandu oleh kakak-kakak Senior SMA yang dipilih kepsek.
Alana selalu terpilih sebagai murid teladan, dia lumayan dipandang.
"Alana."
Ada suara perempuan yang memanggilnya setelah keluar dari ruangan kepsek, Alana langsung menoleh.
"Ya? Shiren, kenapa?"
Shiren tersenyum sambil menunjukkan sesuatu di layar hp nya.
"Coba lihat deh,"
Alana menatap tajam.
"Apa ini pesan dari Nathan?" Alisnya berkerut.
"Iya, dia bilang sedang sakit. Makanya nggak datang. Sepertinya kamu gak dikabarin ya." Ujar Shiren dengan senyum manisnya yang Alana sama sekali tidak memperhatikan.
"Oh," hanya itu balasa pendek yang keluar dari mulut Alana. Dia langsung pergi dari hadapan Shiren tanpa menunjukkan raut wajah apapun.
Lihat saja, Alana. Jangan pernah mengabaikan diriku. Bagaimanapun, 'Dia' ada dalam genggamanku.
Shireen masih tersenyum menatap lama punggung Alana.
Sementara Alana bukannya tidak peduli.
Kenapa Nathan mengirim pesan ke Shireen? Kan bisa langsung kabarin gue? Ck..bikin kepikiran aja dia..
Gadis itu mulai gelisah sendiri sambil duduk di koridor menunggu kedatangan calon murid baru.
Alana juga tidak begitu menyukai Shireen. Karena dia anak yang sangat aneh, walaupun tampangnya baik dan kelihatan ceria, entah kenapa Alana merasa tidak nyaman.
Apa dia pakai senyumnya itu untuk menutupi kejahatan? Bikin kesal saja.
"KAK!"
seketika Alana tersenyum lebar melihat kedatangan Raven. Ternyata dia berhasil lulus tes dan resmi menjadi calon murid baru di sekolah ini sesuai keinginannya.
"Gila! Lo lulus tes ya? Selamat ya! Gue ikut seneng!!
Cowok ini mengangguk-angguk beberapa kali, sambil duduk di samping Alana.
"Makasi kak. Gue juga bersyukur banget. Karena kakak, gue jadi gak berani lagi ngecewain emak gue." Ujar Raven disusul tawa kecil.
"Gak usah bilang gitu, gue nya kan jadi salting." Balas Alana enteng.
"Lo mau ambil bidang apa Raven? Udah rencanain belom?"
"Belom kak. Soalnya gue juga gak tau kuliah atau nggak. Niatnya si mau bisnis aja." Jawab Raven mantap.
Alana langsung antusias menyemangati, "Anjay, keren juga rencana Lo. Semoga aja lancar ya, jangan sampe Lo lalai buat ngejar kesuksesan di masa depan nanti."
Susah banget buat move on dari kakak. Dia aja se respek ini.
Raven mengulum senyum.
"Biasanya kakak bareng bang Nathan?"
Raut wajah Alana mendadak berubah, sedikit khawatir.
"Gue juga gak tahu dia kemana, Rav. Gak tahu kenapa tiba-tiba gak ada kabar, hp nya gak aktif sama sekali. Padahal semalem masih nelfon gue." Tukas Alana. Dia masih tetap dengan kecemasannya sendiri walaupun sudah melihat kiriman pesan dari Nathan di nomor Shireen tadi. Alana sama sekali tidak percaya.
Percakapan mereka terputus karena Shireen datang saat itu juga dan mulai memandu para murid baru. Alana terpaksa mengikuti.
Mulai dari melihat kelas-kelas, ruang makan, kantin, ruang eskul, gedung olahraga, laboratorium, sampai kolam renang yang dibangun dengan sponsor besar-besaran dari Agatha Christie.
Semuanya sudah selesai dikunjungi begitu jam menunjukkan menit ke enam puluh di angka dua belas tepat.
Para calon murid diperbolehkan langsung pulang setelah pengukuran seragam dan mengambil formulir eskul.
"Mau masuk ke eskul mana Rav?" Alana mengintipi formulir yang dibaca Raven.
"Oh?"
Gadis itu langsung paham begitu melihat judulnya: eskul beladiri.
Iya sih, dia kan emang jagonya disitu.
"Alana!!"
Ola tiba-tiba muncul sambil berlarian dari tangga.
"Al, ayo jajan-eh.."
Anehnya lagi, Ola mendadak berhenti menunjukkan ekspresi girangnya dan langsung menggandeng lengan Alana, malu-malu pula.
"Kenapa Lo?" Alana spontan bertanya bingung.
Sementara Raven yang baru selesai memasukkan kertas formulir ke dalam saku kemejanya ikut menoleh kearah Ola.
"Oh, ini kak Ola ya?"
"Iya...Ng..mau jajan juga?"
Alana sama sekali tidak paham lagi. Kenapa pula Ola jadi aneh begini, dia sopan banget, ditambah wajah imutnya mulai berubah kemerahan.
"La, Lo lagi sakit?"
Sebelum Ola menjawab, Raven dengan mudahnya mengangguk.
"Boleh. Sekalian gue traktir aja, tanda terima kasih udah temenin gue liat-liat sekolah ini."
"Shut up. Biar gue aja. Kan gue janji waktu itu." Alana menyela, sengit.
"Gak apa-apa kak. Kan kata gue gak usah."
"Ah, gak usah jaim gitu. Udah, gue aja yang bayar semua."
"Lebay banget sih. Masa gitu aja diributin? Udah aku aja!"
Raven dan Alana serentak kaget, mendengar Ola berseru dengan nada tinggi yang dipaksakan. Benar-benar nggak pantas dengan wajah imutnya.
Dia berusaha kelihatan dewasa, ya? Maksudnya apa? Kenapa dia begitu?
Alana mulai merasa ada yang nggak beres.
Sambil jalan, Ola tetap malu-malu. Lalu dia berbisik pelan di telinga Alana, "Al... kayaknya aku..jadi suka sama dia.."
Dapat dibayangkan bagaimana respon Alana.
(Yang gak peduli soal cinta).
Gadis itu sampai bingung harus bereaksi seperti apa, karena ini pertama kalinya Ola bilang begitu.
"H-hah? Tapi kan, dia lebih muda?"
"Pelan-pelan dong, ngomongnya...ntar kedengeran, Alana!"
Sebenarnya Raven memang sudah dengar. Dia agak kaget. Tapi Kak Ola lucu juga..dia imut...
***
Shireen melambai dengan senyum khas yang sangat dibenci Alana. Entah kenapa itu mengganggu.
Dia pulang dengan mobil berbeda hari ini. Samar-samar, Alana bisa melihat seorang perempuan yang duduk di dalamnya.
Tapi Alana sama sekali tidak peduli. Pokoknya ia harus cepat mencari Nathan ke penthouse nya.
Perasaan ini sangat mengganggu. Alana juga tak tahu pasti, mengapa ia begitu mempertanyakan keberadaan Nathan? Seakan ia terikat oleh sesuatu yang tidak bisa dilepas. Entah khawatir, takut kehilangan, marah, semuanya campur aduk.
Berapa kali pun Alana menghubungi Nathan, bahkan Claudia Rissa, semuanya sia-sia.
Sialnya lagi, Alana jelas tidak diperbolehkan naik ke penthouse. Ia dilarang tegas oleh penjaga.
Gadis itu bahkan tak bisa menemukan jejak apapun di sosial medianya, semuanya menghilang tanpa jejak seolah tak pernah ada sama sekali.
Alana semakin frustasi. Ia merasa marah, kecewa, dan apa lagi yang mengisi pikirannya saat ini. Dia memutuskan untuk pulang ke rumah.
Menelan kenyataan pahit yang membingungkan. Alana seakan-akan terbangun dari dunia mimpi.
Lagi-lagi ia harus ditinggalkan. Tanpa kabar, tanpa perpisahan. Alana benar-benar benci.
Kenapa Nathan dengan teganya juga melakukan ini? Bukannya dia tahu?
Alana tak terima. Dia seperti orang gila yang linglung. Mencoba mencari berita kesana-kemari demi menemukan harapan.
Padahal tak ada seorang pun yang tahu, kenapa dan kemana sosok Nathan menghilang tanpa kabar.
Gadis itu kembali merasakan keterpurukan untuk berbelas kali. Sama seperti dulu, putus harapan. Alana hanya duduk di lantai teras rumahnya sambil memegangi sebuah gantungan kunci berbentuk kucing yang dibelikan Nathan persis sama seperti miliknya.
Alana semakin merasa berat. Tanpa sadar, Nathan telah menjadi sosok penting dalam hidupnya. Yang selalu ada di sisi Alana, tanpa pamrih.
Dan tiba-tiba dia mengakhiri semuanya tanpa sepenggal kata perpisahan.
Menorehkan luka besar pada tekad kuat Alana untuk hidup.
Ternyata cuma itu..."Al, makasih ya..ma-af kalo selama ini gue selalu bikin Lo marah atau kesel."...
Alana mulai teringat dan mengulangi lemah ucapan Nathan semalam.
Terakhir dan pertama kalinya dia melihat wajah Nathan sehangat itu.
Alana mendengus.
Sama-sama Nat..
Alana tak bisa marah. Karena, sebenarnya ia bukan siapa-siapa bagi Nathan yang luar biasa. Cowok itu berbeda kasta dan statusnya, jauh, sangat jauh untuk seorang Alana yang hanya perempuan yatim piatu. Bagaimanapun, Nathan tidak seharusnya bersama Alana.
Mungkin semua itu hanya keberuntungan yang kebetulan lewat di hidupnya, dan tak akan datang lagi.
Kalau dipikir-pikir, Alana sangat termotivasi selama ini. Ia selalu bangkit saat sosok Nathan menariknya ke dalam dunia yang luar biasa.
Mau berteman dan menampung dirinya, itu lebih dari cukup menurut Alana.
Jadi buat apa lagi ia marah? Bukannya tuhan sudah menurunkan seorang Nathan sebagai penyelamat?
Alana termenung sendirian di dalam kamarnya.
'Drrttt..' hp Alana tiba-tiba bergetar keras.
"Kenapa La?" Alana langsung membalas telpon dari Ola.
"Al, gimana Nathan? Dia udah ketemu? Rumahnya kosong?"
"Nggak, La. Mungkin dia pindah. Gak usah berharap dia balik lagi. Gue juga gak tau kemana dia pergi." Jawab Alana lemah.
Ola malah hampir menangis.
"Iya, Al. Tadi aku udah nanya ke guru-guru... katanya gak ada yang tahu. kalau Bu Yayun lagi pergi, aku hubungin beliau bilang lagi sibuk banget." Ola menimpali.
"Al...kamu gak apa-apa kan? Kamu.."
Ola takut, melihat Alana yang menunjukkan wajah suram seperti dulu.
Ia tahu betul, bahwa Alana tidak bisa memahami perasaannya sekarang. Entah dia tak mengerti atau keras kepala dengan sebuah kata, 'Cinta'.
"Yeah..Its okay..Im fine.." Alana mengangguk pendek.
Belum selesai ia melanjutkan omongannya, tiba-tiba pintu rumah Alana diketuk kencang berkali-kali dari luar.
"Siapa itu?!"
Alana bergegas berdiri sambil mengantongi hp nya ke dalam celana, lalu berlari kecil membuka pintu depan.
"Bu Yayun?"
Dia terkejut, menatap bingung sosok Bu Yayun sedang berdiri tegak di depan pintu rumahnya bersama beberapa laki-laki berjas hitam dengan rambut klimis.
Bu Yayun langsung menggenggam tangan Alana dan menarik gadis itu ke dalam mobil hitam.
Alana tak sempat mencerna situasi ini. Ia terlanjur masuk ke dalam mobil, pikirannya kacau.
"Kenapa Bu?! Apa yang mau ibu lakukan ke saya?!"
Bu Yayun tak menjawab, yang ada Alana malah mulai merasa mengantuk. Dan terhuyung jatuh ke sandaran jok mobil.
***
Baru saja membuka matanya, Alana merasa sangat pening. Samar-samar melihat sekeliling ruangan yang sangat mewah berbau kekayaan.
Gadis itu perlahan duduk, ia hampir meloncat kaget begitu menoleh ke belakang melihat sekumpulan paman-paman jas tadi.
"Non Alana."
Alana semakin bingung.
Bu Yayun mendadak muncul dan memegang erat tangannya.
"Alana, lihat ini."
Mereka memperlihatkan sebuah berita yang menggemparkan dimana-mana hari ini, nyaris seluruh dunia. Alana membelalak mendengarkan seorang reporter menyampaikan sepenggal berita.
Reporter itu menunjukkan foto kecelakaan lalu lintas antara satu mobil milyader yang menabrak palang jembatan layang hingga jatuh menghantam aspal jalan, hancur dan sedikit terbakar di bagian mesin.
Selanjutnya ia bilang bahwa korban melibatkan dua orang perempuan, yaitu Agatha Christie dan Nala Shireen Yi, yang tewas mengenaskan.
Sang pebisnis sukses tingkat tiga yang memiliki warisan tak terhitung.
"Apa maksudnya ini?!" Seru Alana kesal.
Bukannya menjawab, Bu Yayun malah menunjukkan video kedua yang juga masuk dalam berita itu.
"Sang pebisnis, Agatha Christie telah menyebarkan pengakuan nyata yang melibatkan putri tunggalnya sebagai pewaris sah seluruh hartanya sebelum ia meninggal. Dan...bla..bla..bla..."
Alana tak bisa berkomentar apa-apa. Ia sangat bingung.
Bu Yayun juga mengeluarkan kertas dokumen yang dibacakan kencang-kencang oleh salah satu paman tadi.
"Bintang Alana Swissa, sebagai putri tunggal sah berdasarkan hasil tes DNA yang cocok antara Agatha Christie, dan resmi dinobatkan sebagai pewaris sepenuhnya."
"Bu? Apa maksudnya?!" Gadis itu berdiri.
"Anda adalah putri sah beliau yang sebenarnya, Nona." Bu Yayun menjawab tegas.
"Jangan mengelak, karena bukti sudah jelas. Dan nyonya mewasiatkan ini pada semua orang. Saya adalah sekertaris khusus beliau."
Apa lagi sih? Kenapa banyak orang aneh sekarang?!
Alana berdecak jengkel.
"Bu, jangan melantur....saya ini cuma.."
"Nyonya Claudia Rissa telah menyerahkan dokumen dan hasil tes DNA anda pada Nyonya Agatha. Tidak ada pertanyaan lagi, sekarang anda harus bersiap menyambut peresmian sebagai pewaris sah!"
Potong Bu Yayun tambah tegas, ekspresi wajahnya sangat serius. Dia melepaskan tangan Alana dan sibuk menelfon seseorang sambil berbisik pada paman-paman jas tadi.
Selanjutnya banyak orang-orang berpakaian rapi yang masuk ke ruangan itu.
Alana ditarik ke ruangan lain yang sangat megah dan dirapihkan seluruh badannya termasuk berganti pakaian dengan dress glamour bertabur benang emas yang tidak pernah dilihat Alana seumur hidup.
Dia sama sekali tidak mengerti apapun. Alana hanya pasrah dibawa kesana-kemari sampai ke luar bangunan besar nan tinggi itu yang ternyata sudah sangat ramai dikelilingi para wartawan dan pengacara resmi.
Disana Alana terpaku menatap kerumunan orang yang menatap dirinya dengan wajah kagum. Mereka bertepuk tangan meriah dan mendokumentasikan peresmian dirinya sebagai pewaris sah sekaligus owner perusahaan sukses ini.
Banyak kontroversi dari berbagai pihak, dan sedikit kekacauan, namun ada banyak pengacara hukum yang melindungi Alana.
Orang-orang mungkin bertanya-tanya mengapa Alana baru muncul di khalayak saat ini, tapi dengan lihainya sang orator menyampaikan alasan yang tepat.
Banyak proses lain yang sangat membingungkan. Alana bahkan ditarik mengikuti rapat besar-besaran dua hari kemudian dengan para mantan rekan bisnis ibunya dulu. Dia harus menunjukkan wajah sebagai CEO sekaligus owner yang baru.
Dan kini, Alana secara otomatis memulai lembaran hidup barunya, dan memutus kontak dengan sekolah, bahkan semua teman-temannya disana.
Ada banyak kesusahan selama masa bimbingan dari asisten lama ibunya, Alana bahkan hampir pingsan setiap kali kelelahan belajar mengontrol perusahaan secara keseluruhan walaupun sudah dibantu.
Gadis itu putus sekolah, dan beralih menjadi seorang owner dalam satu malam. Kemajuan yang sangat luar biasa.
Setelah sebelumnya Alana bingung melanjutkan hidup, dan bingung kenapa dirinya bisa masuk ke dalam situasi ini.
Alana resmi pindah dari rumah yang dibelikan Claudia Rissa dan pindah ke penthouse barunya, dibantu para bodyguard khusus dan beberapa truk.
Gadis itu bahkan tak pernah mengira akan menjalani hidup seperti ini. Yang dulu sangat ia impikan.
Alana meremas kertas kecil di tangannya,
'Dia' itu, Agatha Christie adalah ibumu. Kamu tak kenal? Aku terlanjur ingin menggantikan posisimu, aku benci seandainya kamu bertemu dengannya. Makanya aku menyuruh temanku mencurangimu saat lomba, jadi ibu sepenuhnya akan memandangku. Tapi, aku tahu dia sudah mengenalimu.
Tapi aku puas, karena aku akan terus bersama ibu sampai mati tanpa kehadiranmu (:
Aku sendiri yang membunuh ibu. Aku meletakkan obat tidur di dalam kopinya, jadi kami akan mati dalam kecelakaan besar.
-Nala Shireen Yi-
Alana menangis, ketika menemukan kertas ini di dalam saku ranselnya. Entah kapan Shireen meletakkan itu, tapi Alana baru saja melihatnya bagaikan melihat langsung bagaimana ibu kandungnya mati.
Sebegitu obsesinya Shireen ingin mendapat kasih sayang ibuku?
Alana tak paham. Mengapa dunia yang kejam ini berkali-kali menyobek perasaannya.
Pengakuan gila yang Shireen buat, hampir membuat Alana kehilangan akal kalau bukan karena rekaman yang ditunjukkan bu Yayun.
"Alana, ini ibumu. Agatha Christie. Tak masalah kalau kamu ingin marah padaku. Aku bukan membuangmu sayang, tapi aku hanya melindungi kamu dari ayahmu yang gila itu. Dia hampir membunuhmu karena benci setelah mengharapkan anak laki-laki, tapi malah dirimu yang lahir. Jadi aku menitipkan kamu pada bekas bibi pembantu di rumah kami, si nenek. Aku harap kamu paham.
Setelah ayahmu mati karena penyakit tumor, aku tetap tak bisa mengambilmu karena dia masih menyebarkan orang yang mengincarmu. Tapi aku tahu keberadaan kamu di sekolah itu saat mendengar kabar dari Claudia Rissa. Jadi aku mengangkat seorang anak perempuan yang bernama Shireen untuk mengawasi mu. Tapi kamu harus tahu sayang, Shireen mulai aneh setelah masuk sekolah dan jarang memberi laporan tentangmu. Makanya aku mengutus Bu Yayun, sekertarisku untuk menjadi guru sementara yang mengawasi Shireen dan kamu. Sementara aku sengaja menyiapkan kamu sebagai pewaris sah setelah mendapat hasil tes DNA-mu dan data lain. Aku sudah mengkonfirmasi semuanya pada perusahaan. Karena aku punya feeling tak enak soal Shireen. Jadi aku menyiapkan semuanya.
Ibu harap kamu paham dan bisa menunjukkan bahwa kamu akan lebih hebat menjadi penerus ibu dibanding anak laki-laki yang ayahmu impikan itu. Ibu menyayangimu."
Air mata Alana spontan mengucur deras. Mendengarkan pengakuan ibunya dalam sebuah video yang beredar sekarang ini di media sosial. Gadis itu sempurna terbungkam, setelah tahu fakta sebenarnya.
Ia mulai merasa bersalah karena mengatakan, akan membenci sang ibu.
Yang ada, Alana hanya bisa terduduk lemah di kursi empuk sepanjang hari. Capek menangisi ibunya.
Ia menatap dari beningnya kaca gedung, baliho-baliho lebar yang berbelasungkawa atas kematian Agatha Christie.
Di saat yang bersamaan, Alana merasakan bagaimana jalan kehidupan yang akan dijalani Nathan. Ternyata sangat susah dan rumit. Ia bertanya-tanya mengapa dulu dirinya malah merasa iri dengan Nathan.
Alana masih tak percaya, Agatha Christie adalah ibunya. Dan sekarang dia mati karena keserakahan Shireen yang terobsesi.
Semuanya menyesakkan.
***