NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Sang CEO

Istri Rahasia Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti
Popularitas:24.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Lestary

"Aku tidak mencintaimu, Raya. Kau hanya pelengkap... sampai dia kembali."

Itulah kalimat pertama yang Raya dengar dari pria yang kini secara sah menjadi suaminya, Arka Xander — CEO dingin yang membangun tembok setebal benteng di sekeliling hatinya.

Raya tak pernah memilih jalan ini.
Di usia yang baru dua puluh tahun, ia dipaksa menggantikan kakak tirinya di altar, menikah dengan pria yang bahkan tak ingin melihat ke arahnya.
Pernikahan mereka adalah rahasia keluarga—dan dunia mengira, kakak tirinya lah yang menjadi istri Arka.

Selama dua tahun, Raya hidup dalam bayang-bayang.
Setiap pagi, ia tersenyum palsu, berusaha tidak berharap lebih dari tatapan kosong suaminya.
Sampai suatu malam, satu kesalahan kecil—sepotong roti—mengubah segalanya.
Untuk pertama kalinya, Arka menatapnya bukan sebagai pengganti... melainkan sebagai wanita yang menggetarkan dunianya.

Namun, ketika cinta mulai mekar di tengah dinginnya hubungan, masa lalu datang menerjang tanpa ampun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch : Sebelas

Langit sore baru saja beranjak keunguan ketika Arka memutuskan pulang lebih awal dari kantor. Sebuah keputusan yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri. Padahal, biasanya ia adalah orang terakhir yang meninggalkan gedung—tenggelam dalam tumpukan kasus dan berkas-berkas klien. Tapi sejak pagi itu, sejak sikap formal Raya menusuk diam-diam ke jantungnya, pikirannya tak bisa benar-benar tenang.

Ia membuka pintu apartemen mereka dan disambut keheningan yang nyaris menyambut seperti sahabat lama. Sepatu kerja ditanggalkan, dasi dilonggarkan. Namun sebelum sempat benar-benar masuk ke dalam, terdengar suara bel dari interkom apartemen.

Ding-dong.

Arka mengerutkan dahi, lalu menekan tombol layar interkom. Di sana tampak wajah petugas keamanan apartemen.

“Tuan Arka, maaf mengganggu. Ada kiriman paket untuk Nona Raya,” ujar pria paruh baya itu.

“Bawa ke atas,” balas Arka singkat.

Beberapa menit kemudian, security itu muncul di depan pintu apartemen dengan sebuah kotak berukuran sedang, dibungkus rapi dengan pita keemasan. Arka mengambilnya, alisnya menaut saat melihat label pengirim yang tidak mencantumkan nama.

“Tidak ada yang menandatangani?” tanyanya.

“Tidak, Tuan. Hanya nama penerima. Ditinggalkan di pos satpam oleh seseorang yang mengenakan jaket dan topi, jadi wajahnya tidak terlihat jelas.”

Arka mengangguk pelan. “Terima kasih.”

Setelah security itu pergi, Arka membawa kotak tersebut ke dalam apartemen. Diletakkannya kotak itu di atas meja makan, tapi tak langsung ditinggalkan. Tangannya meraba pita yang mengikat kotak itu, lalu memperhatikan setiap sisi, seolah ada sesuatu yang tak beres.

Wajahnya mulai mengeras. Entah mengapa, firasatnya tak enak.

Ia membuka kotak itu perlahan—tidak terburu-buru. Dan di dalamnya…

Bukan boneka.

Bukan perhiasan.

Melainkan sesuatu yang membuat Arka terdiam beberapa detik.

Sebuah lingerie.

Berwarna merah marun, terbuat dari renda tipis yang nyaris transparan, menggoda dengan potongan terbuka di bagian dada dan pinggul—terlalu berani untuk sekadar hadiah biasa.

Arka menatap benda itu lekat-lekat, rahangnya mengeras. Ia menegakkan punggung, lalu menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan gelombang emosi yang mendadak menghantamnya tanpa ampun.

Di bawah lingerie itu, terselip secarik kertas kecil. Ia meraihnya, membukanya perlahan.

“Untuk tubuh yang selalu kuingat, dan malam yang belum selesai.”

Tak ada nama. Tak ada tanda pengenal. Hanya kata-kata yang seakan ditulis dengan sengaja untuk menyulut.

Tangan Arka mengepal, kertas itu diremas dalam genggamannya. Matanya menatap kosong pada lingerie yang kini tergeletak tak bersalah di atas meja, namun di matanya—benda itu seperti simbol ancaman.

Ancaman terhadap sesuatu yang selama ini ia abaikan, tapi diam-diam ia lindungi.

Raya.

Dunia Arka yang mulai tertata perlahan, kini seperti diguncang dari bawah tanah. Bukan karena takut kehilangan, tapi karena rasa memiliki yang kini tak bisa lagi disangkal.

Siapa yang mengirim ini padanya?

Dan untuk apa?

Apa Raya tahu siapa dia? Atau lebih buruk lagi… punya masa lalu dengannya?

Cemburu.

Itu bukan sekadar rasa di dada.

Itu sudah mendidih sampai ke tenggorokan.

Arka berdiri, meraih ponsel dari saku jasnya, dan membuka pesan terakhir dari Raya. Jemarinya sempat ragu.

Haruskah ia menanyakan ini sekarang?

Tidak. Ia ingin melihat mata Raya saat menjawabnya. Ingin tahu apakah ada getar aneh, atau bahkan kebohongan, saat wanita itu membuka mulutnya nanti.

Arka menatap jam.

Dua jam lagi, Raya akan pulang.

Dan malam ini… akan ada pembicaraan.

Pembicaraan yang tidak bisa ditunda lagi.

*

Raya memasukkan kode pintu apartemen dengan lelah. Hari ini terlalu panjang, terlalu penuh basa-basi di kantor.

Begitu pintu terbuka, ia mendapati ruangan gelap, hanya diterangi lampu gantung redup dari ruang makan.

Sunyi.

"Arka?" panggilnya pelan, menaruh tas di meja samping pintu. Ia tahu Arka sudah pulang lebih dulu tadi.

Tak ada jawaban. Tapi begitu ia melangkah masuk, suara berat dan dalam itu terdengar dari ruang tengah.

"Siapa yang mengirimkan ini padamu?"

Raya terhenti di tempatnya. Jantungnya sontak memacu lebih cepat.

Ia mendongak dan mendapati Arka berdiri di dekat meja makan, dengan kotak terbuka di hadapannya. Di atas meja, lingerie merah marun itu tergeletak dengan mencolok, seolah-olah mengejek ketenangan yang sedang mereka bangun.

"Apa... itu?" gumam Raya, nyaris tanpa suara.

"Harusnya aku yang bertanya," Arka membalas, suaranya dingin namun mengandung bara yang jelas. “Kau menerima ini. Di apartemen yang kita tinggali. Dari seseorang yang bahkan cukup berani menuliskan pesan... seperti itu.”

Wajah Raya mengerut, matanya memandang kotak itu dengan kaget dan bingung. Ia menggeleng pelan. “Aku... tidak tahu siapa yang mengirimnya. Sumpah, aku benar-benar tidak tahu.”

Arka melangkah mendekat, langkahnya tenang tapi penuh tekanan. “Jadi kau bilang tidak ada satu pun dari masa lalumu yang mungkin mengirim ini?”

“Aku tak pernah menerima hal seperti itu sebelumnya,” suara Raya bergetar, mencoba menahan rasa malu dan marah dalam waktu bersamaan.

Arka berdiri hanya beberapa langkah darinya sekarang. Mata mereka bertemu.

Tatapan Arka tajam—membaca, menembus, dan mungkin… terluka.

"Aku tidak suka ini," ujarnya pelan namun jelas. "Aku tidak suka kau mendapatkan hal seperti ini, tanpa tahu siapa pengirimnya. Aku tidak suka membayangkan ada orang lain yang berani mengingat tubuhmu seperti itu."

Raya mengatupkan bibir. Wajahnya memerah. Bukan karena marah—tapi karena Arka baru saja berkata tubuhmu, dengan nada seperti… seseorang yang merasa berhak.

"Kenapa kau begitu marah?" akhirnya ia bertanya pelan. "Bukankah kita hanya—"

“Jangan bilang kita hanya kontrak,” potong Arka cepat, nadanya meninggi. “Karena kalau memang cuma itu, aku tidak akan peduli sejauh ini.”

Hening.

Seketika, dunia seperti berhenti di antara mereka.

“Lalu… kau peduli?” bisik Raya.

Arka menghela napas. Ia mengusap wajahnya sendiri, seolah lelah menyembunyikan semuanya.

Suasana jadi terlalu sunyi.

Dan untuk pertama kalinya, Raya merasa ada dinding lain yang runtuh di antara mereka.

Ia berjalan pelan ke arah meja. Menutup kotak itu tanpa bicara. Lalu menatap Arka.

“Kalau aku bilang aku tidak punya siapa-siapa dari masa lalu... yang akan mengirimi barang seperti itu, kau percaya?”

Arka menatap matanya, lama.

“Aku ingin percaya,” jawabnya akhirnya. “Tapi keinginanku tidak selalu sejalan dengan pikiranku.”

Raya mengangguk pelan.

“Kalau begitu... biar aku buktikan perlahan.”

Dan untuk pertama kalinya… bukan hanya Arka yang ragu pada hatinya. Tapi Raya juga, yang mulai takut—takut perasaannya tumbuh di tempat yang seharusnya hanya jadi peran semu.

Arka tersenyum miring, ekspresi yang mengandung makna tak terbaca. “Seperti apa kau akan membuktikannya, Raya?”

Nada suaranya terdengar santai, tapi ada tantangan tersembunyi di balik kata-katanya—halus, menusuk, dan menggoda.

Raya menunduk, menghindari tatapan Arka yang menelanjanginya dengan sorot mata itu. “Entahlah… mungkin—”

Kalimatnya menggantung di udara, terpotong oleh gerakan cepat Arka yang tiba-tiba menarik tubuhnya. Jarak di antara mereka menguap seketika. Nafas mereka saling bersentuhan.

Raya mendongak, kaget. “Arka…”

“Bisakah aku anggap ini sebagai bukti?” bisik Arka rendah, sebelum bibirnya melumat bibir Raya—lembut namun menuntut. Ia mengisap bibir bawah Raya, lalu berganti ke atas, mengulang seolah ingin mencicipi rasa yang selama ini hanya bisa ia pandang dari kejauhan.

Tubuh Raya menegang. Ia mendorong dada Arka pelan, menjauhkan diri meski wajahnya masih memerah karena keintiman mendadak itu. Matanya membulat, napasnya memburu.

“Apa yang kau lakukan?!” bisiknya terguncang.

Arka menatapnya lekat. “Bukankah kau ingin membuktikannya? Aku anggap ini sebagai bukti pertamamu.”

Tanpa memberi kesempatan untuk membalas, Arka kembali menariknya—kali ini lebih erat, lebih dalam, hingga dada mereka bertemu. Ciumannya jatuh lagi, kali ini tidak sekadar sentuhan bibir, tapi penuh penyerahan.

Tangan Arka bertumpu di punggung Raya, membuatnya tak bisa mengelak. Napas Raya tercekat, tangannya mengepal di sisi tubuh, tapi ia tidak menolak lagi. Ada perasaan aneh yang menyelusup masuk ke dadanya—antara ketakutan, kebingungan, dan… sesuatu yang tak bisa ia tolak.

To Be Continued >>>

1
partini
kenapa ga pergi jauh ke lai kota,,ayo be smart jadi sukses ,,cintai dir sendiri baru cintai orang lain
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Ayu_Lestary: Terima kasih 💞
total 1 replies
sutiasih kasih
lagian untuk ap km mngekang raya.... & mmbuat raya dlm situasi sulit....
km sbg suaminya raya sja tak mmberinya kpastian tentang posisi raya... apa lgi km jga GAJE... mmbiarkn masa lalumu hidup bebas dlm satu atap dgnmu dan raya....
rmh tangga macam apa ini arka........
Ayu_Lestary: Arka juga gak tau ini pernikahan macam apa 😭😭
total 1 replies
Dwi Estuning
wah...
momsRaydels
semangat selalu awal yang sangat menarik semangat kak 💪🏼
Ayu_Lestary: Terima kasih 🙏🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!