Liana menantu dikeluarga yang cukup berada tapi dia dipandang rendah oleh mertuanya sendiri. Mahendra suaminya hanya bisa tunduk pada ibunya, Liana dianggap saingan bukan anak menantu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon citra priskilai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kubayar mahal ketika suamiku bekerja.
Minggu pagi Liana dan Dion sudah bersiap siap akan pergi tamasya di salah satu wahana yang ada di kota. Tak jauh mungkin perjalananya menempuh waktu dua jam lamanya. Liana sengaja membiarkan Mahendra tetap tidur dan tidak membangunkannya, karena Liana berfikir percuma ngajak suami pecundang yang masih ngumpet di ketiak ibunya.
Liana pun berangkat bersama Dion jam lima subuh, bahkan ibu Hindun dan bapak Suparman pun tidak tahu kalau Liana dan Dion pergi untuk tamasya. Dion anak yang pintar, ketika dibangunkan dia langsung sigap dan tidak ada yang namanya rewel atau mengeluh karena terlalu pagi.
"Dion sayang"
"Ayo bangun, katanya mau pergi tamasya sama ibu"
"Ke wahana yang pernah Dion ceritakan"
Dion mengucek ngucek matanya, dan bangun. Liana mengeluarkan sepeda motor dengan pelan pelan dari dalam rumah. Dirasa agak jauh dari rumah Liana menghidupkan motor matiknya dan berangkat bersama Dion.
Dalam perjalanan Liana membayangkan ekspresi wajah Mahendra yang pecundang bagi Liana. Uang yang diberi Mahendra tempo hari dikembalikannya dan ditaruh diatas surat yang tertera sebuah tulisan.
"Mas Mahendra sayang"
"Kamu tidak perlu susah susah menafkahi ku dan putramu Dion. Karena aku sanggup sekali menghidupi keluarga kita dan keluargamu terutama ibumu yang banyak meremehkan dan menghinaku. Maaf aku tidak mengajakmu tamasya karena takut mulut ibumu jadi dowerrr"
Tulis Liana di atas kertas tersebut.
Jam tujuh pagi Mahendra bangun dan manggil manggil Liana beserta Dion. Mahendra menyadari ada yang salah dengan keadaan rumahnya, lalu tanganya menyentuh kertas yang ditaruh Liana diatas bantal. Mahendra membacanya, dan memegang uang gajinya yang telah diberikan pada Liana sore kemarin.
Mahendra tahu betul, hati Liana mungkin kecewa karena kemaren sore dia minta ditraktir dengan uang hasil kerja kerasnya tapi tidak jadi karena omongan ibunya. Mahendra merasa benar benar seorang pecundang sekarang, karena Mahendra sangat tahu kondisi keuangan rumah tangganya ketika Mahendra tidak bekerja sama sekali.
Mahendra sangat jengkel dengan dirinya sendiri, kenapa dia selalu mendengarkan ibunya daripada istrinya. Sekarang apa yang harus dilakukan Mahendra tidak ada, tanpa turun dari ranjang Mahendra pun mengunci pintu kamar dan kembali tidur.
Liana pada pukul tujuh sudah sampai di tempat tamasya tersebut. Dion sangat tidak sabar menikmati berlibur bersama ibunya. Mungkin dalam hati Dion ayahnya sudah tidak peduli dengan nya dan ibunya, karena Dion menganggap yang sayang ada dirinya hanya ibunya
"Ibu, nanti Dion mau naik kuda"
Pinta Dion pada Liana.
"Tentu sayang, kamu boleh mencoba semua wahana yang ada disini" jawab Liana dengan penuh senyuman.
Wahana pun dibuka dan mereka pun membeli tiket dan masuk. Liana membeli beberapa cemilan untuk Dion, mainan dan pernak pernik yang ada wisata tersebut. Liana sangat bahagia melihat Dion bisa tersenyum lepas dan sehari saja tidak mendengar ocehan dari neneknya.
Waktu makan cemilan bersama Dion di kursi taman wahana tersebut, tiba tiba ada laki laki yang sangat tampan dan penampilan nya nyaris sempurna duduk di sebelah Liana.
Dion yang duduk diantara mereka sedang makan ice cream cone. Yang namanya anak kecil ice cream itu jatuh pada celana pria tersebut, dan Liana sangat malu atas kecerobohan anaknya.
Liana dengan sigap mengeluarkan sapu tangan dan bersihkan celana laki laki itu.
Tapi laki laki itu melarangnya dan menenangkan Dion yang ketakutan akan dimarahi oleh lelaki itu, tapi nyatanya laki laki itu sangat ramah dan sopan pada wanita.
Terimakasih