NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ANGKRINGAN

Thalia memutar gas motornya pelan-pelan, dengan wajahnya sumringah menghampiri Lily“Yok kak, kita cari angkringan..Lia lapar!” serunya pada Lily yang sudah menyalakan motornya.

“Buat apa, Nona?” tanya Lily sambil menyusul di belakang. Thalia menoleh sebentar dengan wajah polos, “Ya buat makan lah, masa mau ngamen."

Lily langsung mendesah lelah. “Aku yang nyetir, tapi kayaknya otakku yang capek,” gumamnya.

Tak jauh di belakang mereka, Aldo sudah memberi kode pada geng ATER, Edo, Toni, Romi, dan Rendy untuk ikut membuntuti Thalia kembali.“Gue mau lihat sejauh mana cewek itu bisa bikin gue penasaran,” katanya dengan senyum miring.

Sedangkan Athar, yang berdiri di sisi sirkuit dengan helm masih di tangan, hanya berkata datar kepada Raka dan yang lain,

“Cabut.”

Dan tanpa perlu banyak tanya, mereka langsung mengikuti Athar yang menyalakan motornya, mengikuti rombongan di kejauhan.

Beberapa menit kemudian, aroma sate bakar mulai memenuhi udara. Thalia langsung menunju warung angkringan di pinggir jalan dengan semangat.

“Bang! Lia mau Sate ati, usus, sama ini ini, ini, ini...”Tangannya menunjuk hampir semua jenis sate yang ada di gerobak.

“Sepuluh tusuk masing-masing ya, Bang!”

Si penjual tersenyum lebar.

“Nasi kucingnya sekalian, Neng?”

Thalia menatap penjual itu lama, alisnya bertaut.“Enggak, ah...bang. Lia gak suka makan kucing. Sukanya makan ayam.”

Lily spontan menepuk jidat keras-keras.

“Nona... ‘nasi kucing’ itu cuma istilah. Karena nasinya dikit, kayak porsi buat kucing.”

“Oh,” Thalia mengangguk polos.

“Kirain beneran daging kucing. Untung aja gak jadi pesen tadi.”

Si penjual hanya bisa tertawa,

“Gak papa, Neng. Maklum...pasti neng orang kaya kan...” katanya bercanda.

Lily mengangguk mantap“Bener tuh Bang, maklum orang kaya.”Lily berkata sambil bergumam 'orang kaya tapi kelakuannya bikin orang pusing'

Tak lama, rombongan Aldo datang dan tanpa basa-basi langsung duduk di depan meja Thalia dan Lily. Tatapan mereka penuh niat “mendekat” tapi malah bikin suasana awkward.

Thalia menatap mereka lama, terutama Aldo yang senyum-senyum sok manis.

“Pindah.”

“Gak mau,” jawab Aldo santai, nyengir.

Thalia diam sejenak.

Lalu perlahan mengeluarkan penggaris lipat yang dia gunakan di arena tadi.

“Pindah,” ulangnya lagi dengan nada datar tapi aura berbahaya.

Aldo masih cuek.

Sampai...

CRAK!..

Thalia melipat penggaris itu dengan suara nyaring.

“Pindah,” katanya lagi dengan senyum tipis.

“Kalau gak, perkutut lo semua gue bikin kayak gini.”

Mereka semua sontak melotot ngeri.

Edo langsung bangkit.

“Bro, bro, mending kita pindah deh…bahaya kalau ancamannya masa depan ngilu bro..”

Tanpa banyak debat, geng ATER buru-buru pindah ke meja lain, wajah mereka kaku menahan malu.

Sementara Doni, Dion, Raka, Rafi, dan Athar yang baru datang dari arah parkiran hanya berdiri sambil menahan tawa keras-keras.

Doni berbisik, “Gue udah bilang, Thalia mah cewe beda.”

Raka menimpali, “Bener bro, dia bukan cewek... tapi bencana alam versi cute.”

Athar hanya memandangi pemandangan itu diam-diam, sudut bibirnya terangkat tipis.

“Dasar absurd,” gumamnya dalam hati sebelum melangkah ke tukang angkringan.

Athar menarik kursi dan duduk di meja belakang Thalia. Ia tidak berkata apa-apa, hanya diam memandangi suasana, sesekali melirik sekilas ke arah gadis yang dari tadi jadi pusat perhatian semua orang.

Sementara Thalia duduk manis, sibuk dengan “ritual pentingnya”menghitung tusuk sate di piringnya satu per satu.

“Satu... dua... tiga... tujuh belas... eh, kok kayaknya kurang satu ya, Bang?”

Si penjual cuma nyengir.

“Neng, itu udah tiga puluh.”

Lily yang duduk di sebelahnya cuma bisa memegang kepala.“Nona, ini udah malam. Apa nona gak takut gendut makan sebanyak itu?”

Thalia menoleh santai, senyum cerahnya menyalak di bawah lampu jalan.“Kalau Lia gendut, Lia malah makin imut loh, Kak...” katanya enteng, lalu menambahkan dengan nada penuh kebanggaan,“Makin semok juga.”

Beberapa pria yang duduk di warung itu langsung batuk serempak, ada yang tersedak air minum, ada yang pura-pura batuk biar gak keliatan salah tingkah.

Aldo dan geng ATER di meja sebelah saling pandang dengan mata membulat,

“Gila, dia ngomongnya polos tapi ngena banget,” bisik Rendy, menahan tawa.

Lily cuma bisa menghela napas pasrah sambil nyengir.“Imut, semok, tapi gak punya rem kalau ngomong,” gumamnya lirih.

Sementara itu, Athar yang sedari tadi diam akhirnya menunduk sedikit, berusaha menahan senyum kecil yang tanpa sadar muncul di sudut bibirnya.

Gadis itu memang... berbeda.

Berisik, absurd, dan entah kenapa, menarik perhatiannya tanpa perlu gadis itu berusaha.

Thalia sama sekali tidak peduli dengan tatapan orang-orang di warung. Entah tatapan kagum, heran, atau gemas semuanya diabaikan.

Yang penting, sate di depannya harus habis.

Tak ada komentar, tak ada celoteh absurd. Hanya suara tusuk sate bergeser di piring.

Doni yang memperhatikan dari jauh mencondongkan badan ke arah Raka dan berbisik lirih,“Eh... ternyata kalau lagi makan dia diem, ya. Gak brisik, gak absurd.”

Raka, Dion, dan Rafi kompak mengangguk.

“Kayak bukan Thalia,” gumam Dion.

Tapi ketenangan itu berakhir cepat.

Begitu piringnya kosong, Thalia langsung cemberut.“Yah, Kak... sate Lia habis.”Ucapnya menatap Lily.

Refleks, beberapa pria di sekitar, termasuk geng ATER langsung menyodorkan piring satenya masing-masing.

“Kalo mau, ambil punya Gue aja..!!” seru Aldo semangat.

Namun dari belakang, terdengar suara datar yang menusuk pelan,

“Rakus.”

Semua kepala serentak menoleh. Thalia menatap kosong beberapa detik sebelum akhirnya berbalik, matanya melotot.

“Apa lo bilang barusan?”

Athar tetap tenang. Ia bahkan tidak menatap Thalia, hanya mengangkat cangkir tehnya dan meneguk perlahan.

“Rakus,” ulangnya datar.

Dan seketika, dunia kembali gaduh.

Thalia berdiri, tangan bertolak pinggang, wajah merah, dan mulai menyalakan mode “kata mutiara absurd”nya.

“Dengar ya, wahai pria datar dan dingin! Orang yang makan banyak itu bukan rakus, tapi bersyukur karena masih punya nafsu makan! Tau gak, banyak orang di luar sana yang..”

Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Athar menimpali datar tanpa ekspresi,

"Brisik.."

“APA?!” teriak Thalia, lalu spontan tangannya menjambak rambut Athar dari belakang.

Semua orang di warung membeku.

Raka sampai menutup mulutnya sendiri, menahan tawa.“Gila… ketua Golden Blood yang di takuti dunia bawah,di jambak cewek,” bisiknya ke Rafi.

“Cewek barbar lagi,” timpal Doni setengah ngakak.

Namun Athar tidak bereaksi. Ia diam, sama sekali tidak menangkis atau menepis tangan Thalia.“Lepas,” ucapnya datar.

Lily langsung panik.

“Nona! Lepas, non! Saya takut, dia serem!”

Thalia malah nyolot.“Serem apanya, muka tembok gini!”

Lily benar-benar hampir pingsan berusaha menahan Thalia yang masih mau ngomel. Tapi semua berubah saat Athar akhirnya bergerak. Dalam satu gerakan cepat, ia berbalik dan..

“Aaaaaahhhhh!” teriak Thalia keras saat tubuhnya tiba-tiba terangkat dari tanah.

Athar menggendongnya seperti karung beras, kepala menghadap ke bawah.

“Turunin gue! Hei! Pusing, tau nggak!?” teriak Thalia sambil menendang-nendang.

Lily menjerit panik, “Tuan muda! Turunkan nona saya!”

Namun sebelum siapa pun sempat mendekat, beberapa sosok berpakaian serba hitam muncul dari bayangan gang kecil di samping warung dan samping pohon cepat, sigap, dan menegangkan.

Mereka berdiri membentuk setengah lingkaran menghadang Athar.“Lepaskan Nona kami,” ujar salah satu dengan suara berat.

Athar menoleh sekilas, tatapannya dingin, nyaris tak berperasaan.“Shadow of Death…” gumamnya pelan mengenali mereka dengan suara yang lebih seperti ancaman daripada kekagetan.

Suasana langsung berubah hening.

Semua yang tadinya tertawa kini menelan ludah. Thalia, yang masih di gendongan, malah nyeletuk polos,“Eh, lo kenal juga ya sama mereka?"

Athar sama sekali tak menjawab pertanyaan Thalia. Wajahnya tetap datar, tanpa emosi sedikit pun. Ia hanya membalikkan badan dan melangkah ke arah motornya, masih dengan Thalia tergantung di bahunya seperti karung beras.

“Woi! Athar! Gue pusing, tahu! Lo mau gue muntah di sini, hah!? Sumpah nih, gue muntah beneran kalau lo gak turunin gue!” teriak Thalia sambil meninju punggung Athar bertubi-tubi.

Tapi Athar tetap melangkah tenang, seolah tidak merasakan apa pun. Napasnya teratur, ekspresinya tak berubah sedikit pun.

Namun keadaan mendadak menegang ketika beberapa sosok berpakaian hitam menarik pistol peredam suara dari pinggang mereka. Dalam sekejap, moncong senjata itu terarah tepat ke arah Athar.

“Turunkan Nona kami,” ujar salah satu dengan nada dingin. “Atau Anda akan menerima akibatnya.”

Suasana langsung membeku. Beberapa pengunjung warung angkringan yang tersisa buru-buru tiarap di balik meja kecil. Hanya suara nafas mereka yang terdengar di antara tegangnya udara.

Athar berhenti. Ia menatap mereka datar dari balik helai rambut yang jatuh ke dahi.

“Minggir.”

Satu kata. Datar. Tapi beratnya seperti petir di siang bolong.

Thalia yang masih di pundaknya mendengus, “Om, percuma ngomong sama dia yang kayak tembok, dia kan gak punya telinga.”

Beberapa anggota bayangan saling pandang, bingung harus menembak atau menunduk. Tapi mereka tetap maju, siap melayangkan serangan.

Athar mengangkat sedikit tangannya. Sekilas, Raka, Rafi, Doni, dan Dion langsung beraksi bergerak cepat dan membentuk formasi khas Golden Blood. Tatapan mereka tajam, dingin, dan mematikan.

Salah satu anggota bayangan berbisik gugup, “Mereka... Golden Blood…”

Yang lain menelan ludah. “Mau Golden Blood atau penjaga neraka, tugas kita tetap sama lindungi Nona.”

“Tapi kalau malah bikin Nona bahaya bagaimana?” balas satu lagi lirih.

Belum sempat mereka mengambil keputusan

“DUG!”

"Ssssttttt... "

Athar tiba-tiba mengerang pelan. Semua pria di sekitar refleks meringis sambil memegangi bagian bawah tubuh mereka.

Thalia baru saja menendang titik vital Athar dengan sukses.

Athar menahan diri agar tidak kehilangan keseimbangan, tapi Thalia sudah lebih dulu jatuh ke tanah dengan posisi mendarat cukup mulus. Ia berdiri dengan wajah puas sambil menepuk-nepuk celananya.

“Pecah gak tuh telor?” ujarnya bangga.

Senyumnya lebar, menatap Athar yang masih membeku dengan ekspresi masih menahan sakit.

“Rasain tuh pria datar!"

"Kak Lily ayo kita pulang."Teriak Thalia menatap Lily yang masih membeku.

Sebelum benar-benar pergi Thalia menatap Athar kembali.

"Jangan lupa telornya di dadar ya! Ata..” katanya enteng sambil melambaikan tangan.

“Babay..!”

Ia berlalu begitu saja, diikuti Lily yang masih antara panik dan pasrah.

Sementara itu, para anggota bayangan menatap satu sama lain, masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Salah satu menghela napas dan berbisik pelan,

“Nona kita memang unik…”

Yang lain menimpali lirih, “Iya. Unik… dan selalu punya ide yang... tak terduga.”

Athar akhirnya menarik napas panjang, menegakkan tubuhnya perlahan. Tatapannya menajam, bukan karena marah, tapi karena rasa penasaran yang baru muncul di dadanya.

Senyum tipis, nyaris tak terlihat, muncul di sudut bibirnya.

“Thalia…” gumamnya pelan. Baru kali ini ada yang memanggilnya Ata..

1
Nagisa Furukawa
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
TriZa Cancer: siap kak di tunggu ya😍
total 1 replies
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
TriZa Cancer: makasih kak sudah mampir di tunggu ya😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!