"Aku tidak butuh uangmu, Pak. Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" tekan wanita itu dengan buliran air mata jatuh di kedua pipinya.
"Maaf, aku tidak bisa!" Lelaki itu tak kalah tegas dengan pendiriannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sofia resign
"Kalau begitu aku akan membuat laporan atas apa yang pernah bapak lakukan padaku!" ujar Sofia seperti ancaman.
"Kamu ngancam aku?" Axel menyeringai tipis seperti sedang mengejek.
"Aku tidak mengancam, tetapi aku berhak memperjuangkan hak anakku!"
"Coba saja jika kamu berani membawa masalah ini ke hukum. Aku tidak akan segan-segan menyakiti kamu dan janin itu!" tekan Axel membuat Sofia terjingkat ketakutan.
Sofia benar-benar menatap muak pada lelaki yang ada di hadapannya ini. Ternyata selama ini ia salah menilai, yang mana Axel terkenal sebagai polisi yang bijak dan juga mengayomi masyarakat dengan baik. Namun, semua penilaian itu buyar setelah melihat dan merasakan sendiri bagaimana sifat aslinya.
"Bapak jahat banget ya. Apakah bapak tidak memikirkan bagaimana masa depan anakku? Dia butuh sosok ayah dan juga pengakuan semua orang bahwa dia memiliki kedua orangtua yang utuh," ucap Sofia seraya menghapus air mata yang jatuh di kedua pipinya.
"Aku bukan jahat, Sofia. Karena aku bersedia memberi berapapun uang yang kamu inginkan untuk membiayai anak itu hingga dia dewasa. Aku hanya tidak bisa memberinya peran seorang ayah, jadi jangan bicara seperti itu lagi!" tekan Axel begitu angkuh dengan uang yang ia miliki.
Sofia menatap tajam. Kedua tangannya mengepal erat. "Aku tidak butuh uangmu bapak polisi yang terhormat, masa depan anakku tidak bisa kau beli dengan uangmu itu!"
"Terserah kamu mau bicara apapun. Kamu jangan munafik jadi orang, karena semua wanita itu yang dia inginkan adalah uang dan uang, maka dari itu aku tidak yakin bila kamu menolak uang dariku."
Sofia tersenyum getir mendengar ucapan pakpol yang sangat menyakitkan. "Aku bukanlah wanita yang kamu bayangkan. Baiklah, jika kamu tidak mau bertanggung jawab atas anak ini, maka aku yang akan merawatnya sendiri. Tapi ingatlah, Tuan. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
Sofia segera keluar dari ruangan Ajun komisaris polisi itu. Ia menuju toilet untuk melepaskan segala sesak di dada yang sedari tadi ia tahan.
"Hiks... Hiks... Kenapa rasanya sakit sekali. Kenapa dia begitu tega padaku," gumamnya sesenggukan.
Sementara itu Axel hanya mengedikkan kedua bahunya. "Dasar perempuan aneh. Seharusnya dia senang karena aku bisa memberikan berapapun uang yang dia mau. Aku yakin nanti dia akan berubah pikira, dan meminta uang padaku," ujarnya percaya diri sekali.
Setelah puas menumpahkan tangisannya, Sofia membasuh muka agar tak terlihat sisa-sisa kesedihan di wajahnya.
"Sofia, kamu darimana? Kenapa kamu tidak jadi membersihkan ruang pak Axel?" tanya sindi kepala kebersihan.
"Ah, maaf kak. Kepalaku tiba-tiba pusing, apakah aku boleh izin pulang sekarang?" ujar gadis itu jelas beralasan. Gara-gara perseteruannya dengan axel, maka membuat moodnya menjadi buruk. Rasanya ia ingin sekali memberi pelajaran pada lelaki ingkar itu.
"Oh yasudah, kalau begitu kamu pulang saja istirahat yang cukup. Jika besok masih belum sembuh, maka kamu boleh izin lagi," ucap Sindi baik sekali.
"Terimakasih ya Kak, kalau begitu aku pulang dulu."
"Ya pergilah."
Sofia segera pulang ke rumah kontrakannya. Rasanya ia sudah malas untuk bertemu dengan Axel. Sepertinya ia harus mencari pekerjaan yang lain. Tapi bagaimana dengan kehamilannya? Mana ada orang yang mau menerima wanita hamil bekerja? Ah, otaknya benar-benar buntu memikirkan masalah yang tengah ia hadapi.
"Nggak, aku nggak boleh pesimis dulu. Aku harus tetap tenang dan tetap waras mengahadapi masalahku ini. Ya, aku yakin pasti bisa melewati ujian ini," ucapnya meyakinkan diri agar tetap tegar.
Sofia mengusap perutnya yang masih datar. "Anak ibu jangan takut ya Nak. Ibu akan selalu menjagamu. Kita akan terus bersama sampai kapanpun. kita nggak usah berharap lagi dengan polisi c4bul itu. Biar saja nanti dia akan menemui penyesalannya," ujarnya membawa sang janin bicara.
Sudah dua hari Sofia tidak masuk kerja. tentu saja menimbulkan sedikit rasa penasaran di pikiran pakpol.
"Tuh perempuan kemana ya? Apakah dia sengaja menghilang, berpikir biar aku mencarinya, begitu? Hng! Itu malahan lebih baik jika dia menghilang selamanya," ujar lelaki itu dalam keseorangan.
"Permisi Pak, izin mau membersihkan ruangan ini," ujar seseorang dari ambang pintu.
"Ah ya, silahkan!" sahut Axel mempersilahkan.
"Kamu petugas baru?" tanya Axel karena baru pertama kali melihat wanita itu masuk ke ruangannya.
"Iya Pak, saya baru dua hari bekerja di sini," jawabnya jujur.
Axel hanya mengangguk paham. Ternyata dugaannya benar bahwa Sofia sudah resign. Nekat juga tuh orang.
Axel kembali fokus dengan pekerjaannya. Namun, ia masih kepikiran oleh Sofia. Bagaimanapun juga ia tak sejahat itu. Setidaknya wanita itu menerima pemberian uang darinya agar dia punya modal untuk membesarkan bayinya.
Axel menghubungi sindi. Sebagai kepala kebersihan, tentu saja Sindi tahu apa alasan Sofia mengundurkan diri.
"Bapak panggil saya?" tanya sindi saat memasuki ruang Axel.
"Ya, silahkan duduk!" titahnya.
Sindi mengangguk dan segera duduk di kursi yang berhadapan dengan pakpol.
"Saya sengaja panggil kamu kesini untuk menanyakan tentang Sofia."
"Iya Pak, Sofia mengundurkan diri dua hari yang lalu. Maaf saya belum konfirmasi mengenai penggantian petugas baru untuk membersihkan ruangan bapak," jelasnya.
"Apa alasan Sofia berhenti bekerja?" tanya lelaki itu. Tidak sadar bahwa dirinyalah penyebab wanita itu resign.
"Sofia bilang dia mau pulang kampung, Pak. Dia di jodohkan oleh orangtuanya."
"Apa, dia di jodohkan?" tanya Axel tidak percaya.
"Ya pak, katanya seperti itu."
Axel tersenyum tipis. "Hebat juga wanita itu, begitu rupanya agar anaknya mendapatkan status," batin Axel.
"Apakah kamu punya norek Sofia?"
"Hah, maksud bapak nomor rekening?" tanya sindi kurang paham.
"Iya, Sindi. Aku minta nomor rekening Sofia." Meskipun Sofia akan menikah dengan lelaki lain, tetapi ia akan tetap memberikan uang untuk sebagai tanggung jawabnya. Jadi nggak di kecam sebagai lelaki jahat.
"Hmm,,, kenapa bapak tidak minta langsung pada orang yang bersangkutan ya?" tanya sindi sedikit aneh.
"Nomor aku di blok sama dia. Sudahlah, sekarang berikan saja noreknya padaku!" titahnya tak bisa di bantah.
Bersambung.....