NovelToon NovelToon
Gadis Dari Utara

Gadis Dari Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Pengawal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:956
Nilai: 5
Nama Author: moonlightna

SEASON 1!

Di balik luasnya wilayah utara, setelah kematian Duke Xander. Desa Valters hampir punah dan hancur.

Desa Valters desa yang tidak mengetahui titisan Xander...

Daren... seorang gadis berambut perak, di buang dan dibesarkan sebagai prajurit di barak utara yang ilegal. Tanpa identitas ia tidak tahu siapa dirinya, hanya tahu bahwa hidupnya adalah tentang bertahan.

Namun, saat pasukan Kekaisaran menyerbu barak utara. Ada nama yang dibisikkan. Xander Estelle. Ada mata-mata yang mulai memperhatikannya. Dan di ujung dunia, dari reruntuhan wilayah Utara yang dibekukan oleh sejarah, sesuatu yang mengerikan mulai bergerak.

Hidupnya mulai bergerak menuju takdir yang tak pernah ia minta. Tapi mungkinkah hidupnya juga akan berubah… menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar bertahan?

Di tengah perubahan hidup dan pengakuan darahnya, adakah sosok yang membuatnya semakin kuat? seseorang yang menantangnya untuk berdiri, meski dunia ingin menjatuhkannya?

Happy reading 🌷🌷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonlightna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUDAK TEMPUR

Suara cambuk menari di udara, menghantam lantai batu dengan dentuman yang menggetarkan tulang. Anak-anak berusia delapan hingga empat belas tahun berbaris dalam dua puluh deretan. Tubuh-tubuh kecil mereka menggigil di bawah hujan, tapi tidak satu pun berani mengeluh. Suara pelatih menggema seperti badai datar, bengis, dan tak memberi ruang untuk belas kasih.

"Baris!"

Bentakan kasar menggema, membuat sebagian besar anak menciut. Tapi di tengah barisan, ada satu yang tidak bergerak walau hanya satu inci.

Di tengah barisan, seorang gadis perempuan berdiri tegap. Rambutnya berwana perak keabu-abuan dengan mata biru yang tajam menangkap perhatian siapapun yang melihatnya. Tak ada air mata di pipinya meski bajunya sudah basah karena lumpur dan cipratan darah.

Namanya Daren. Daren kini berusia dua belas tahun, Setidaknya itu yang dia tahu, sebelum mereka mencabut semua identitasnya. Mereka bilang dia budak. Mereka bilang dia bukan siapa-siapa. Mereka bilang anak yang malang.

Anak yang di jual ke barak militer utara ketika masih bayi. Sejak hari pertama pelatihan, Daren tidak menangis, tidak bertanya, dan tidak menatap siapa pun lebih lama dari yang diperlukan. Ia tidak menyukai kontak mata, karena tatapan mereka membuatnya teringat sesuatu yang hilang.

“Jangan bicara,” katanya pelan pada dirinya sendiri, suatu malam di balik jeruji kamar dingin. “Jangan ingat. Kau harus belajar.”

"Dia aneh..."

Bisik anak-anak yang lain.

“Dingin, Rambutnya kayak es.”

Namun Daren tak peduli. Ia berjalan di atas tanah keras dengan langkah tegak yang tak sesuai usianya. Ia tidak menangis seperti yang lain. Ia tidak mengeluh ketika perutnya kosong dua hari berturut-turut. Ia diam. Tapi ia melihat. Menghafal. Menyusun tanpa kebencian dalam tenangnya napas.

Dan dia tidak sendirian.

Ada seorang gadis lain.

Fyona. Ia berbeda dari yang lain. Tidak sekuat Daren, tidak setegas itu saat berlatih. Tapi ada sesuatu dalam caranya mengikat luka dengan kain robek, atau dalam bisikannya yang tenang ketika anak-anak lain menangis diam-diam di malam hari.

Memiliki rambut ikal berwarna cokelat gelap dan tangan-tangan kecil yang selalu hangat.

Suatu malam, saat waktu istirahat dan anak-anak lain tergeletak seperti boneka patah, Fyona duduk di samping Daren dan merobek sebagian kain bajunya untuk membalut luka di lutut gadis berambut perak itu.

"Aku rasa kamu akan menjadi orang penting," bisik Fyona sambil memeras kain ke dalam semangkuk air kotor hasil tampungan.

“Kau jalan seperti... orang yang pernah memimpin pasukan. Tapi tubuhmu jalan seperti kau gak pernah diizinkan jadi manusia.”

Daren tidak menjawab. Tapi untuk pertama kalinya, matanya berkedip sedikit lebih lama. Seolah... menyimpan sesuatu.

Fyona tersenyum tipis. “Orang-orang bisa lupa siapa kamu. Tapi tubuhmu ingat. Tulangmu ingat.”

Ia menatap luka itu sebentar, lalu menambahkan, “Jangan mati ya. Kalau kamu mati, siapa yang bakal ngajarin aku cara untuk bertahan hidup?”

Kali ini Daren menjawab, tatapannya tertuju pada bulan yang bersinar di kegelapan langit. "Aku tidak ingin mati, aku menyukai hidup yang keras ini."

Mereka tidak banyak bicara setelah itu. Tapi tiap malam, jika Daren kembali dengan luka baru, Fyona ada di sana. Dengan kain robek, ramuan pahit dari akar tumbuhan sisa dapur, dan cerita kecil tentang suatu hari, saat dunia tidak lagi membusuk seperti tempat ini.

Di luar sana, para penjaga dan petinggi barak sedang ricuh. Suara bisikan cepat bercampur dengan nada geram dan penuh tekanan.

"Aku tidak tahu kalau bocah itu anak bangsawan..." bisik seseorang dengan nada panik.

"Tapi kau sudah keterlaluan! Petinggi-petinggi seperti kalian seharusnya dihukum tanpa ampun!" seru seorang lelaki dengan nada lantang, jelas berasal dari luar struktur barak biasa.

Sementara itu, suasana barak berubah mencekam. Para penjaga dan petinggi barak yang biasanya bersikap angkuh kini saling berbisik dengan wajah pucat. Suara derap pasukan dari Kekaisaran semakin banyak terterbuka, langkah-langkah teratur dan berat yang menandakan bukan hanya satu divisi biasa, melainkan pasukan elite Kekaisaran.

Mereka datang dengan bendera resmi. Dengan panji keluarga kerajaan. Dengan wajah-wajah yang dikenal di istana.

Panik mulai menyebar.

Para petinggi barak tidak tahu bahwa Daren adalah anak dari Xander Estelle. Duke besar yang dulu dihormati dan kini menjadi nama terlarang di antara para penguasa.

Namun ketakutan mereka bukan hanya karena itu.

Mereka tahu... barak ini penuh dosa.

Barak ini bukan tempat resmi. Ini adalah ladang pelatihan ilegal, tempat anak-anak kecil, bahkan yang belum genap sepuluh tahun... dipaksa berlatih dalam penderitaan. Mereka disiksa. Dipukuli. Dijadikan alat.

Banyak dari anak-anak itu bukan berasal dari keluarga militer, melainkan ditangkap atau dijual. Beberapa di antaranya hilang. Tak pernah kembali. Dan semua itu ditutup rapat oleh "kedisiplinan" dan dalih pengabdian.

"Suruh semua anak keluar dan berbaris di halaman!" perintah salah satu pria dari Kekaisaran dengan suara lantang, penuh wibawa.

Tanpa membantah, puluhan prajurit Kekaisaran segera menyebar. Mereka menggeledah setiap ruangan, membuka pintu-pintu dengan paksa, memeriksa lorong-lorong gelap, menyeret keluar para pelatih dan petinggi barak yang mencoba bersembunyi.

Sementara itu, para petinggi barak, yang selama ini memegang kekuasaan atas tempat itu, telah ditangkap. Tangan mereka dibelenggu, wajah mereka tertunduk, beberapa bahkan memohon dengan suara bergetar. Namun tak satu pun dari pasukan Kekaisaran memberi belas kasihan.

Kini, kedok itu terbuka.

“Kekaisaran benar-benar sangat lengah…” ujar seorang pria tampan, tinggi menjulang, dengan rambut pirang keemasan yang tersisir rapi. Matanya merah menyala seperti bara, menyorotkan ketajaman yang menusuk udara sekitar. Ia mengenakan mantel Kekaisaran yang mewah, kainnya berkilau dan berkelas, menandakan kedudukannya yang tak sembarangan.

Dialah putra mahkota Kekaisaran Balderans. Gerald Valeon Therando.

Di sampingnya berdiri seorang pria lain, pakaian seperti komandan tinggi Kekaisaran. Bahunya tegap, langkahnya mantap, dan auranya dipenuhi kewibawaan. Rambutnya berwarna kuning pucat, sedikit acak, namun tidak mengurangi ketajaman matanya yang berwarna hijau menyala, menelusuri barak yang kini dalam kekacauan.

Komandan Kanel. Salah satu nama paling disegani di medan perang, dan... yang dikenal karena pandangannya yang tajam terhadap segala bentuk pengkhianatan.

Mereka berdiri di atas dataran tinggi barak, mengamati kericuhan di bawah dengan tenang namun penuh ancaman.

"Tempat ini sangat kacau. Kau lihat sendiri, paman," ujar Gerald dingin.

Kanel mengangguk pelan. “Bocah itu... telah tumbuh di antara lumpur, tapi tetap membawa darah Estelle. Kalau benar itu dia, ini sungguh aib bagi Kekaisaran. Dan banyak orang tidak akan senang.”

Gerald tidak menjawab. Ia hanya memandangi barak itu dan berpikir, betapa tipis garis antara seorang anak biasa... dan takhta yang mengancam stabilitas seluruh kerajaan.

"Semuanya tolong berkumpul dan berbaris, Cepat!" Teriak seroang prajurit Kekaisaran di kamar barak itu.

1
Hatus
Kasihan banget Daren, masih bayi tapi cobaan hidupnya berat banget😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!