NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:33.3k
Nilai: 5
Nama Author: ARSLAMET

Sebuah keluarga yang harmonis dan hangat,
tercipta saat dua jiwa saling mencinta dan terbuka tanpa rahasia.
Itulah kisah Alisya dan Rendi—
rumah mereka bagaikan pelukan yang menenangkan,
tempat hati bersandar tanpa curiga.

Namun, kehangatan itu mendadak berubah…
Seperti api yang mengelilingi sunyi,
datanglah seorang perempuan, menembus batas kenyataan.

“Mas, aku datang...
Maaf jika ini bukan waktu yang tepat...
Tapi aku juga istrimu.”

Jleebb...
Seketika dunia Alisya runtuh dalam senyap.
Langit yang dulu biru berubah kelabu.
Cinta yang ia jaga, ternyata tak hanya miliknya.

Kapan kisah baru itu dimulai?
Sejak kapan rumah ini menyimpan dua nama untuk satu panggilan?

Dibalut cinta, dibungkus rahasia—
inilah cerita tentang kesetiaan yang diuji,
tentang hati yang terluka,
dan tentang pilihan yang tak selalu mudah.

Saksikan kisah Alisya, Rendi, dan Bunga...
Sebuah drama hati yang tak terucap,
Namun terasa sampai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSLAMET, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senja di Bandung , Damai di rumah

Alisya, satu-satunya putri dari seorang ibu yang berpendidikan menempuh pendidikan hingga lulus dari jurusan Manajemen. Namun, di tengah pilihan karier yang terbuka lebar, ia memilih jalan yang berbeda. Ia memutuskan menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga sepenuh waktu—sebuah pilihan yang mungkin tak semua orang pahami, tetapi ia jalani dengan tulus.

Pagi itu, setelah suami dan anak semata wayangnya, Rasya, berangkat, Alisya mulai membereskan meja makan yang masih menyisakan jejak sarapan tergesa. Piring-piring kotor dikumpulkan ke bak cuci, sementara beberapa baju kotor di ruang tamu segera ia masukkan ke dalam mesin cuci. Rumah mungil mereka yang sempat riuh mulai kembali hening, menyisakan suara mesin dan sesekali angin yang menyusup dari jendela.

Tak ada keluhan dari bibir Alisya. Baginya, ini adalah bentuk cinta yang bisa ia berikan—menjaga rumah tetap hangat dan teratur.

Menjelang siang, ia bersiap menjemput Rasya dari sekolah. Ia mengenakan gamis sederhana dan hijab berwarna lembut, wajahnya dirias tipis. Meski tak banyak bertemu orang setiap hari, Alisya percaya bahwa merawat diri adalah bagian rasa hormat terhadap kehidupan yang ia jalani

Setelah menjemput Rasya, mereka mampir sebentar ke pusat perbelanjaan. Rasya ingin membeli alat tulis bar , sambil menggandeng tangan kecil anak nya , Alisya mengarah ke Toko alat tulis di lorong dekat eskalator ia mendengar seseorang memanggil .

"Alisya? Wah, kamu masih cantik banget!" sapa Maya sambil memeluknya hangat.

Rina menambahkan, "Kita kira kamu kerja di kantor juga. Nggak pernah nongol di LinkedIn."

Alisya tersenyum. "Aku di rumah. Ngurus Rasya, rumah, dan... suami."

Citra mengangkat alis. "Hebat ya, pilih jalur yang jarang dipilih. Kita juga Udah nikah anak juga Ada masih sibuk kejar target, kadang lupa sarapan. Tapi kamu... kelihatan damai banget."

Alisya tertawa kecil. Ada nada getir yang samar, namun ia tetap tenang. "Setiap pilihan ada konsekuensinya. Kalian hebat di jalur kalian, aku juga berusaha jadi hebat di jalurku."

Mereka sempat mengobrol sebentar dan berbagi kontak satu sama lain sebelum berpamitan. Rasya sudah mulai terlihat gelisah, ingin pulang dan membuka alat tulis barunya.

Di perjalanan pulang, Alisya sempat termenung. Ada bagian dari dirinya yang rindu dunia kerja—rapat pagi, deadline, pencapaian. Tapi ia tahu, setiap hari ia sedang menanam sesuatu. Mungkin tak berbentuk angka atau grafik, tapi ia sedang menanam kasih, kesabaran, dan nilai dalam kehidupan anaknya.

Sementara itu, di Bandung...

Udara Bandung menjelang sore terasa sejuk, sedikit berkabut, dengan aroma tanah basah usai gerimis singkat. Rendi berdiri di teras sebuah kafe semi-outdoor, memandang salah satu properti yang sedang ia pertimbangkan untuk dijadikan bagian dari lini bisnis restorannya. Ia mencatat sesuatu di ponsel, lalu masuk ke dalam melihat interior. Waktu kerjanya padat, namun semua ia jalani demi impian keluarga kecilnya.

Setelah mengunjungi dua venue lagi, ponselnya berdering. Nama “Ayah” tertera di layar. Rendi menghela napas sebentar sebelum mengangkat.

“Iya, Yah?”

“Kamu di Bandung, kan? Sempatkan ke vila. Ada yang ingin Ayah bicarakan,” suara ayahnya terdengar tegas, seperti biasa.

Tanpa banyak bertanya, Rendi menurut. Sore itu juga ia mengemudi menuju vila keluarga yang terletak di dataran tinggi, sedikit tersembunyi di antara rimbun pohon pinus. Rumah tua bergaya kolonial itu masih tampak megah, dengan aura yang seolah menyimpan cerita lama.

Setibanya di sana, Ayahnya sudah menunggu di ruang tamu, duduk berdampingan dengan seorang wanita muda yang belum pernah Rendi lihat sebelumnya.

“Rendi,” sapa sang ayah. “Kenalkan, ini Bunga. Anak teman lama Ayah waktu masih aktif di dunia bisnis.”

Bunga berdiri, tersenyum ramah. Kulitnya cerah terawat, rambut panjang tergerai rapi di balik blazer krem yang menonjolkan kesan profesional. Wajahnya manis, dengan riasan tipis yang membuatnya tampak dewasa, meski jelas masih jauh lebih muda dari Rendi. Posturnya tegap, percaya diri, dan ada aura menawan yang seolah membuat ruangan sedikit lebih terang.

“Senang bisa bertemu langsung, Mas Rendi,” ucapnya sambil menjulurkan tangan. “Selama ini saya hanya dengar cerita tentang Bapak dan bisnis keluarga kalian.”

Rendi menjabat tangan itu sebentar, lalu menatap ke arah ayahnya.

“Ayah langsung saja,” lanjut sang pria tua. “Mulai Hari ini, Bunga akan jadi sekretaris pribadimu. Banyak urusan bisnis yang butuh tangan kanan yang bisa Ayah percaya.”

“Aku sudah punya tim sendiri,” ujar Rendi perlahan. “Sekretaris, admin, semuanya—”

“Ayah bilang ini soal kepercayaan. Mau tidak mau, kamu harus mau. Dia bukan cuma pintar, dia tahu cara kerja orang-orang kita. Ini bukan soal kinerja, ini soal kesinambungan.”

Bunga masih tersenyum, sopan, tanpa sedikit pun terganggu dengan ketegangan yang mulai mengendap di ruangan .

Rendi masih belum memberikan jawaban atas pernyataan ayahnya. Matanya menatap Bunga—diam-diam mencoba membaca maksud tersembunyi di balik wajah ramah gadis itu. Tapi sebelum sempat berkata apa-apa, ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk. Nama Alisya tertera di layar. Video call.

Ia meminta izin sejenak, berdiri sedikit menjauh dari ruang tamu. Sementara ayahnya hanya mengangguk, dan Bunga tetap duduk tenang, memainkan cincin kecil di jarinya.

Layar ponsel menyala, memperlihatkan wajah Alisya yang polos tanpa riasan, hijabnya sedikit berantakan seperti habis bermain dengan Rasya. Dan di sampingnya, kepala kecil Rasya menyembul, matanya berbinar.

“Ayah di mana?” tanya Rasya langsung, polos.

“Kapan pulang?” sambungnya cepat, tanpa memberi jeda.

Rendi tersenyum, menahan letih yang mengendap sejak pagi. “Ayah pulangnya malam, sayang. Mau dibawain apa?”

Rasya berpaling, menatap bundanya, lalu berbisik kecil, malu-malu. Ia tak menjawab, malah berlari ke depan televisi, pura-pura sibuk mencari remote.

Alisya tertawa kecil melihat tingkah anak mereka, lalu menatap kembali ke layar. Wajahnya tanpa makeup, tapi tetap memiliki pesona yang selalu berhasil membuat dada Rendi terasa hangat. Ada sesuatu yang sederhana dan tulus dalam sorot mata istrinya—yang tak bisa digantikan.

“Sayang, aku pulang malam ya,” ucap Rendi pelan, matanya tak lepas dari layar.

Alisya mengangguk. “Iya, hati-hati ya. Tadi Rasya makan banyak, terus dia gambar kamu pegang robot. Nanti aku kirim fotonya.”

Rendi tersenyum kecil, namun hatinya terasa berat. Ia memindahkan panggilan menjadi panggilan suara. Suaranya menjadi lebih dalam, lebih serius.

“Lis, Ayah minta aku kerja bareng seseorang di sini. Anaknya teman lama... cewek, namanya Bunga. Katanya harus jadi sekretarisku.”

Di ujung telepon, suara Alisya terdiam sejenak. Lalu terdengar pelan, “Kamu setuju?”

“Aku belum jawab. Makanya... aku cerita ke kamu dulu.”

Ada jeda. Sebuah kesunyian yang meluruh perlahan lewat sinyal telepon. Lalu suara Alisya terdengar lagi, lembut, tak menyalahkan.

“Kamu yang tahu mana baiknya. Tapi aku percaya... kamu tahu batas dan pulangnya ke mana.”

Kalimat itu sederhana, tapi masuk tepat ke dada Rendi. Ia memejamkan mata sejenak, menenangkan suara-suara yang mulai berbisik di kepalanya.

“Terima kasih,” ucapnya pelan.

Di belakangnya, sang ayah memanggil lagi. Waktu untuk mengambil keputusan tinggal sebentar.

Rendi menggaruk-garuk kepalanya dengan gelisah, kebingungan terpancar jelas di wajahnya. Matanya melirik ke arah Bunga dan ayahnya yang sedang duduk tak jauh dari sana. Keduanya tampak larut dalam tawa dan obrolan hangat, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Sementara itu, Rendi berdiri kikuk, tak tahu harus berbuat apa—bagai tamu yang tak diundang dalam cerita yang bukan miliknya.

1
Lulu-ai
alah, jangan bikin bahagia si rendi ma bunga itu
j4v4n3s w0m3n
entahlah masalah hati memang sesulit itu ,kata maaf terkadang tidak cukup untuk bisa mengembalikan keadaan,sesuatu yang retak akan sulit menjadi utuh kembali meski kita berusaha untuk menyatukan kembali retakakan itu seperti semula akan sulit .......ya kita liat kebagaiann alisya akan datang dengan cerita yg berbda bukan lagi sama.rendi tapi kebahagiaan itu akan datang dr orng lain
sutiasih kasih
andai alisya egois... memintamu lepas dri rendi.... blm tentu km mau bunga... brsikap mengalah sprti alisya....
km itu bukan korban y bunga.... km itu pelakor yg memang dgn sengaja ingin mnguasai rendi...
km manusia kejam bunga.... memisahkn ank dgn ayahnya... dan itu g adil..
dan lgi" smua untuk keuntunganmu sndiri... dan jga untuk ank yg km kndung..
Machmudah
gak rela aja kl bunga rendi bersama merajuy asa.....karma hrs terjafi dulu, sbg balasan air mata alisya
Retno Harningsih
lanjut
Lee Mbaa Young
Kan manipulatif si Bunga Bangkai itu.
minta maaf nya gk ikhlas krn takut mnderita itu.
coba kl bhgia gk.akn minta maaf smp berlutut si bunga itu.

Karma hrs ttp buat rendi dan bpknya, bunga dan bpknya juga.
bikin mereka bangkrut. Aku ingin anak bunga gugur gk ikhlas bnget pokok nya rasha punya saudara darah pelakor.
bunga anak adopsi mana tau dia anak pelacur mkne mau mau saja jd pelakor.
Mkne nm ne yg cocok Bunga Bangkai.
Lee Mbaa Young
Heleh ternyata niat bunga pingin alisha mengiklhas kan rendi biar hidup bhgia.
jng mimpi. karma mu baru di mulai.
menangislah smp km ingin mati.
HUKUM TABUR TUAI.
SAATNYA BUNGA BANGKAI MEMETIK KARMA.

INGAT KARMA TAK SEMANIS KURMA.
jd nikmati saja sakit nya ya Pelakor. semoga makin viral dan mnderita.
sukur sukur bunuh diri.
Iis Dawina
Km br sadar salah.oh krn baru tau ya klo km ank adopsi..tp ttp salah walaupun ank kandung.krn dah mencintai dn merebut suami orang
Nur Hafidah
kadihan sekali,bunga juga korban disini
Lulu-ai
manipulatif bingit si bunga, karma wajib thor sama rendi
Lee Mbaa Young
Di pikir dng minta maaf semua akn baik baik saja. tntu tidak. km blm mnderita smp mau mati kok. pling tdk kehilangan anakmu juga rahim mu. hingga gk punya harga diri br impas hukuman buat pelakor. biar gk ngangkang pd laki orang lagi si bunga Bangkai itu.
Lee Mbaa Young
Heh bunga Bangkai kl km minta maaf mang semua akn kembali lagi. ingat karma mu masih berjalan walau alisha maafin km.
pokok nya bunga Bangkai harus hancur sehancur hancurnya. dasar wanita pendidikan tp gk punya moral.
semoga anaknya gugur biar rasha gk punya saudara Dr ibu pelakor mcam km.
j4v4n3s w0m3n
aduh maaf ya bunga denger.ceritamu maaf sekali aku tetap gak.respek sama.kamu.heheheh maaf ya mungkin.krn.sakit.hati alisya itu.jadi aki.gak.bisa dukunh kamu apapun.keadaanmu dan.silsailah.kamu ..jalananin.aja.dech kesusahanmu.itu
sutiasih kasih: benerrr.... dia merasa korban dri luka org tuanya.... pdahal aslinya dlm lubuk hati dia memang adh ada rasa dgn rendi dan jga ingin memiliki rendi....
kbetulan bpk rendi dan npknya bunga sdh merencanakn smua... mka dlm hati bunga jga alih" krna amanah org tua...
klo munafik y munafik aja.... pelakor tetap pelakor...
smuanya sdh hncur bunga... dan km itu perempuan kejam yg di balut casing perempuan lembut...
ARSLAMET: hehehe
total 3 replies
Maizaton Othman
tetap sabar untuk bab seterusnya,bintang 5 utk setakat ini,harap selanjutnya ia tetap menjadi karya yg bagus sampai ending
Retno Harningsih
up
Lulu-ai
emng gg tau dendam tp situ tau rendi dah punya istri tetep nikah tuh
Iis Dawina
biarkan bunga stres trs keguguran deh
Mundri Astuti
dah tau ibunya begitu, dah ngerasain dampaknya, lah malah ngikutin, definisi bodoh si ini
Lee Mbaa Young
lah ibu sendiri seorang pelakor kok. Ya sm saja lah dng anakmu. pelakor juga.

semoga hbis ini bunga bnyak pikiran kecelakaan trus keguguran. wes ngunu ae. biar kapok para tua bangka bpk rendi dan bpk bunga.
ARSLAMET: kesel kan yaa , next bab di tunggu ya
total 1 replies
sutiasih kasih
ini gmn sih... bukankah anda jga merebut suami org bu tati.... ayah lisya yg lbh memilih minggat dgnmu... dan mnikahimu... dan rela menelantarkn lisya dan ibunya...
bukankah kalian sama" pelakorrrr...
ARSLAMET: kesel kan ya , next bab nya di tunggu ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!