NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 2

Setelah mengantar Aruna kembali ke rumahnya, Raka mematikan mesin jeep dan membuka pintu. Ia berdiri sejenak di samping mobil, memandang Aruna yang baru saja turun.

"Kalau begitu, saya pamit dulu, Bu Aruna. Besok pagi saya akan kembali ke kebun, mungkin sekitar jam delapan. Saya ingin mulai lebih awal untuk memeriksa kondisi sektor C secara langsung."

Aruna mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah, Raka. Terima kasih untuk hari ini."

"Sama-sama, Bu. Sampai besok," ucap Raka, lalu melangkah kembali ke mobilnya dan pergi meninggalkan halaman rumah Aruna, sementara sang pemilik rumah berdiri di serambi, menyaksikan kepergiannya dengan pandangan yang menggantung di udara senja.

Setelah Raka hilang dari pandangan, Aruna masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan. Di balik ketenangan wajahnya, hatinya masih menyimpan jejak hangat dari pertemuan singkat itu. Ia tersenyum-senyum sendiri, mengingat cara Raka menatapnya saat berbicara, nada suaranya yang tenang, dan antusiasme yang terpancar jelas saat membahas tanaman.

Ia menuju kamar, duduk di depan meja rias, lalu meraih sisir dan mulai menyisir rambutnya yang sebenarnya tidak kusut. Setiap gerakan tangannya terasa pelan, seolah ia sedang menenangkan detak jantungnya yang entah kenapa belum kembali normal.

Bayangan Raka melintas di kepalanya badan tinggi, bahu lebar, dan cara duduknya yang tegap namun tetap santai. Aruna menunduk, tersipu malu pada dirinya sendiri. "Sepertinya menyenangkan dipeluk tubuh seperti itu," gumamnya pelan, sebelum buru-buru menepis pikirannya sendiri.

Namun khayalan itu tetap tinggal, liar dan tak bisa ditekan. Ia tahu itu hanya fantasi... tapi untuk hati yang terlalu lama kesepian, fantasi bisa terasa lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri.

Keesokan paginya, Aruna tersentak bangun saat sinar matahari menerobos dari celah tirai kamarnya. Ia melirik jam di atas nakas—pukul 7.30.

"Astaga!" serunya nyaris panik, segera bangkit dari tempat tidur. Hanya setengah jam lagi sebelum Raka datang, seperti yang telah dijanjikannya kemarin. Jantungnya berdetak cepat, bukan hanya karena takut terlambat, tapi karena ada kegelisahan manis yang menyusup di sela kesibukannya pagi itu.

Ia bergegas ke kamar mandi, membasuh tubuhnya dengan air hangat yang sedikit membantu meredakan gugupnya. Di balik uap tipis yang mengembun di cermin, ia menatap wajahnya sendiri. Garis-garis halus memang mulai tampak, tapi kulitnya masih terawat, dan sorot matanya masih menyala dengan kepercayaan diri yang ia pupuk bertahun-tahun.

Selesai mandi, ia berdiri di depan lemari pakaian. Tangannya menggeser hanger satu per satu, memilih dengan cermat. Ingin tampil wajar, namun tetap memesona. Akhirnya, ia memilih blus katun putih dengan kerah terbuka dan celana kain krem yang membingkai lekuk tubuhnya dengan elegan. Ringan dan sederhana, namun tidak sembarangan.

Ia menyisir rambutnya dengan cermat, mengikatnya setengah ke belakang, membiarkan sebagian terurai di bahu. Riasan ia poleskan tipis sedikit bedak, lipstik bernuansa mawar, dan maskara untuk menegaskan mata yang memang sudah indah dari sananya. Minimalis, tapi cukup untuk membuat siapa pun menoleh dua kali.

Aruna menatap dirinya sendiri di cermin, menarik napas panjang. Di usia yang kepala empat, ia tahu ia bukan lagi gadis muda. Tapi pesonanya tidak pernah benar-benar pudar ia hanya menua seperti anggur, penuh karakter dan kehangatan yang dalam. Seketika, ia merasa percaya diri. Bukan hanya untuk Raka. Tapi untuk dirinya sendiri.

Dan saat suara mesin mobil terdengar mendekat dari arah depan rumah, Aruna melangkah turun dari kamar dengan langkah ringan namun bergetar dalam dada. Ia tahu, hari ini akan menjadi hari yang panjang... dan mungkin berbahaya bagi hatinya.

Ia melongok ke arah jendela di ruang tamu, dan mendapati mobil Jeep Raka telah berhenti rapi di depan gerbang. "On time sekali," gumamnya dalam hati, sedikit tersenyum, merasa takjub akan kedisiplinan pria muda itu.

Tanpa membuang waktu, ia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja kecil di ruang tengah, lalu menekan nomor cepat yang tersimpan atas nama Pak Yusron penjaga kebun dan rumah mereka yang sudah seperti keluarga sendiri.

"Halo, Bu Aruna?" suara Pak Yusron terdengar di ujung sana, serak dan bersahaja seperti biasa.

"Pagi, Pak Yusron. Itu tamu saya, Mas Raka, sudah sampai. Tolong bukakan pintu halaman depan, ya. Minta dia tunggu sebentar, saya akan segera turun," ucap Aruna dengan suara tenang namun jelas, menyembunyikan rasa gugup yang berdebar di balik nada lembutnya.

"Baik, Bu. Saya segera ke depan," jawab Pak Yusron sigap.

Aruna mematikan sambungan lalu menarik napas dalam-dalam. Ia menyempatkan diri melirik sekali lagi ke pantulan dirinya di kaca. Senyumnya mengembang tak terlalu lebar, tapi cukup untuk menyiratkan kehangatan yang tak bisa dipalsukan. Lalu ia melangkah keluar dari ruang dalam, menuju pagi yang telah membawa seseorang yang perlahan mengisi ruang hampa di hatinya.

Raka baru saja duduk di kursi rotan di beranda ketika Aruna melangkah keluar dari dalam rumah. Dengan senyum lembut dan langkah anggun, ia menghampiri pria muda itu yang tampak sibuk memeriksa ponselnya. Meski terkesan santai, ada ketelitian dalam gerak tubuh Raka cara ia duduk tegak, cara ibu jarinya men-scroll layar dengan kecepatan konstan, bahkan cara ia sesekali melirik ke arah kebun kecil yang menghijau di sisi rumah.

"Pagi, Mas Raka. Maaf menunggu," sapa Aruna seraya mendekat. Raka segera meletakkan ponsel dan berdiri sedikit, memberi hormat kecil dengan anggukan sopan.

"Tidak masalah, Bu Aruna. Saya juga baru saja duduk," balasnya dengan nada ramah.

Aruna tersenyum, lalu menunjuk ke meja kecil di sebelah kursi. "Mau saya buatkan minuman dulu? Kopi? Teh? Atau jus segar?"

Raka tampak berpikir sejenak. "Kalau boleh, saya mau teh hangat saja, Bu. Yang ringan."

"Tentu." Aruna berbalik dengan sigap, melangkah masuk ke dalam rumah, menuju mini bar yang menyatu dengan dapur terbuka mereka. Tangannya bergerak lincah menyiapkan teh, sementara sesekali matanya melirik ke arah Raka yang kini kembali duduk dan menatap sekeliling, terlihat seperti seseorang yang diam-diam menyerap semua keindahan dan ketenangan tempat itu.

Ada sesuatu yang menyenangkan dalam kesederhanaan Raka. Ia tidak banyak bicara, tidak menunjukkan sikap berlebihan, namun kehadirannya mengisi ruang dengan kehangatan yang sulit dijelaskan. Aruna memperhatikan bagaimana bahu Raka yang bidang tampak nyaman bersandar di kursi, bagaimana kakinya yang jenjang terjulur santai, dan betapa damainya raut wajah pria itu di bawah naungan sinar pagi yang menembus sela-sela daun di beranda.

Ia menuangkan teh ke dalam cangkir porselen putih, lalu menghiasinya dengan seiris jeruk nipis di bibir cangkir. Sentuhan kecil yang ia lakukan tanpa sadar, namun menunjukkan betapa ia ingin segala sesuatu tampak sempurna pagi ini. Mungkin terlalu sempurna.

Saat ia kembali keluar membawa nampan kecil berisi teh dan beberapa potong biskuit, ia merasakan dadanya berdebar ringan. Bukan karena takut, melainkan karena ada rasa yang mulai tumbuh dari rasa penasaran menjadi sesuatu yang lebih dalam, semacam kerinduan yang tak ia sadari sedang mencari tempat bertaut.

1
ovi eliani
ayo aruna waktunya bertindak , tlp bagus agarbmemberikan bukti ke polisi, biar bagas tau senjata makan tuan, biar dia yg masuk polisi biar tau rasa kamu bagas , biar bagas tau dingin nya jeruji besi, aku mwndukung mu aruna jgn kasih ampun bagas dan biar mata mak lampir juga terbuka bahwa kamu wanita yg baik aruna. semangat thor up nya tambah hreget ini.
R 💤
betul sih ini Thor...
R 💤
kok aku ikut seneng ya Raka gitu, dosa gak sih 🙈
Dee: Tenang, itu tandanya kamu punya hati yang peka. Raka emang bikin suasana jadi adem ya~ Yuk terus ikuti kisahnya, siapa tahu kamu makin sayang sama dia 🤭💕"
total 1 replies
R 💤
bisa dikatakan ia lagi puber kedua gak sih
Dee: Siap Kakak, nanti aku coba mampir ya,🥰
R 💤: ditunggu Thor,, jika berkenan mampir di lapakku juga Thor hehe 👋🏻 CINTA TUAN MAFIA , terimakasih
total 3 replies
R 💤
acieee...Aruna berbunga bunga tuhh
R 💤
selamatkan juga hati ibu hehe
ovi eliani
up lagi dong thor ketemuain aruna dan raka ,pingin melihat bicara , mak lampir suruh pulang dulu sama pak lampir biar ngak nganggu...semangat thor up lg malam ini, ceritanya bikin penasaran
ovi eliani
ayo aruna kamu harus membela yg benar, suami mu sdh mulai gila, kasian raka dia tak bersalah. terus buat mak lampir minta maaf sama kamu sampai mengemis maaf mu karena sdh kurang ajar mulutnya
Daniah A Rahardian
puitis banget☺️
ovi eliani
sedih amat sih thor , seng sabar ya aruna, alon alon waton kelakon , awas aja kamu nyamuk nenek lampir tak sedot ubun2 mu, wes tue belagu , semangat thor kasihbpelajaran itu nyamuk mak lampir karo bagas laki2 tak berguna.
Daniah A Rahardian: Beneran deh tuh nyamuk mak lampir sama si Bagas emang udah kelewatan. Aruna tuh udah sabar banget, tapi ya gimana... kadang orang baik tuh malah disakitin mulu 😤.
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Wow.. keren and puitis banget. Author emang pinter ya memilih kata2.
O ya aku udah jg ngeliat visual mereka di ig mu Thor, Aruna cantik banget dan Raka guanteng abis 🫶
Dee: Makasi Kakak, aku nyari yg pos buat karakter mereka.
total 1 replies
xia~xiaoling
ngena banget kata2 e aruna...kyk e aruna ini puitis banget deh...suka ma karakter aruna
Dee: Makasii! Senang banget Aruna bisa nyampe di hati Kakak😍
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Suami 🤬🤬
Dee: Sabar... sabar...☺️
total 1 replies
ovi eliani
aku suka kesal sama nyamuk nyamuk ini selalu heboh embok ya di dengarkan dulu, no sono laporin aja bagas nya biar tau rasa, nyamuk sama bagas memang cocok kumpulan manusia pencinta hutan jadi hifup seenaknya aja. lho kate kebun binatang, semangat thor aku jd gregetan bacanya, sholat dulu ya.
Dee: Memang ya nyamuk dan Bagas tuh kombinasi bikin emosi, tapi tenang... nanti ada kejutan buat mereka, ditunggu terus yaa~ Makasih banyak udah baca dan komen seru begini, semangat terus dan selamat beribadah juga ya kak ,💚🙏
total 1 replies
ovi eliani
aruna aruna saksi ya kan ada para pekerja kan melihat, twrutama kamu melihat sendiri, ngaoain hidup dgn bagas yg egois, lupa kan hempaskan masih banyak laki laki yg lain, semangat aruna ..
ovi eliani
thor up dobble biar tambah semangat bacanya, maunya aruna urusi raka aja, bagas buang aja ke laut
Daniah A Rahardian
Thor pliss...jgn kamu buat kayak di "Ternyata Hanya Kamu Cintaku", nanti aku nangis lagi nih! Aku jadi inget Alex😭
ovi eliani
wah wah mulai agak panas in ceritanyai seperti panas nya matahari di siang hari , bagas2 sekarang aja cemburu orak dewasa dewasa diri mu son son, udah raka laporkan bagas dengan tindak pidana main hakim sendiri biar mampus terkubur di penjara sepertih aruna yg hatinya tetpenjara di hati raka, Hidup adalah perjalanan, jangan lelah untuk terus berjuang. semangat thor buat ceruta yg lebih panas wkwkwwk
ovi eliani
belum greget ini thor, mau yang jeng jeng disaat aruna raka berdua, suami yg tak berguna datang. maaf ya thor bukan berarti aku setuju dhn perselingkuhan tp manusia punya batas kesabaran karena kelah nya wanita akan berujung dengan ke tidak pedulian. wahar klo bagas diberi pelajaran buat sadar diri , dobble up atuh thor semabgat benar bacanya.
xia~xiaoling
baca kayak nak muda lg kasmaran thor..pd hal ini yg bc emak2 berdaster..wkwkwk
Dee: Hahahaha... emak berdaster juga boleh dong kasmaran lagi!, semoga tetap bikin hati deg-degan yaa 😄💖
Tapi justru pembaca setia kayak emak-emak berdaster lho yang paling tulus menikmati cerita😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!