KEMBALI-NYA SANG ANTAGONIS 2

  Cassia dulu dijuluki Ratu Antagonis, yang selalu dipandang sinis oleh semua orang, akhirnya berhasil melepaskan diri dari belenggu gelap itu.

  Kehidupannya yang penuh derita akibat tipu daya Darian dan Nafisha, dua sosok yang merencanakan kehancurannya dengan kejam, bahkan rela membantai seluruh keluarganya dan Dax, pria yang tulus mencintainya.

  Dulu, cinta buta Cassia kepada Darian membuatnya menutup telinga dari peringatan sahabat dan keluarga, membiarkan dirinya terjerumus ke dalam jurang penderitaan tanpa akhir.

  Penyesalan menggerogoti hatinya, terlebih sebelum ajal menjemput ia akhirnya mengetahui kebenaran kelam di balik malapetaka yang menimpanya, semua sudah terlambat.

  Dan tiba-tiba ia kembali hidup di 5 tahun sebelum kehancuran hidupnya. di kehidupan keduanya yang baru ini, bara dendam itu berkobar berkali lipat. Cassia bersumpah membalas luka yang dibuat Nafisha dan Darian berkali-kali lipat, lebih sakit dari yang ia rasakan.

  cassia bertekad meruntuhkan dunia yang selama ini mereka bangun dengan licik. Dengan kejam ia melunasi semua dendam, tak memberinya ampun sampai kepuasan benar-benar menutup bab itu dalam hidupnya.

  Rencana demi rencana ia susun dengan ketelitian luar biasa, setiap langkah dijalankan dengan sempurna dan membuahkan hasil. Pertunangan yang dulu begitu ia impikan, kini dengan tegas ia cabut dan hancurkan tanpa keraguan.  

  Veronica, perempuan yang pernah diselamatkan Nafisha di kehidupan sebelumnya, hingga menjadi kaki tangan setianya. Namun, takdir berbalik di kehidupan sekarang justru perempuan itu berdiri melawan Nafisha dengan dendam membara di dada.

  Kebencian yang menyulut amarahnya begitu dalam, seperti api yang tak pernah padam, menenggelamkan ingatan lama dan mengganti rasa terima kasih dengan permusuhan yang tak termaafkan.

  Kehidupan Nafisha yang dulu penuh warna mendadak remuk ketika ia tiba-tiba dinyatakan hamil oleh pria yang menjadi kliennya di sebuah club. Beban itu menjadi pisau tajam yang ia gunakan untuk membohongi Darian agar bertanggung jawab dan mau menikah dengannya.

  Namun, kebahagiaan yang dirasakan Nafisha bersama Darian hanyalah singkat. Di balik gemerlap acara amal yang seharusnya menjadi ajang penggalangan dana, kebusukan satu demi satu terkuak dengan kejam.

  Pernikahannya hancur berkeping-keping, namanya tercabik-cabik oleh gosip yang menyebar bak api liar. Sekolah tempatnya belajar mengeluarkannya tanpa ampun.

  Namun luka paling dalam justru datang dari tubuhnya sendiri setelah terjatuh dari tangga, bayinya tak bisa di selamatkan dan ia di vonis tidak akan bisa hamil lagi. 

  Nafisha kini terperangkap dalam kehampaan, di mana impian dan harga dirinya terkubur dalam reruntuhan yang tak berujung.

   Sedangkan Darian bukan hanya kehilangan nama baiknya, mencoreng nama keluarga besar Parker, membuat perusahaan keluarga hampir bangkrut. Lalu pernikahannya harus hancur karena sebuah skandal, wanita yang ia cintai dan banggakan ternyata mengkhianati dan membohonginya,

  Badai cobaan menerpanya tanpa henti, mengoyak jiwanya hingga tenggelam dalam lorong kelam stres dan kesedihan yang mencekam. Semua itu menjadi bayangan kelam yang terus menghantui, akibat dari satu kesalahan fatal menyakiti perempuan yang mencintainya dengan sepenuh hati. 

  Seketika, dunia Darian retak, menjerumuskan dirinya ke jurang penyesalan yang dalam dan pahit tak terampuni.

  Setelah rencana itu berhasil, kehidupan cassia jauh lebih bahagia dan tenang. Dia bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan perasaan ringan.

  Menggapai cita-citanya yang dulu belum ia raih, dan akan ia gapai di kehidupan kali ini.

...****************...

  Cassia dan teman-temannya tiba di pelataran luas kampus mereka, disana. Mobil dan motor mewah milik para mahasiswa universitas sudah berjajar rapi. Dari Mahasiswa baru hingga kakak tingkat sepertinya semua datang untuk merayakan pesta kostum hewan yang di adakan.

  "Ada apa, Cas?" Arzhela bertanya sebab melihat Cassia malah diam mematung di samping mobil.

  "Ah, tidak ada, aku hanya merasa agak sedikit tak nyaman!" jawaban Cassia membuat yang lain menoleh cepat.

  "Apa yang tidak nyaman? Kamu sakit?" Veronica malah yang panik, dia segera menyentuh kening Cassia.

  "Hey, tenang! Aku hanya merasa tidak nyaman dengan kostumnya," jelas Cassia,

  Dia tahu betapa para sahabatnya itu baik dan setia, dalam hati Cassia selalu berpikir untuk menjelaskan semua hal yang menimpa dia dari mulai kehidupan pertama dan perjalanannya sekarang, di kehidupan kedua yang menuntut balas dendam.

  Semua ingin dia ungkapkan, hanya saja dia takut di bilang gila oleh teman-temannya dan berakhir dirinya di jauhi karena di anggap tak waras.

  "Melamun lagi? Sebenarnya ada apa?" Rose yang sekarang agak khawatir, dia kembali melihat Cassia melamun pun langsung menegur.

  "Tidak apa, sudah ayo masuk!" ucap Cassia.

  "Cas, dengar!" Arzhela menyentuh pundak Cassia, dia menatap wajah Cassia yang jelas menyimpan banyak hal tersembunyi di sana,"Jika ada hal yang ingin kamu katakan, maka katakan saja! Jangan pendam apapun sendiri. Paham, kan?" ujarnya pelan dengan mata yang tak lepas dari wajah Cassia.

  Cassia menatap Arzhela, entah kenapa dia merasa Arzhela tahu sesuatu, selama ini hanya Arzhela yang selalu mau membantunya tanpa banyak bertanya apapun, walaupun itu hal aneh yang tak akan pernah mereka bayangkan.

  Di kehidupan sebelumnya, Arzhela adalah orang yang cukup sibuk, selalu menghadiri banyak acara, dari peragaan busana, modeling hingga pemotretan sebuah produk.

  Namun, di kehidupan sekarang entah kemana Arzhela yang dulu sibuk, sekarang Arzhela justru menjadi sosok lain yang cukup banyak membantu dirinya.

  "Kembali melamun, CASSIA!" Arzhela berteriak tepat di depan wajah Cassia hingga membuat mereka semua terkejut.

  "Ar, kau membuat Cassia dan kami terkejut!" Rose menegur, dia menepuk pelan pundak Arzhela.

  "Hehe, maaf, aku hanya kesal, sejak tadi Cassia malah sibuk melamun, entah apa yang dia pikirkan?" gerutunya, dia menatap Cassia kesal dengan wajah yang tak bisa di tutupi, jelas kekesalan itu ada.

  Akhirnya Cassia meminta maaf, dia kembali fokus dan pada akhirnya mereka masuk kedalam gedung kampus dimana acara akan di adakan di aula kampus.

Sedangkan di sisi lain

  Dax, dan teman-temannya berkumpul, di sebuah Apartemen mewah dengan penampilan yang cukup tampan.

  "Kamu tidak bilang pada Cassia?" Russell bertanya, saat ia melihat Dax sedangkan menggunakan Jas dan Kemeja hitam, aura kebangsawanan begitu terpancar dalam diri Dax.

  "Tidak, kau tahu aku datang untuk memberikan kejutan," jawab Dax, dia melihat cermin untuk memastikan penampilannya malam ini terlihat sempurna.

  "Benar juga, jika Cassia dan para gadis itu tahu kitalah tamu spesial itu, maka lihat betapa terkejutnya mereka!" Giovano, memang terkenal dengan narsisnya, dia tampan dan cukup tengil dari yang lain.

  "Kami tahu kamu ingin melihat ekpresi Arzhela, kan?" Morgan menggoda, dengan merangkul pundak Giovano.

  "Apaan sih? Kenapa jadi bawa-bawa Arzhela?" kesal Giovano, dia menatap Morgan kesal.

  "Mengaku saja! Tidak perlu mengelak," godaan terus di layangkan, sekarang bukan hanya Morgan, bahkan Russel dan Vladimir pun ikut-ikutan menggoda.

  "Ish, apa sih?" kesalnya, dia berlalu meninggalkan teman-temannya yang tertawa heboh.

  Sedangkan Dax, hanya diam menjadi pengamat melihat bagaimana teman-temannya saling melemparkan candaan.