Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Cerai
“Mari kita bercerai !”
Ucapan singkat Raka membuat selimut yang baru saja dilipat Arumi terlepas. Ia pun berbalik badan dan menatap Raka lekat-lekat.
Wajah Raka yang selalu dingin dan tanpa senyum itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa saat melihat keterkejutan istrinya.
”Aku sudah menepati perjanjian kita untuk menjadi suami pura-puramu selama 1000 hari bahkan lebih jadi sekarang waktunya kita bercerai !” tegas Raka dengan tatapan yang menusuk dan menyakitkan hati Arumi.
Sebuah amplop cokelat berukuran A4 yang disodorkan Raka terpaksa diterima Arumi dengan tangan gemetar.
Kepala Arumi menunduk, menatap amplop di tangannya yang bersih, tanpa tulisan apapun.
”Segera urus dengan pengacaramu dan jangan coba-coba menundanya. Aku tidak akan menuntut harta apapun, cukup tabungan dari gajiku selama ini.”
Arumi mendongak, menatap Raka dengan perasaan sesak karena sekuat tenaga ia harus menahan supaya tidak ada air mata yang keluar.
”Bukan seperti itu perjanjiannya,” ucap Arumi dengan nada pelan.
”Persetan dengan perjanjian, aku tidak butuh hartamu sepeser pun !”
Mata Arumi membola,’mendengar suara Raka bukan hanya naik satu oktaf tapi nadanya sedikit membentak.
“Segera selesaikan perceraian kita, jangan coba-coba mengulur waktu apalagi mempersulitnya ! Tidak usah takut digunjingkan orang karena perceraian ini.”
”Aku tidak takut dan tidak peduli,” sahut Arumi dengan nada pelan dan tenang sambll menatap mata Raka yang dipenuhi emosi membara.
Entah kekuatan darimana Arumi akhirnya berhasil menguasai diri dan mengatur emosi meski degup jantungnya masih tidak normal, detaknya lebih cepat seperti orang habis lari marathon.
Raka melengos sambil membuang muka, tangannya masih bertolak di pinggang.
”Aku akan mencari cara untuk membuat orang-orang berpikir kalau aku ini suami yang jahat dan pantas diceraikan olehmu,” ucap Raka dengan tegas namun intonasinya sudah tidak setinggi tadi.
Raka tidak bisa menahan rasa kagetnya saat melihat Arumi malah tersenyum tipis sambil menggeleng pelan. Raka tidak bisa melihat perasaan kecewa atau marah atau sedih di mata Arumi.
”Tidak perlu,” Arumi menggeleng,
“Jaman sudah berubah, perceraian bukan lagi aib apalagi kita tidak memiliki keturunan meski sudah hampir 3 tahun menikah. Gunjingan mereka tidak akan lama karena menganggap semuanya wajar.”
Raka sempat mengernyit, menatap Arumi dengan wajah bingung. Sebetulnya bukan pertama kali Arumi bersikap setenang ini bahkan masih bisa tersenyum.
Selama menjalani pernikahan meski selama di rumah Raka tidak pernah sekalipun menjalani jewajibannya sebagai suami sungguhan , Arumi tidak pernah protes apalagi sampai marah-marah malah Arumi selalu melayani Raka sebagai suaminya.
“Aku berharap surat keputusannya sudah keluar sebelum minggu depan !”
Tidak sanggup berhadapan dengan Arumi yang sangat tenang, Raka pun memilih pergi ke kantor tanpa menunggu istrinya seperti biasa.
“Raka !”
Panggilan Arumi menghentikan langkah Raka yang sudah memegang gagang pintu namun ia tidak berbalik badan sama sekali.
“Kita tinggal di bawah satu atap bahkan berbagi satu tempat tidur meski tidak pernah melakukan hubungan suami istri selama 1002 hari, 1001 malam. Apa tidak pernah ada sedikit pun percikan cinta selama kita berdekatan ?”
Beberapa detik Raka terdiam bahkan ia sempat menghela nafas sebelum kepalanya menggeleng.
“TIDAK !” tegasnya tetap dalam posisi memunggungi Arumi.
“Terima kasih atas kejujuranmu. Semoga Thalia bisa membahagiakanmu.”
Mata Raka membola, sedikit terkejut saat Arumi menyebut nama itu. Raka pun bergegas membuka pintu dan menutupnya dengan sedikit kasar.
Begitu Raka keluar, Arumi berjalan ke arah nakas, mengambil handphonenya dan langsung menekan tombol panggilan cepat di layar.
“Tolong jalani sekarang, Om. Raka tidak mau memperpanjang perjanjian.”
*****
“Semoga Thalia bisa membahagiakanmu.”
Ucapan Arumi masih terngiang-ngiang di telinga Raka yang berusaha tetap fokus mengemudikan mobil ke kantor.
Dari kalimat itu, Raka berani menyimpulkan kalau Arumi sudah lama tahu mengenai kehadiran Thalia yang muncul kembali setelah 4 tahun lalu meninggalkan Raka untuk mengejar mimpinya di negeri orang.
Sebetulnya belum ada yang istimewa antara Raka dan Thalia sekalipun sudah berkali-kali perempuan itu menemuinya untuk minta maaf sambil memohon dan menangis.
Luka yang ditinggalkan Thalia tidak bisa sembuh begitu saja apalagi hinaan keluarganya 4 tahun lalu tidak hanya ditujukan pada Raka tapi juga keluarganya.
Meskipun begitu, Raka tidak bisa berdusta kalau di antara benci itu masih ada sisa cinta yang tertinggal untuk Thalia.
Indahnya jalinan kisah kasih mereka yang berjalan selama 3 tahun tidak bisa dihapus begitu saja dalam ingatan Raka.
Kehadiran Thalia ibarat oase di tengah rasa lelah yang mendera Raka karena harus menjalankan peran sebagai suami pura-pura Arumi selama 1000 hari sesuai kesepakatan bersama.
Raka kembali menghela nafas panjang sambil menyugar rambutnya.
Beberapa hari yang lalu, Raka kembali bertemu dengan Thalia atas permintaan perempuan itu.
Sungguh di luar dugaan, Thalia tidak sekedar minta maaf seperti biasanya. Sambil menangis sesunggukkan Thalia bersimpuh bahkan memeluk kaki Raka.
“Maafkan aku Raka dan menikahlah denganku. Aku tidak peduli sekalipun harus menjadi istri kedua. Aku ingin menghabiskan sisa waktuku yang tidak lama lagi hanya bersamamu.”
“Apa maksudmu ?” tanya Raka dengan dahi berkerut.
“Aku akan menceritakan semuanya setelah kamu menyatakan bersedia untuk menikahiku.”
Lamunan Raka buyar karena dering handphone. Ia pun meraih benda pipih itu supaya lebih jelas melihat layar handphonenya.
Jantungnya berdegup begitu melihat tulisan “My Love” di layarnya. Meskipun bukan Raka yang menulisnya, ia langsung tahu siapa yang sedang menghubunginya.
“Halo.”
“Mas Raka ya ?”
Raka mengernyit karena bukan suara Thalia yang menjawab.
“Saya Dita, temannya Thalia. Maaf saya menghubungi Mas Raka pakai handphone Thalia. Bisa tolong datang ke rumah sakit xxxx sekarang ?”
“Thalia sakit apa ?”
“Thalia mendadak pingsan waktu lagi ngopi sama saya dan dari hidungnya keluar darah.”
Raka mulai panik apalagi teringat dengan ucapan Thalia soal hidupnya yang tidak akan lama lagi.
“Sebetulnya Thalia sakit apa ?”
Dita tidak langsung menjawab hanya terdengar helaan nafas membuat Raka mulai tidak sabaran karena ingin tahu yang diderita Thalia saat ini.
“Tolong beritahu saya ! Tidak usah khawatir soal Thalia, saya pastikan dia tidak akan marah padamu !”
“Lebih baik Mas Raka tanyakan langsung begitu ketemu Thalia. Saya tunggu di rumah sakit.”
Dita langsung menutup panggilannya sebelum Raka bertanya lagi membuat pria itu menggeram kesal sampai memukul setir.
Dengan sebelah tangan, Raka mencoba membuka peta menuju rumah sakit yang disebut Dita. Konsentrasi yang terpecah membuat Raka tidak sadar kalau kakinya malah menekan pedal gas untuk menambah kecepatan namun tidak fokus dengan lajur yang dilewatinya.
Begitu kepalanya mendongak, matanya langsung membelalak, kecepatan mobilnya tidak mungkin menghindari truk yang sedang berhenti di bahu jalan.
Semuanya langsung gelap dan Raka tidak tahu lagi apa yang terjadi pada dirinya.
raka msih shat tp udh d blng mninggal....mndingn blik lg deh kl msih sling cnta,jgn gngsi yg d gdein...
stlh psah,bru mrsa khilangn....cma bs "s'andainya"....tp ingt,dlu kn raka bnci bgt sm arumi....mlah lbh mlih s ulat bulu drpd istrinya....kl skrng mnysal,nkmti aja....😝😝😝
ga sbr nunggu mreka dpt hkumn stimpal....
Arumi msih pduli trnyta....enth krna msh punya prsaan atw krna hti nurani....
bkannya tnggung jwb,mlah kbur...
enk bgt dia bs bbas skian thn,sdngkn kluarga krban mndrta krna khilngn orng2 yg d cntainya......mga dia jg mrasakn skit yg sma....