NovelToon NovelToon
Immortal Reversed [ Nì Tiān Zhě ]

Immortal Reversed [ Nì Tiān Zhě ]

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Spiritual / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Hamtaro Dasha

Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.

Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.

Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.

Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1 - Wu Xie

Kabut pagi menari perlahan di antara pepohonan pinus yang mengelilingi Desa Bai Shui. Udara dingin menggigit kulit, tetapi bagi Wang Wu Xie, bocah berusia tiga belas tahun itu... kabut adalah teman lama dan seakan selalu datang untuk menyembunyikan dunia dari matahari.

Ia duduk di atas atap rumah kecilnya, seutas rumput kering di mulut, memandang langit yang mulai berwarna perak pucat. Mata bocah itu tajam, terlalu tajam untuk anak seusianya. Diam-diam, ia bertanya dalam hati.

Kenapa dunia selalu terasa lebih besar daripada yang dikatakan orang-orang di sini?

Di kejauhan, lonceng kuil bambu berdenting pelan pertanda pagi. Desa Bai Shui terbangun lambat, seolah takut membangunkan sesuatu yang lebih tua dari waktu. Para tetua bilang, desa ini berdiri di atas tulang naga yang tertidur. Tapi itu hanya dongeng... kan?

“Wu Xie!”

Suara parau memanggil dari dalam rumah. Itu suara Wang Bo-kakeknya. Pria tua yang sehari-hari menganyam bambu dan menceritakan legenda yang terkadang sulit dipercaya.

Wang Wu Xie melompat turun dari atap dan berlari masuk.

“Ada apa, Kek?”

Di dalam rumah berdinding kayu dan anyaman bambu, aroma herba menyambut penciuman Wang Wu Xie. Aroma yang sudah lekat dalam hidupnya.

Wang Bo, lelaki tua berambut putih kusut, duduk di dekat tungku, tangannya sibuk membuat wadah bundar dari bilah bambu yang basah. Meski matanya telah buram, jemarinya tetap lincah, mengikuti pola yang sudah puluhan tahun tertanam di ingatannya.

“Kau seenaknya naik ke atap lagi. Kalau jatuh, siapa yang repot? Bukan kau. Aku yang akan disalahkan ibumu!” Wang Bo menggerutu, tapi ada senyum mengendap di sudut bibirnya.

Wang Wu Xie tertawa kecil dan mencuri satu buah kue beras dari wadah di meja.

Dari dapur belakang, suara ibunya-Yun Mei, terdengar.

“Jangan makan sebelum mencuci tangan, Wu Xie!”

“Iya, Ibu…” gumamnya, tapi kue itu sudah setengah habis.

Tidak lama kemudian, ayahnya-Wang Ren, masuk dari pintu samping. Tangannya kotor oleh getah akar dan dedaunan, tanda baru pulang dari ladang herba. Di punggungnya tergantung kantung kulit berisi tanaman liar.

“Xie’er, bantu Ibu menyortir daun gunung nanti, ya. Hari ini kita akan membuat ramuan untuk pencernaan.”

Wang Wu Xie mengangguk, lalu melirik ke arah kakeknya yang masih tekun menganyam.

“Kek…” Wang Wu Xie berujar lirih, duduk bersila di dekat tungku, “Kakek pernah bilang tentang Para Kultivator, kan? Ceritakan lagi. Tentang para makhluk abadi yang bahkan bisa membuat langit terbelah itu...”

Wang Bo terdiam sejenak. Jemari tuanya yang memegang bambu kini terhenti, seolah sesuatu dalam dirinya ikut membeku bersama kenangan lama. Ia meletakkan anyaman bambu ke samping, mengusap janggut putihnya, lalu menatap Wang Wu Xie.

Tatapan yang dalam, bukan hanya sebagai kakek kepada cucu, tapi seperti seseorang yang pernah melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat.

“Wu Xie,” Wang Bo buka suara. Nadanya serak seperti embun jatuh di atas batu tua, “Para kultivator tinggal di tempat yang sangat jauh. Orang-orang menyebutnya Wilayah Abadi. Di sana, langit kadang berwarna hitam walau tengah siang, dan cahaya tidak selalu berasal dari matahari. Gunung bisa melayang, dan sungai mengalir melawan arah waktu. Tapi tempat itu… bukan untuk semua orang. Ada batas antara dunia fana dan dunia kultivator. Negeri mereka tidak bisa dilalui oleh langkah manusia biasa."

Wang Wu Xie memandangi api tungku yang mulai mengecil. Dalam diamnya, ada sesuatu yang tumbuh di dadanya-bukan hanya rasa ingin tahu, tapi semacam dorongan yang tidak bisa ia jelaskan.

“Kalau begitu… Apa aku bisa jadi salah satu dari mereka?”

Wang Bo menatapnya lama, sebelum menjawab dengan nada rendah, “Itu bukan pertanyaan yang bisa kujawab, Xie’er. Langit tidak memilih sembarangan. Tetapi kalau kau memang ditakdirkan untuk itu, dunia ini akan membawamu ke jalur yang benar…"

Tiba-tiba dari dapur, suara Yun Mei-ibu Wang Wu Xie, terdengar lembut:

“Kau sudah cukup banyak mendengar kisah itu, Xie’er. Ayo, cuci tangan. Makanannya sudah siap.”

Wang Wu Xie menoleh, lalu berkata pelan, “Ibu… apakah kau percaya aku bisa jadi kultivator?”

Yun Mei terdiam sejenak, menatap wajah anaknya yang penuh harap. Ia meletakkan piring tanah liat ke meja, lalu berjalan mendekat.

“Kau anakku,” katanya sambil menyentuh pipi Wang Wu Xie, “Kalau hatimu jernih dan niatmu kuat, maka jalanmu akan terbuka. Tapi ingat… dunia para kultivator bukan hanya cahaya. Ada kegelapan yang bahkan tidak dikenal oleh manusia biasa.”

Wang Ren-ayah Wu Xie, menimpali dari belakang, suara lembut namun tegas, “Dan sebelum kau memikirkan jadi makhluk abadi, bantu ayah urutkan ramuan ini dulu. Dunia butuh lebih banyak tabib yang menyembuhkan, bukan pahlawan yang hanya tahu mengayunkan pedang.”

Wang Wu Xie mengangguk pelan. Ia beranjak ke sisi meja tempat ayahnya mengatur ramuan-ramuan kering dalam kantong kecil dari kain goni. Aroma akar pahit dan daun segar mengambang di udara. Tangan mungilnya mulai menyusun kembali botol-botol kecil sesuai urutan yang diajarkan ayahnya. Diam-diam, matanya melirik ke arah Wang Ren, lalu berkata pelan.

“Ayah… kalau aku benar-benar bisa jadi kultivator… apa Ayah akan melarangku?”

Wang Ren menghentikan gerakan tangannya. Lama ia menatap anaknya, lalu menghela napas dan duduk di bangku kayu yang berderit pelan. “Bukan tugasku melarang, Wu Xie. Tapi aku ingin tahu, kenapa kau ingin jadi kultivator?”

Wang Wu Xie menunduk sebentar, mencari kata-kata. “Entahlah. Mungkin karena… aku ingin tahu lebih banyak tentang dunia luar. Aku ingin jadi kuat, seperti dalam kisah Kakek. Dan… kalau aku kuat, aku bisa melindungi Ibu, Ayah, dan semua orang di desa ini. Tidak hanya menyembuhkan mereka saat terluka…”

Seulas senyum tipis muncul di wajah Wang Ren, tapi di baliknya ada duka yang dalam. Ia mengusap kepala putranya perlahan.

“Ketika Ayah seusiamu,” katanya lirih, “Ayah pernah bertemu seorang kultivator. Kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu, saat Ayah pergi ke utara mencari akar Ginseng Merah untuk seorang bangsawan yang sakit parah. Ayah tersesat di hutan kabut selama tiga hari… dan di sana, Ayah melihat seseorang berdiri di atas air. Langkahnya tidak bersuara, matanya terang seperti api yang dilapisi es.”

Wang Wu Xie membelalak. “Apa dia benar-benar kultivator, Ayah?”

Wang Ren mengangguk pelan. “Ya. Dia tidak berkata banyak. Tetapi hanya dari auranya saja, tubuh Ayah terasa menggigil. Dia menyelamatkan Ayah dari serangan binatang buas, dan hanya berkata satu hal sebelum pergi: ‘Dunia ini terlalu sempit bagi mereka yang tidak bisa bermimpi.’”

"Itu...."

"Artinya orang-orang yang tidak memiliki mimpi atau harapan dalam hidup... Akan merasa hidup ini penuh batasan. Dunia akan terasa sempit karena mereka tidak terbuka pada kemungkinan, petualangan, atau masa depan yang lebih baik."

Wang Wu Xie mengulang dalam hati, matanya berbinar.

“Tapi,” lanjut Wang Ren, suaranya kembali tenang namun berat, “Apa yang tidak dia katakan adalah jalan yang mereka tempuh.... dipenuhi kerja keras, darah, kehilangan, dan rasa sunyi yang tidak bisa disembuhkan. Kultivasi bukan sekadar latihan atau kekuatan. Itu jalan seumur hidup, dan tidak semua orang sanggup menanggung harganya.”

Wang Wu Xie menggenggam erat botol ramuan di tangannya.

“Ayah tidak melarangmu,” Wang Ren menatapnya lembut, “Tapi Ayah ingin kau tahu bahwa menjadi kuat bukan berarti meninggalkan belas kasih. Jika suatu hari kau menjadi kultivator, jadilah yang bisa menyembuhkan dunia… bukan yang menambah lukanya.”

Wang Wu Xie diam. Tapi di matanya, percikan tekad kecil mulai tumbuh, seperti benih yang perlahan menembus tanah.

******

1
Hydro7
Akhir bulan...
y@y@
💥👍🏾👍🏿👍🏾💥
Hydro7
Nascent Soul
Hamtaro Dasha: kirain salah ketik lagi, wkwkwk (*´ლ`*)
total 1 replies
Uchy
Cerita yang menarik...
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
ind@h
dibalik kata² pedasnya ternyata tersimpan kepedulian terhadap sodaranya...
Uchy
Aku tak akan lupa untuk, "Ingatkan Update".
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Uchy
Awal kebangkitan Wang Wu Xie....
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Uchy
Wang Jian masih termasuk baik...
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
ind@h: cieee ini durian montong apa durian musang king..??🤭🤭
tp selama ini dasha menggiring kita untuk berpikir kalo wang jian ini selimut tetangga ehhh maksudnya musuh dalam selimut 🤣🤭
total 3 replies
Uchy
Masih tetap setia bersamamu, thor ☝️☝️☝️☝️💓💓💓
Hamtaro Dasha: waah, terima kasih kak Uchy (*´∀`~*)
total 1 replies
Natsumi Himeyuki
ini keren Dasha./Casual/ alur cerita novelmu terasa hidup, apalagi diawal-awal menggabungkan keseharian sederhana dngan dunia kultivasi yang penuh misteri. penokohannya kuat, terutama perkembangan Wu Xie yng berlapis dan emosional. /Grin/cocok sekali dibaca bagi pecinta fantasi dengan konflik yang seru sekaligus menyentuh hati. dan ini mengobati rinduku juga dengan Xiao Shuxiang /Proud//Proud/
Hamtaro Dasha: Waaah, jadi semangat ini (❁´▽`❁)ノ
total 1 replies
Natsumi Himeyuki
mantap dasha /Casual/
Hamtaro Dasha: Terima kasih kak, hehe (*´∀`*)
total 1 replies
Hamtaro Dasha
Terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini, jangan lupa berikan bintangnya dengan mengulas novel ini ya, hehe ( ´ ▽ ` )ノ
Hamtaro Dasha: waah, terima kasih Kak Fian (❁´▽`❁)
total 4 replies
Abah'e Rama
💞😍😘💞💞😍😘💞💞😍😘💞💞😍😘💞💞😍😘💞💞😍😘💞💞😍😘💞
Abah'e Rama
1
y@y@
⭐👍🏼👍🏻👍🏼⭐
Uchy
Ternyata Kepanikan Wang Jian karena, "Ingatkan Update" muncul.
hehehehe 😁😁😁😁
Uchy: Okay Dasha...
Siap meluncur,,, hehehehe 😁😁😁
total 2 replies
Uchy
Bukankah Wang Jian sangat membenci Wu Xie....?!
Kenapa begitu panik...?!
Hamtaro Dasha: tunggu kelanjutannya, yah... hehehe (❁´▽`❁)
total 2 replies
Uchy
Sungguh kematian yang tragis...
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...
ind@h: karna kita g bisa move on dari yang mulia yang sangat luar biasa thorrrr..makanya buruan update thorrr untuk yang mulia..aq udah kangen berat nih...duniaku udah porak poranda menahan rindu 😭😭😭
total 3 replies
Uchy
Xiao Shuxiang,,,,, benarkah ini Xiao Shuxiang....?????
Uchy
Hadir hadir hadir ☝️☝️☝️
Ini jejak-jejak 👣👣👣👣 kehadiranku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!