Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu
"Sayang, cepatlah, kita harus pergi hari ini, sebab acaranya esok hari." Kenzo mengamati jam tangannya yang sudah memperlihatkan pukul delapan pagi.
Ia akan menghadiri pernikahan putera dari rekan bisnisnya yang berada diluar kota.
"Iya, sudah siap, Kok." tampak wanita cantik sedang bersiap didepan cermin, dan kali ini mengikat rambut puterinya.
"Aku tunggu dimobil, ya, Sayang." Kenzo mengangkat dua buah tas yang berisi pakaian ganti dan sepertinya mereka akan menginap beberapa malam dihotel.
"Iya, Sayang," jawab sang istri yang bernama Adhisti. dan ia menyelesaikan kuciran dirambut puterinya.
"Sudah, Sayang. Ayo!" ajaknya, lalu beranjak dari tempatnya, dan mereka keluar dari ruang kamar, lalu menuju halaman depan tempat dimana Kenzo sang suaminya sedang menunggu mereka.
Pria itu melirik sang istri yang terlihat sangat begitu cantik sekali, meskipun hanya berdandan sederhana tanpa make up yang tebal.
"Kamu cantik sekali, Sayang." pujinya dengan mengembangkan senyumnya yang mana ia selalu merasakan cinta saat bersama dengan sang wanita.
"Kau juga tampan," balas sang istri, yang tak lain adalah Adhisti.
Seketika wajah suaminya memerah saat mendapatkan pujian dari istrinya.
Sedangkan disisi lain, gadis kecil yang berada dijok tengah, seolah tak mereka anggap. Ia hanya menjadi saksi keromantisan dari dua insan yang sedang dimabuk cinta.
Gadis kecil itu adalah Dewi Pandita, yang mana merupakan puteri mereka satu-satunya dan ia hanya menonton kedua orangtuanya, yang tak henti-henti selalu mengucapkan kata 'Sayang'.
Kenzo menyetir mobilnya dan melaju membelah jalanan yang mulai tampak lengang.
Setelah hampir delapan jam menempuh perjalanan, Kenzo mulai memasuki jalanan sepi, karena harus melewati hutqn pinus yang berkelok .
Bahkan medan jalanananya selalu menanjak dan menurun.
Tiba-tiba saja, gadis kecil itu memandang sebuah jalanan setapak yang sekarang sudah mulai ditumbuhi rerumputan dengan hati yang terenyuh.
Disana ia pernah dibesarkan, dan tempat itu adalah saksi dimana jika ibundanya pernah mengasuh dirinya hingga sebesar ini.
Kenzo memperhatikan pandangan puterinya yang melirik kearah tersebut, hingga mobil melewatinya--pun ia memutar tubuhnya.
Kenzo memperlambat laju mobilnya, lalu memutar arah.
"Kita mau kemana?" tanya Adhisti dengan nada penasaran.
"Membawa Dewi Pandita pada kenangannya." Kenzo berbalik arah, lalu menerobos jalanan setapak yang mulai ditumbuhi rerumputan liar.
Setelah cukup jauh masuk ke dalam, akhirnya mereka tiba didepan sebuah rumah panggung dengan tungkainya setinggi hampir dua meter yang saat ini tampak tidak berpenghuni.
Suasana sepi, dan begitu lengang. Adhisti turun dari dalam mobil, begitu juga dengan Dewi Pandita yang saat ini tampak begitu antusias.
"Nenek...!" panggilnya dengan berteriak. Ia melewati rerumputan dan menapaki anak tangga untuk segera tiba diatas.
Tok tok tok
Pintu diketuk dengan begitu kencang. "Nenek, ini Dita," panggilnya dengan hati yang gelisah.
Adhisti ikut menapaki anak tangga, lalu mendorong pintu dengan perlahan.
Kreeeek
Pintu terbuka dengan lebar. Suasana begitu sepi, tak ada sesiapapun, sepertinya sudah beberapa waktu ditinggalkan.
"Nenek." Dewi Pandita melangkah masuk dengan langkahnya yang sangat hati-hati, dan ia mengedarkan pandangannya kesegala arah, namun tidak ada sesiapa-pun yang terlihat.
Gadis kecil itu menuju dapur, disana terlihat tumpukan piring yang baru saja dicuci terakhir kali saat ia dan ibunya meninggalkan tempat itu.
Sementara itu, Adhisti memasuki kamar. Ia dikejutkan oleh sisik ular berwarna kuning keemasan yang baru saja berganti, dan sepertinya itu baru beberapa hari yang lalu.
Adhisti menyentuhnya, dan sepertinya tempt ini tqk lagi berpenghuni.
"Bu, apakah nenek ditemukan?"
"Hah!" Adhisti tersentak kaget saat puterinya tiba-tiba saja datang dan sudah berdiri dibelakanngnya.
"Apa itu, Bu?" tanya sang gadis kecil saat dengan rasa penasaran.
"Oh, tidak apa-apa, hanya sisik ular yang sedang berganti kulit." Adhisti meletakkannya kembali ke atas ranjang dengan kasur kapas yang tampak mengempis.
"Apakah ada hal buruk yang terjadi pada nenek? Mengapa ada ular yang naik le atas ranjang?" tanyanha dengan penasaran.
"Namanya juga dihutan, pasti banyak ular." Adhisti berjalan keluar dan mengamit pergelangan tangan puterinya.
"Ayo kita pergi, sepertinya nenekmu sedang berbelanja ke kota," Adhisti berbohong pada puterinya.
"Jadi tidak bertemu nenek hari ini?" gadis kecil berusia 7 tahun itu tampak cemberut.
"Tidak untuk hari ini, Sayang. Lain kali kita berkunjung kembali." Adhisti menuruni anak tangga dan diikuti oleh puterinya yang masih belum puas untuk tinggal disini, dirumah penuh kenangannya.
Adhisti sudah tiba dihalaman, sedsngkan Kenzo menunggu mereka dihalaman, sembari mengutip beberapa bunga pinus yang terjatuh dibawah pohon.
Ia memungutnya, dan cukup banyak yang didapatnya, lalu mengambil bijinya dan memakannya, sebab ini adalah jenis pinus merkusii atau disebut kacang pinus tusam.
Adhisti memperhatikan tingkah suaminya yang layaknya seperti anak kecil dan berburu makanan.
"Apa yang sedang kau makan, Sayang?" tanyanya dengan mengerutkan dahinya.
Kenzo mengangkat sebutir kacang pinus tusam ke arah sang istri. "Ini, cobalah, enak rasanya, dan jika digongseng akan lebih gurih," ucapnya dengan santai.
"Heeem," Adhisti hanya mendehem.
Dewi Pandita sudah tiba dibawah. Ia masih merasakan ada sesuatu yang kurang, sedangkan Kenzo sibuk memasukkan kacang Tusam ke dalam mobil.
Setelah itu ia menghampiri keduanya. "Apakah ibu ada didalam? Tanyanya sembari mengunyah kacang pinus.
Adhisti menggelengkan kepalanya. "Sepertinya ibu pergi," jawabnya lirih.
"Apakah sudah memeriksanya? Mungkin juga sedang ke kali," Kenzo terlihat celigukan mencari keberadaan sang ibu mertuanya.
"Ibu tidak ada disini, sebaiknya kita kembali ke tujuan awal saja, menghadiri pesta rekan bisnismu,"
Kenzo mencoba unruk memahami sang iatri sepertinya ia tidak ingin membahas tentang sang ibu yang tidak lagi menempati rumah tersebut.
"Bu," panggil Dewi Pandita dengan nada lirih.
"Ya, ada apa?"
"Sepedaku mengapa tidak ada?" tanyanya pada sang ibunda yang mana tentu saja hal itu membuat Adhisti tercengang.
"Oh, sepeda itu, ya? Mungkin dibawa nenekmu ke kota," lagi-lagi jawaban yang spontan dan iantakmingin membahasnya, sebab ia melihat dalam siluet bayangannya, jika sepeda puterinya seperti ada yang membawanya, namun masih tertutup oleh sesuatu.
Dewi Pandita tampak sendu, sebab sepeda itu sebuah kenangan dari sang papa yang mana merupakan awal mereka dipertemukan setelah bertahun lamanya tidak pernah saling bertemu.
Kenzo menghampiri puterinya. "Sudah, jangan bersedih. Nanti kita kemari lagi, setelah acara pesta selesai, mungkin nenek masih ada urusan," pria itu mencoba menenangkan puterinya.
Dewi Pandita menganggukkan kepalanya. Lalu mereka kemnali ke mobil, dan akan kembali menuju hotel tempat dimana mereka akan menginap.
Ketiganya memasuki mobil, lalu melanjutkan perjalanan mereka.
Setelah mobil meninggalkan rumah panggung tersebut, seorang wanita keluar dari balik pohon pinus yang berada dikejauhan.
Ia terlihat tersenyum saat menatap kebahagiaan yang dirasakan oleh Adhisti.
kedua orang tuanya langsung bertemu biar bisa langsung nikah trus tamat, soalnya kak Siti mau fokus ke begu ganjang 😙😙
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔