NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:61.1k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan. Cinta yang seharusnya menguatkan, justru menjadi luka yang menganga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Menunggu

Di sebuah rumah besar yang dulunya penuh dengan canda tawa dan kehangatan, kini hanya sunyi yang menggema di setiap sudut ruangannya. Lebih tepatnya di ruang makan, tempat yang seharusnya menjadi saksi kebahagiaan malam itu terlihat sepi. Makanan pun sudah dingin karena terlalu lama di abaikan.

Di ujung meja, duduk seorang perempuan cantik bernama Eva Alexia, usianya dua puluh delapan tahun. Rambutnya disanggul rapi, make-up tipis menghiasi wajah yang pucat, namun matanya tampak lelah, menyimpan duka yang sudah terlalu sering dipendam.

Eva tidak menyentuh sepiring pun makanan di hadapannya. Tangannya hanya menopang dagu, sementara pandangannya terpaku ke arah pintu depan yang tertutup rapat dan ponselnya yang tergeletak di meja. Sesekali ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergemuruh oleh harapan dan kekecewaan yang saling bertarung.

“Apakah ini akan terulang kembali... seperti tahun-tahun sebelumnya?” gumamnya lirih, dengan suara yang nyaris tenggelam dalam keheningan. Tawanya pelan, getir, nyaris seperti isak yang ditahan.

Beberapa saat yang lalu, Eva menghubungi suaminya.

"Mas... kamu lagi sibuk yaa?"

"Iya sayang, mas sibuk banget. Maaf yaa, Mas bakal pulang terlambat nantinya. Enggak apa-apa, kan?"

"Enggak apa-apa kok, Mas."

Panggilan berakhir, namun menyisakan sesak di dadanya.

Ini bukan pertama kalinya ia menunggu dalam diam. Sudah lima tahun lamanya ia menjalani peran sebagai istri—seorang istri yang selalu merindukan kehadiran suaminya di momen-momen yang paling berarti. Hanya tahun pertama pernikahan suaminya menemani nya merayakan anniversary pernikahan.

Namun, tahun berikutnya, setiap tahun, setiap tanggal yang seharusnya istimewa, ia selalu ditinggal dengan alasan yang sama: pekerjaan, kemacetan, urusan mendadak. Alasan yang terus berulang, dan semakin lama, terasa semakin hampa.

Padahal, dulunya--suaminya sangat romantis dan paling antusias saat ulang tahun pernikahan mereka tiba.

"Sayang, Mas bikin kue ini spesial buat kamu. Kamu coba yaa." ucap Ardian dengan wajah sumringah

Eva mencobanya dan dia memekik girang, "Wah, enak banget, Mas. Kamu hebat banget bikin kue."

"Siapa dulu dong yang bikin."

"Suamiku tercinta dong."

"Kasih kecupan dong."

Cup.

"Jangan di pipi."

"Lho, jadi mau di mana?"

"Di sini." Setelah mengatakan hal tersebut, Ardian mengecup bibir istrinya yang terasa candu sekali. "Bibir kamu manis sekali, sayang."

"Maasss...." pekik Eva manja dan malu

Ardian terkekeh pelan, "Serius sayang."

Setelah itu, mereka tertawa bersama-sama. Lalu pasangan suami-istri itu melanjutkan aktivitas mereka.

Eva tersenyum sendiri saat mengingat semua itu. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, ke kursi kosong di seberangnya. Kursi itu seharusnya diduduki oleh sosok yang ia cintai. Seseorang yang dulu berjanji akan membuatnya bahagia. Tapi malam ini, seperti malam-malam lainnya, ia hanya ditemani oleh kesunyian dan janji yang kembali tak ditepati.

Air matanya menetes perlahan, jatuh ke atas meja, menyatu dengan sejuknya malam. Mungkin ia masih berharap, mungkin ia masih percaya. Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam, ia mulai bertanya... sampai kapan ia harus terus menunggu?

Wajah perempuan itu kian memucat. Sudah berjam-jam ia duduk di ruang makan, menatap jam dinding yang terus berdetak tanpa kompromi. Perutnya sudah sejak tadi memberontak, namun ia menahannya. Bukan karena tak ada makanan, tapi karena satu alasan yang terus ia pegang teguh—ia ingin menyambut suaminya pulang, makan bersama seperti dulu, seperti saat semuanya masih terasa hangat dan penuh cinta.

Padahal, tubuhnya tidak sekuat dulu. Ia memiliki riwayat asam lambung yang parah. Sedikit saja terlambat makan, tubuhnya bisa gemetar, perutnya terasa perih seperti disayat. Tapi demi pria yang ia cintai—atau yang masih ia yakini cintanya—dia rela menanggung semuanya.

Bukankah itu definisi dari cinta yang bodoh? Cinta yang tak logis, tapi terus dipelul erat-erat.

Di sudut ruang, seorang asisten rumah tangga memperhatikan dengan gelisah. Ia sudah lama bekerja di rumah ini dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa sabarnya majikannya menanti setiap malam. Sering kali dalam diam. Sering kali dengan tatapan kosong ke luar jendela, seperti berharap sesuatu akan berubah.

Perlahan, dia mendekat. Suaranya pelan dan penuh khawatir. "Nyonya, tuan pasti akan terlambat lagi untuk pulang. Sebaiknya nyonya makan saja dulu."

Perempuan itu tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip dengan topeng daripada ekspresi tulus. "Aku baik-baik saja, Bi. Aku akan menunggu kepulangan Mas Ardian. Dan aku yakin sekali, dia akan datang sebentar lagi," ucapnya sambil membelai pergelangan tangannya, menenangkan diri.

Tapi dalam hatinya, keraguan membuncah. Bahkan ia tak tahu apakah ucapannya itu ditujukan untuk Bibi atau untuk menenangkan dirinya sendiri. Kalimatnya seperti mantra kosong yang diulang-ulang agar luka batinnya tidak semakin dalam. Sungguh, ini bukan sekadar kesabaran—ini adalah bentuk manipulasi terhadap diri sendiri.

ART itu membuka mulut, ingin berkata sesuatu, namun belum sempat keluar satu kalimat pun, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Suara mesin yang begitu dikenal, yang tiap malam ditunggu dengan harap-harap cemas.

"Tuh kan, apa aku bilang. Mas Ardian pasti datang," ucap perempuan itu, senyumnya kali ini sedikit lebih tulus, meski tetap ada getir yang sulit disembunyikan. Ia berbisik lirih, nyaris tak terdengar, "Walaupun dia datang terlambat."

Bibi hanya membalas dengan senyum kecil, tidak ingin mengganggu momen itu. Namun, di dalam hatinya, ia merasa getir. Ia tahu, nyonyanya terlalu baik. Terlalu setia. Bahkan untuk seseorang yang kadang lupa pulang, lupa memberi kabar, dan lupa bahwa di rumah ini ada seseorang yang menunggunya dengan seluruh cinta yang tersisa.

Bibi pernah tanpa sengaja melihat sang nyonya menangis sendirian di kamar. Perempuan itu selalu berusaha terlihat kuat di depan orang lain, namun begitu pintu tertutup, air matanya mengalir deras, seolah seluruh luka yang dipendam tumpah sekaligus. Tak pernah sekali pun dia mengadu. Tak pernah memaki. Ia hanya menangis dalam senyap.

Hari ini pun, meski suaminya akhirnya datang, Bibi tahu luka itu belum sembuh. Hanya tertunda. Seperti luka lama yang ditutupi perban baru. Dan setiap malam, drama yang sama akan terulang. Cinta yang diam-diam menyiksa, tapi tetap dipeluk dengan sabar oleh seorang perempuan yang terlalu setia.

Pintu utama akhirnya terbuka. Ardian, sang suami, masuk dengan langkah cepat namun tak tergesa. Raut wajahnya seperti biasa—tenang, sedikit lelah, dan sulit dibaca. Ia melepas sepatu di depan pintu, menyampirkan jas kerja ke lengan, lalu tersenyum ketika melihat istrinya masih duduk di ruang makan.

“Eva sayang... maaf ya, aku pulang telat lagi,” ucapnya seraya berjalan mendekat. Ia mencium kening istrinya sekilas, kemudian duduk di sebelahnya.

Perempuan itu menatap suaminya dengan pandangan yang sulit dijelaskan—antara lega, kecewa, dan tetap ingin percaya.

"Aku masak makanan kesukaanmu," ucapnya pelan, mencoba menyembunyikan suara gemetar. "Aku kira kita bisa makan bareng malam ini."

Ardian tersenyum, lalu mengusap lembut punggung istrinya. “Aduh, sayang... aku tadi ada meeting dadakan. Klien dari luar negeri, susah banget dijadwalin. Tadinya aku pikir bisa kabur lebih cepat, tapi tahu sendiri lah kalau udah urusan kerjaan.”

Istrinya mengangguk kecil. Ia tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya menyimak.

“Terus,” lanjut Ardian, seolah merasa perlu memperkuat alasannya, “habis dari kantor, aku sempat mampir ke toko roti langganan kamu itu, yang kamu suka banget. Tapi udah tutup, yank. Aku telat banget sampai sana.”

Dia merogoh sakunya, mengeluarkan selembar kertas kecil—struk parkir—dan menunjukkannya seperti bukti tak terbantahkan.

“Lihat, ini jam aku keluar dari sana. Setengah sembilan lewat. Aku niat kok, yank. Beneran.”

Perempuan itu mengangguk lagi. Kali ini senyumnya muncul, tapi tetap lemah. “Iya… aku percaya, Mas.”

“Sorry banget ya, kamu nunggu lama. Aku tahu kamu suka nahan lapar kalau belum makan bareng aku. Tapi kamu nggak usah kayak gitu lagi, yank. Jangan sampai sakit, aku nggak mau lihat kamu kayak gini terus.”

Ardian memeluk istrinya dengan satu tangan. Dalam hatinya, Ardian mengumpat dirinya sendiri. Karena dia telah berbohong. Sementara itu, Eva bersandar di bahunya. Ada sedikit kenyamanan di sana, meski hatinya masih menyimpan pertanyaan yang tak berani ia ucapkan.

"Maafkan aku, Eva.' batin Ardian

***

Apa yang telah dilakukan oleh Ardian? Sampai-sampai, dia berbohong seperti itu?"

1
Masitoh Masitoh
namamu sudah terlalu jauh Edward hampir membunuh..
Mardathun Lie: wah hampir yaa
total 1 replies
Isabela Devi
kalo nivera bebas maka, Eva akan dalam bahaya, Krn nivera ingin Eva mati
Mardathun Lie: kan banyak bodyguard Eva
total 1 replies
sarinah najwa
jangan di bebaskan thor tante nivera . pasti belum sadar tuh dan akan melanjutkan balas dendam nya🙏
Mardathun Lie: gak janji 🤣
total 1 replies
Isabela Devi
semoga semuanya baik baik aja
Mardathun Lie: aminn semoga aja
total 1 replies
Nur Nuy
jangan buat mati nenek sihir brandon, nanti kamu malah disalahin eva, serahkan aja ke yang berwajib selsai
Mardathun Lie: nenek sihir buat kak Nur Nuy aja 😂
total 1 replies
Theresia Sri
Yang lebih jahat jahat itu Kevin dan mamanya Brandon jika dibandingkan dengan Nivera. Bandon itu gak mau terima fakta kalo mamanya jauh lebih jahat daripada Nivera, mana ada orang yang menyebut dirinya sahabat tetapi menjadi pelakor. Selingkuh dan pelakor itu dilakukan secara sadar. Eva memang menjadi korban, Brandon juga korban, tetapi yang paling menderita adalah Nivera, rasa sakit dikhianati itu luar biasa. Brandon gak adil kalo hanya melihat dari sisi dirinya sendiri, karena akar kejahatan Nivera adalah kelakuan jahat dari mamanya sendiri dengan Kevin
Mardathun Lie: betul sekali, anak-anak hanya korban 🤧
total 1 replies
🍁Angel𝐀⃝🥀❣️
ARDIAAAAAAANNN JUJURRR WOII SAMA EVA... LOE KAGAK KASIAN GTUUU
🍁Angel𝐀⃝🥀❣️: astaga maaf kaakk..
baru baca babb satu dah emosi 😁😁🙏🙏
Mardathun Lie: sabar /Facepalm/🤣🤣🤣
total 2 replies
Nur Nuy
nenek sihir kasih aja ke anaknya suruh akui kejahatan nya aja brandon, eva sama Richard sekandung, kalau sama brandon tiri berarti
Mardathun Lie: hahahah
Nur Nuy: hahaha saya lempar ke kalo thor
total 3 replies
Isabela Devi
bagaimana cara anda bisa menyelesaikan tuan Kevin
Mardathun Lie: bagaimana yaa
total 1 replies
Isabela Devi
semoga cepat sadar
Sri Erlinasari
ceritanya bagus menegangkan
Mardathun Lie: terimakasih ❤️
total 1 replies
Masitoh Masitoh
semangat upnya .Brandon Eva dan semua juga harus kuat
Mardathun Lie: wokeee ❤️
total 1 replies
Isabela Devi
Thor lama update ya
Mardathun Lie: sabar yaa 🤣
total 1 replies
Isabela Devi
sekarang kamu baru tau rasakan Eva, uda di ksh tau sama sahabat ya ga mau dengar sih. trus Brando juga knp dtg sendiri sih
Dila Dilabeladila
asli muak bgt sama nivera.
Mardathun Lie: yuk tangkap Nivera
total 1 replies
Nur Nuy
Brandon semoga ga kenapa kenapa, eva rasakan lu terlalu meremehkan nenek lampir lu, jadinya nyusahin abang lu gregetan so baik lu
Mardathun Lie: 🤣🤣🤣🤣/Facepalm//Facepalm/
Nur Nuy: 😏😏😏😏😏
total 3 replies
Lee Mbaa Young
Syukurin saja, nyesel kn Sekarang. baik boleh tp jng bodoh. tp modelan Eva kn bgitu. baik tp bodohnya lbih bnyak.
Mardathun Lie: beda tipis yaa baik dan bodoh
total 1 replies
Dila Dilabeladila
benci bgt gw sama nivera, nenek lampir satu itu kapan c ketahuan kebusukannya
Mardathun Lie: bentar lagi ketahuan
total 1 replies
Isabela Devi
itulah baik tp bodoh sih Eva, akhirnya di culik ka, tapi moga Brando datang tepat waktu
Mardathun Lie: moga aja yaa /Facepalm/
total 1 replies
Isabela Devi
kenapa sih eva ga mikir mikir dulu sebelum pergi sih, kan jadi masalahkan
Mardathun Lie: terlalu baik 🤧
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!