Pertemuan yang tak di sengaja

Lian berjalan sendiri menyusuri trotoar langkahnya terhenti dan tertuju pada kursi yg biasanya di pakai para kaki lima, malam ini daerah itu sepi tak ada satu pun yg berjualan.

"Ngapain neng disini sendirian, yg jualan pada mangkal di pasar malem kampung sebelah.."

Suara bapak paruh baya mengagetkannya,

"Anak Pak Har warteg kan..?"

" I..iya pak..." Lian menjawab dengan kikuk.

"Mo beli cilok, ni tempat kan biasanya di pake jualan cilok... jauh bener sampe kemari..?"

"Eh.. iya pak..." Jawab Lian serba salah.

Entah tak sadar langkah kakinya berjalan semakin tak tau arah membawanya sampai ke tempat yg tak pernah ia datangi, ya Lian memang anak rumahan.

"Balik aja lagi dah malem nanti ada apa apa gimana, anak prempuan gak baik keluar sendiri malem malem...!"

"Eh.. iya pak,sebentar lagi pulang.. kakinya pegel mau duduk sebentar."

"ooh gitu bapak duluan ya.."

"Iya pak.."

Lian menarik nafas kalau kalau Bapak tadi menanyakan banyak hal dan ia tak tau harus menjawab apa.

Dilihatnya sekeliling yg memang lumayan sepi, hanya beberapa sepeda motor yg terlihat berlalu lalang. Ada perasaan takut bercampur lega, takut kalau ada orang yg tidak ia kenal menyapanya dan berbuat yg tidak tidak.

Lega karna udara yg segar bisa membuat hatinya yg kacau sedikit merasa tenang.

Perkataan Pak har terngiang di telinganya, ia mempertanyakan lagi dalam hati 'mengapa harus aku?'. Banyak hal yg ia pertanyakan tapi pertanyaan itu hanya semakin membuatnya sesak.

Sedari kecil sudah terbiasa mengalah untuk banyak hal, mengerti walau sulit menerima.

Bulir bulir air mata membasahi lagi pipinya yg berwarna kemerahan, samar isakan kecil mulai terdengar dari mulut mungilnya.

"Aku harus gimana ya Tuhan, aku gak bisa nolak... Tapi aku juga gak mau." Rintihnya.

"Nih..!"

Lian terkejut, sosok pria berhoodie hitam tiba tiba muncul melempar scarf kecil kearahnya.

sontak membuatnya berdiri dan melangkah mundur.

"Saya gak punya tisu adanya itu, gak capek apa nangis terus dari tadi. Ngapain berdiri? kamu takut sama saya? saya bukan orang aneh, dan gak maksud ganggu kamu tapi sumpah, kamu berisik banget dari tadi...!"

"Sa..sa...saya... cum..cuma..."

"Kalau ada masalah di hadapi jangan ditangisi..."

Lian terdiam, matanya yg sembab mengunci pandangan pada pria tiba-tiba membuyarkan tangisannya itu.

"I..iya..."

Lian mengangguk, tapi tak mengerti mengapa iya seakan patuh.

"Lagian pake baju putih, rambut gak di ikat gini trus nangis sendirian malem-malem. Kalau orang gak tau kamu bisa dikira hantu...!"

"Ha...hantu...?" Lian mengarahkan telunjuknya sendiri ke wajahnya.

Pria itu terlihat tersenyum tipis.

"Kamu anak mana? kayaknya saya baru liat..?"

"Sa..saya...?"

"Iyalah emang masih ada orang lain disini selain kita?"

"Saya anak kampung sini." jawab Lian dengan suara seraknya.

"Gang mana kayaknya cewek disini saya kenal semua...?"

"I..itu gang melati Rt 12..."

"Jauh bener kesini sampai Rt 3 .."

"Iya..."

"Sukur ketemunya sama saya kalau ketemu sama preman sini gimana kamu?"

"Di..disini ada preman?" Wajah lian pun terlihat cemas.

Pria itu pun kembali tersenyum.

"Saya kepala preman disini..."

"Haahh?" Liat tak bisa menyembunyikan kepanikannya.

"Hahahahh..." Pria itu terkekeh melihat reaksi Lian.

"Polosnya... ni ambil terus pulang, selesaikan masalah mu dan jangan ulangi duduk disini lagi malam hari, seperti ini."

Pria itu mengeluarkan mineral botol dari kantong plastik yg sedari tadi di tentengnya, memberikannya pada gadis yg baru pertama di lihatnya.

Lian pun memberanikan diri menerimanya, dan berlalu tuk kembali pulang.

sementara pria itu menyalakan rokok dan memandangi Lian yg semakin samar menjauh hilang dalam kegelapan. Dalam hatinya bertanya tanya dan ada rasa sedikit penasaran dengan gadis yg baru pertama ia jumpai di desa tempat tinggalnya itu.

****

Lian mengetuk pintu samar-samar terdengar suara langkah kaki dan terhenti hingga pintu terbuka.

"Lian?? dari mana kamu nduk? Bapak ibu sampai panik kamu gak pulang-pulang."

Lian berlalu meninggalkan Ibuk Sum menuju kamarnya.

"Lian..!!?"

"Lian capek buk,bolehkan besok aja kita lanjutin lagi ngobrolnya..."

Ibuk Sum hanya bisa mengangguk, tak bisa memaksa Lian tuk cepat memberi jawaban.

****

Terpopuler

Comments

Cucu Saodah

Cucu Saodah

ih. menang berjasa dalam hidup lian... kok bisa seenaknya gitu ya. kasian itu juga anak manusia punya hati dan perasaan

2022-04-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!