Mobil beriringan menuju rumah besar keluarga Dinata.
di dalam mobil, Dinia memandangi keluar kaca, dia di antar ke rumah Suaminya sedangkan orang itu sudah pergi lebih dahulu setelah melakukan ijab kabul.
Dinia terus saja merenung, bersama pandangan yang kosong.
Aku benar-benar tidak menyangka, menikah dengan kakek tua.
aku hanya berharap dia tidak akan macam-macam denganku.
Hufff, mendengus kasar saat mobil itu sudah memasuki pagar.
"Wah rumahnya besar sekali.”
Takjubnya saat melihat keadaan itu sekarang.
mulai dari gerbang utama beberapa pengawal berbaris menyambut kedatangan mereka.
Mereka benar-benar orang bukan sih, kenapa mereka tahan sekali berdiri tegap berbaris seperti tentara Prancis. gaji mereka pasti banyak sekali.
gumamnya.
Mobil berhenti di depan rumah, beberapa pelayan wanita berbaris dari teras sampai ke pintu masuk menunduk pandang menyambut kehadirannya.
Seorang pria bertubuh besar membukakan pintu untuk Dinia.
“Silahkan nona.”
Wahhhhh apa ini yang di sebut istana.
Dinia di sambut oleh dua pelayan wanita menuntunnya masuk rumah.
“Silahkan nona.”
Benar-benar seperti putri ya. tapi aku tidak suka.
“Perhenti!” perintahnya saat pelayan-pelayan itu membantunya menyingkap gaun yang menghalangi langkahnya.
“Lepaskan tanganku, aku bisa jalan sendiri.” tuturnya galak, sontak para pelayan itu melepaskan tangannya perlahan.
Dinia menyingkap sendiri gaunnya lalu melenggang memasuki rumah yang persis Seperti istana ini.
Sangat berlebihan,
begitu pandangannya melihat seisi rumah itu.
“Selamat malam nona muda.
saya Premium kepala pelayan di rumah ini. anda bisa memanggil saya Prem.” ujar pria paruh baya bertubuh besar itu, ia memperkenalkan diri.
“Tidak, Tidak! aku lebih suka memanggilmu Prett.” ujar Dinia langsung, lalu melepaskan gaun yang ia singkap.
“Kalau itu membuat anda senang saya tidak masalah nona.” Prem menunduk.
Meskipun kau keberatan aku tetap akan memanggilmu Prett, bodo amat kau suka atau tidak, batinnya.
Dinia memandang kesal kesetiap penghuni rumah ini, meski mereka tidak bersalah tapi ia sangat kesal. bukan tanpa alasan ini karena pernikahannya yang di atur-atur dengan tua bangka.
Prem memberi kode kepada dua orang pelayan wanita, dengan sigap kedua pelayan itu langsung menuntun Dinia agar duduk di atas sova berwarna kream.
Apa-apaan ini,
Dinia terbelalak saat melihat Prem dan pelayan yang lainnya membentuk barisan. menunduk serentak seraya berkata.
“Selamat datang di keluarga Dinata nona muda, semoga anda akan bahagia dengan pernikahan ini.”
Wahhhh wahh wah ucapan kalian itu benar-benar membuatku murka, kalian tidak sadar bisa melukai hati dan perasaan orang.
memangnya siapa yang bisa bahagia menikah dengan aki-aki.
Sorot mata Dinia sudah menciutkan para pelayan yang sedang berbaris di belakang Prem.
Lagi-lagi Dinia terbelalak melihat gerakan yang serentak yang di lakukan Prem dan para pelayan itu.
mereka membagi kelompok menjadi dua bagian, seperti menyibakkan gorden, gerakan mereka yang seketika membuat Dinia hampir bertepuk tangan.
Di sana Foto besar telah terpajang.
Prem kembali membuka suara.
“Ini adalah keluarga besar Dinata. nona akan menjadi nona terhormat di keluarga ini.
saya akan menunjukkan kepada nona siapa-siapa orang yang ada di keluarga ini.”
ctik
Prem menunjuk foto seorang kakek-kakek.
“Ini adalah Tuan besar yang sekarang adalah suami anda.”
Sudah tahu,
Batinnya kesal.
“Ini adalah nyonya, menantu anda. dia memiliki seorang putra dan tiga orang putri.” Prem melanjut kan.
“Ini adalah cucu lelaki anda Namanya tuan muda Sean.”
“Siapa!” ia bingung, karena yang ia tahu kakek tua yang menikahinya yang bernama Sean. tidak mungkin kan mereka satu nama.
“Oh yah, maksud saya adalah Tuan muda Sein.” Prem menutup bibirnya rapat.
“Hemm.”
“Di rumah ini yang tinggal hanyalah Tuan besar dan tuan muda, sedangkan nyonya Menty dan ketiga putrinya tinggal di inggris.”
“Hemmm.”
Tappp tappp tappp.
Langkah kaki terdengar mendekat kearah mereka yang sedang pengenalan keluarga di aula besar.
Pria gagah dan tampan itu berjalan dengan Sekertarisnya dan berhenti tepat di hadapan Dinia.
“Kau!”
Dinia bangkit dari duduknya, menunjuk wajah Sean yang sedang tersenyum sinis melihatnya.
Disana Prem dengan sangat hati-hati menurunkan telunjuk Dinia yang sedang menuding wajah tuan mudanya.
Prem lalu menunduk saat mendapat kecaman dari pandangan Dinia.
“Selamat malam nenek.” sapa Sean sambil tersenyum simpul yang membuat Dinia geram.
“Beraninya kau.”
Dinia mengepalkan tinjunya geram.
“Hah? nenek jangan galak-galak, nanti jadi tua beneran, haha.” mulut Sean yang penuh olokan.
“Hahahhah.” di ikuti Prem dengan yang lain
Dinia hanya diam, merasa di cemooh.
Melihat wanita itu hampir meneteskan air mata.
“Nenek, pergilah ke kamar mu, tunggu kakek di sana. sepertinya kau sangat kelelahan ya.”
Dinia menatap Sean yang setiap perkataannya seperti ejekan.
ia menatap juga kesisi Sekertaris Ham yang hanya diam memerhatikan.
Sebenarnya di situasi seperti apa aku ini, kenapa kebetulan sekali aku menikah dengan kakeknya.
“Pak Prem bawa Nenek ke kamarnya ya.” ujar Sean, lalu berlalu bersama Sekertaris Ham.
“Baik tuan.”
Prem mengarahkan tangan, memasuki lift yang akan membawakan mereka ke lantai tiga.
“Silahkan nona.”
Dinia hanya menurut saja, ia melangkahkan kakinya, Orang kaya memang semena-mena,
Tingg.
Lantai tiga, Prem dan seorang pelayan wanita menuntun Dinia memasuki kamar megah.
“Ini adalah kamar nona, selamat beristirahat.” Prem beranjak meninggalkan kamar.
“Tunggu dulu pak Prett.” cegat Dinia.
“Iya Nona, apa anda membutuhkan sesuatu?”
“Tidak, aku hanya ingin bertanya, apa ka-kek. maksudku Tuan besar Sean, apa dia akan tidur denganku.”
“Tidak nona, Tuan besar memiliki kamar sendiri.” jawab Prem, ia tahu dengan jelas kecemasan gadis itu.
“Jika tidak ada pertanyaan lain lagi saya akan turun kebawah.”
“Baikklah, silahkan pergi.”
Prem pun beranjak, seringai timbul di wajahnya, ia berjalan ke kamar lain yang juga ada di lantai itu.
“Permisi tuan.”
“Pak Prem, usahakan jangan salah menyebut nama, yang nona tahu suaminya bernama Sean, sedangkan cucunya bernama Sein.”
Jelas Sekertaris Ham.
“Iya tuan Ham, saya mengerti, tadi saya kecoplosan.” Prem membela diri.
“Ahgg. suara ini menggangguku, kulit keriput ini juga sangat tidak nyaman.” Sean yang sedang menyamar menjadi pria tua Bangka itu mulai keberatan, padahal dia sendiri yang memiliki ide gila ini.
"Sialan, entah siapa yang memilih material murahan ini, membuat kulitku iritasi saja."
Ham dan Prem hanya memperhatikan,
sedikit tersenyum melihat tingkah tuan muda mereka.
Kalau suka katakan saja langsung, tidak usah bermain rumah-rumahan seperti ini.
Prem menepuk pundak Sekertaris Ham.
ham menatap tajam kearah kepala pelayan itu.
sepersekian menit berlalu keduanya terbahak-bahak, hanya dengan pandangan saja. mereka memang sehati, jangankan mengutarakan perasaan. saling pandang saja mereka sudah mengerti isi hati masing-masing.
“Ham pak Prem, aku kalau sudah murka bisa meratakan gigi taring kalian dengan mudah.”
Mendengar itu Prem dan Ham langsung bungkam, mereka mengikuti langkah Sean menuju kamar Dinia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Aqiyu
awas bucin lhi Se
2022-05-12
0
Muhammad Saif
jail banget sean jd gumuzzzz dech
2021-04-28
0
Noprie Rygie
seru thor 🤣🤣🤣
2021-04-10
1