Ini adalah hari ke tujuh setelah Pihak Sean menyetujui permintaan pernikahan yang ia ajukan, ia sudah tidak sabar untuk pernikahan cucu yang sangat ia sayang.
“Kek, Dinia berangkat ya, assalamu'alaikum.”
“Waalaikumsalam. pergilah,,,,,, hati hati di jalan.” jawab Wijaya penuh semangat.
“Tumben, biasanya kakek selalu ngoceh saat Diniah mau kerja, Kakek sehat-sehat aja kan.” Dinia menatap curiga.
“Sehat, Alhamdulillah seminggu ini kakek merasa lebih bugar dari biasanya. memangnya ada yang salah.” Wijaya menjelaskan.
“Oh, syukur lah, Nia berangkat ya kek.” gadis bersurai hitam lebat itu langsung keluar dari rumah, Ia sudah di tunggu oleh Usman dan mobil butut Dinia.
“Pagi bos.” Sapa Usman kepdanya.
“Pagi, hari ini kita punya aktifitas yang padat, ini pasti sangat menyenangkan.” ungkap Dinia penuh kegirangan, sambil menginjak pedal melaju keluar pekarangan.
**********
Tanah seluas tiga hektar menjadi pondasi untuk sebuah rumah panti bernama Rumah Taqwa, berdiri kokoh di pinggiran kota, mampu menampung lebih dari 130 anak kurang beruntung, anak terlantar dan anak keluarga tak mampu.
Mereka berkumpul di sana, hidup damai di lengkapi pasilitas sederhana yang cukup.
Rumah Taqwa adalah amal jariyah kedua orang tua Dinia, tempat ini di bangun pertama kali oleh ibu dan bapaknya, Dinia ingin rumah itu tetap menjadi penampungan anak-anak kurang beruntung yang akan menaungi dan membesarkan mereka meski pendirinya telah tiada. untuk itu Dinia selalu bekerja keras demi mencukupi semua kebutuhan anak-anak asuhnya.
Ia masih sibuk bermain, dan bercerita dengan anak-anak, ia tidak selalu bisa mampir ketempat ini, jadi ia ingin menghabiskan waktunya seharian di tempat ini.
Namun, suatu kabar buruk datang dari orang rumah yang mengatakan kakek tiba-tiba tidak sadarkan diri. membuatnya khawatir setengah mati. Ia dan Usman kembali ke kota setelah berpamitan dengan ibu pengasuh dan beberapa staf ia ia pekerjakan di sana.
Setelah menempuh perjalanan dua jam, akhirnya mereka sampai.
Mobil berhenti di depan rumah, halaman yang luas dengan parkir yang cukup lapang itu kini sudah padat, mobil-mobil mewah berjejer di sana. Dinia memarkirkan mobilnya di depan pagar hitam itu, lalu keluar–seorang satpam sudah menyambutnya di ambang pagar.
“Mbak Dinia, cepatlah masuk, tuan besar sedang menunggu anda di dalam.”
“katanya kakek pingsan?”
“Tadi Tuan memang pingsan, tapi segera di tangani oleh dokter. cepatlah mbak! agar anda tahu apa yang terjadi sebenarnya.”
Dinia berlari memasuki rumah, dan benar saja ia sudah di sambut oleh beberapa pria bertubuh kekar, berdiri berbaris–memberinya jalan.
“Kakek.” teriak Dinia, ia sungguh sangat Kawatir terjadi sesuatu kepada kakeknya itu.
“Dinia, Kemarilah cucuku!” Wijaya menangis deras tidak bisa menghentikan tangisannya. rasa penyesalan dan rasa bersalah sudah bercampur aduk di dirinya.
“Maafkan aku cucu ku.
maaf.”
“Kakek! kenapa minta maaf, memangnya kakek salah apa sama Nia. kakek ngga salah apa-apa.”
“Kamu akan segera tahu, kamu berhak benci pada kakek! kakek yang salah cucu ku.” Wijaya semakin terisak.
Seorang pria berjas rapi menghampiri Dinia, menyerahkan sebuah surat.
“Nona, anda telah di jodohkan dengan Presdir Arsana group. anda akan langsung menikah. besok adalah hari akad nikah anda.”
Ujar Banyu Direktur yang bekerja untuk kakeknya.
“Apa paman! tidak mungkin, Nia belum siap menikah. Nia ngga mau tahu, batalkan saja pernikahan itu.”
“Tidak bisa nona, pernikahan itu sudah di tanda tangani oleh pak Wijaya, jika kita membatalkan perjodohan kita akan membayar denda sesuai yang tertera.” menyerahkan selembar kertas pada Dinia.
Dinia mengerutkan dahi,
“Apa paman! perusahaan kakek akan hilang jika perjodohan di batalkan.” ucapnya syok setelah membaca detail surat perjanjian.
“Benar nona.”
“Nggak bisa, Ini ngga bisa di biarin Paman banyu .” protes Dinia.
“Maafkan kakek, kakek yang salah! kau boleh menolak. kakek tidak akan memaksa cucu ku.” ucap Wijaya yang sedang bersandar lesu.
“Tidak kek, aku tidak akan membiarkan mereka merebut hak milik kakek, biarkan aku menikah dengannya. aku bersedia menikah dengannya.” Ucap gadis itu dengan berani.
“Tidak! kakek tidak mengijinkanmu.”
Tappp tappp.
Suara langkah terdengar dari luar, sekertaris Ham sudah datang bersama rombongan mengantar seserahan ke rumah putri yang akan menikahi tuan mereka.
“Baguslah anda bersedia nona Dinia.” ujar Ham yang berjalan mendekat.
Melihat kedatangan itu, Wijaya langsung berldiri, menyergap sekertaris Ham yang mulai bicara.
“Kau! sedang apa kau disini.” Diniah menunjuk wajah Ham, pria yang ia temui seminggu yang lalu.
Ham tidak menjawab pertanyaan Dinia, ia hanya menunduk sekaligus menjentikkan jari, satu persatu seserahan yang terlihat mahal itu di letakkan.
Sekertaris Ham melewati Dinia begitu saja, menemui Wijaya.
“Selamat siang kakek wijaya.”
“Dasar penipu!” Ucapan yang tidak bisa di lontarkan oleh Wijaya karena ini adalah kesalahannya, menawarkan cucunya kepada seorang presdir yang sebelumnya tidak ia ketahui wujudnya seperti apa. dan setelah ia mengetahui bahwa Sean itu salah tua Bangka yang seperti dirinya. ia mulai gusar dan ingin membatalkan perjodohan tapi nasi sudah menjadi bubur.
Dan sekarang ia hanya bisa membalas sapaan selamat siang itu dengan kalimat.
“Selamat siang Sekertaris Ham, senang bertemu dengan anda.”
______________________________________________
Pernikahan akhirnya akan di mulai, akad nikah yang sederhana di rumah Wijaya. tanpa mengundang tamu hanya ada para saksi dan kerabat seadanya. karena Wijaya sangat kecewa cucu menantu yang ia damba-dambakan adalah seorang pak tua.
“Maafkan kakek, Nia
katakan saja jika kau tidak betah di rumah itu, kakek akan datang menjemputmu meski kita harus kehilangan segalanya.”
“Sudah kek, Nia tidak apa-apa! biarkan Nia sendiri yang memberi tua Bangka itu pelajaran. dia tidak akan mendapat sesuatu yang berharga dari diri Nia, kakek tidak usah kawatir.”
“Seharusnya kakek mendengarkan kata-kata mu waktu itu. mungkin semua ini tidak akan seperti sekarang.”
“Sudahlah kek, semua sudah berlalu, ikhlaskan Nia pergi, tidak usah khawatir memangnya Nia selemah itu sampai kakek sangat kawatir.”
”Bukan begitu cucuku, aku mengira dengan menjodohkan mu, kau akan bahagia bersama pria mapan dan tampan. Tapi yang terjadi sekarang kau harus menikahi tua Bangka yang bahkan lebih tua dari kakekmu sendiri.” Kakek Wijaya tidak bisa membendung air matanya, semua adalah kesalahannya itulah penyesalan yang nyata.
Dinia memeluk kakek guna memenangkannya bahwa semua akan baik-baik saja.
Pintu di ketuk pelan,
“Nona muda, apa anda sudah siap, Akad nikah akan segera di laksanakan.” Ucap seorang wanita di balik pintu.
“Baik, kami akan keluar.”
Dinia menggandeng tangan kakeknya, menuju aula tempat ijab kabul itu.
Wijaya dan pria tua itu duduk berhadapan, sedangkan Dinia di sandingkan dengan pria tua calon suaminya itu.
“Bagaiman apa bisa kita mulai.”
semua sudah selesai, satu persatu syarat dan rukun nikah sudah lengkap. tiba saatnya mengikrarkan ijab kabul itu.
Wijaya dan pria calon menantunya itu saling bersalaman, dan akan memulai ijab.
Dengan ucapan Basmalah Wijaya memulai ijab.
“Saudara Sean Arsaga Dinata bin Bramantyo Arga Dinata saya nikahkan dan saya kawainkan engkau dengan Dinia Basori Wijaya binti Adi Mustofa Wijaya Dengan mas kawin berupa logam mulia tiga ratus gram tunai.”
“ Saya terima nikah dan kawinnya Dinia Basori Wijaya binti Adi Mustofa Wijaya Dengan mas kawinnya yang tersebut di bayar tunai.”
Penghulu dan seorang ustadz di samping Wijaya saling mengagguk.
“Sah.”
“Alfatihah.”
“Alhamdulillah.”
Setelah selesai akad itu, Sean menyentuh ubun-ubun Istrinya untuk membacakan doa usai akad nikah.
Para saksi berujar ria, meski pria yang menikah Dinia itu bukanlah pria muda tapi mereka lega karena pernikahan itu akhirnya Sah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Lies shandie
sean nyamar yah jd kakek kakek mksd apa yah 🤣🤣🤣🤣🤣
2021-03-19
1
Risma Dewi Lestari
waaaah Sean nyamar jadi kakek2🤣🤣🤣🤣🤣
2021-03-18
0
Bang Yudi
padahal suaminya ganteng bangeeeeeeeeeeeeet 💓💓💓💓💓💓👍
2021-03-16
0