Rosemary melangkah cepat memasuki istana, wajahnya tampak penuh pertanyaan. "Mengapa Pangeran Royland datang kemari? Tidak biasanya dia seperti ini," ujarnya, menatap Hans.
"Mungkin ada hal penting yang harus disampaikan," jawab Hans singkat.
Mereka segera menuju aula istana, di mana Pangeran Royland sudah duduk bersama Raja Handry. Pelayan diminta untuk memanggil semua keluarga kerajaan. Begitu seluruh anggota kerajaan berkumpul, Pangeran Royland mulai berbicara.
"Saya datang untuk memberitahukan bahwa Pangeran Clark ditemukan terluka parah di kediamannya. Saya mohon bantuan Raja untuk mengirimkan pasukan perang. Hans, kau harus menggantikan posisi Pangeran Clark di sana, berjaga-jaga jika ada serangan mendadak dari musuh," jelas Royland.
"Apaaa? Bagaimana keadaannya sekarang? Aku ingin menemuinya!" Bella langsung panik.
Raja Handry mengangguk. "Baiklah, Pangeran. Kami akan segera mengirim pasukan perang ke sana dan menyusul ke istana Elevan untuk melihat kondisi Pangeran Clark. Jangan khawatir, kami siap membantu."
"Terima kasih, Raja. Saat ini Pangeran Clark masih belum sadar, tetapi sudah ditangani oleh tabib kerajaan," jawab Royland.
Raja Handry berdiri, "Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang."
Dengan cepat, keluarga kerajaan Ardarish bergegas menuju istana Elevan untuk melihat kondisi Pangeran Clark. Sebelumnya, Raja Handry sudah mengirimkan pesan kepada pasukan perang untuk bersiap di Lapangan Mergoriesh.
Sesampainya di Istana Elevan, mereka terkejut melihat keadaan Clark yang sangat memprihatinkan—badannya penuh luka dan tak sadarkan diri. Namun, masih ada harapan untuk menyelamatkannya. Bella yang melihatnya langsung terisak, air mata jatuh begitu saja.
"Pangeran... bangunlah, aku di sini..." ucap Bella, sambil menggenggam tangan Clark dengan erat.
Tapi Clark tetap tak bergerak, tidak menjawab sepatah kata pun.
Sementara itu, Hans dipanggil oleh Raja Charless untuk mempersiapkan peralatan perang dan segera berangkat ke kediaman pasukan Elevan. Setelah memastikan semua peralatan perang siap, Hans duduk di taman istana, menunggu para prajurit mempersiapkan diri.
Tak lama kemudian, Rosemary datang menghampirinya. "Pangeran, apakah kau tidak berlatih untuk perang?" tanyanya dengan cemas.
"Berlatih? Untuk apa? Aku sudah menguasai ilmunya. Selain itu, kita juga perlu percaya diri," jawab Hans tanpa ragu.
"Apakah tidak lebih baik jika kau tidak terlalu menyombongkan diri?" tanya Rosemary pelan.
"Aku tidak menyombongkan diri. Aku hanya percaya pada diriku sendiri. Dan semesta pasti tidak akan berpihak pada kejahatan. Rakyat Elevan tak akan bisa hidup jika berada di tangan mereka," tegas Hans.
Rosemary terdiam sejenak. "Baiklah, jika kau berkata begitu, aku percaya kau tidak akan pulang dengan tangan kosong."
"Tentu saja, tenang saja," jawab Hans dengan senyuman percaya diri.
Rosemary menghela napas. "Entah, aku merasa tidak bisa tenang. Ketakutan ini menghantuiku."
"Ketakutan hanya akan membawa kegelapan. Kau itu indah, jangan biarkan kegelapan itu menyelimuti dirimu," kata Hans, mencoba menenangkan.
Rosemary tersenyum tipis. "Aku rasa, kau semakin bijak sekarang."
"Dan aku rasa, kau mulai mencintaiku," balas Hans dengan senyum nakal.
"Tidak... aku hanya khawatir tentang rakyat," jawab Rosemary, sedikit kesal.
Hans berdiri di hadapan Rosemary, matanya menyipit dengan senyum nakal yang tak bisa disembunyikan. Ia mendekat sedikit, membuat jarak di antara mereka semakin rapat.
"Tak mungkin, kan?" katanya dengan suara rendah yang penuh godaan. "Kau tidak bisa menutupi perasaanmu, Rosemary."
Rosemary menatap Hans dengan tatapan kesal. "Percaya dirimu terlalu tinggi, Pangeran."
"Jika tidak tinggi, itu bukan Hans namanya," jawab Hans dengan tawa kecil.
Rosemary hanya tersenyum mendengar tawa Hans. Meski sering membuatnya kesal, sebenarnya, ia tidak ingin Hans pergi. Namun, tugas itu adalah kewajibannya sebagai pangeran.
Saat prajurit-prajurit bersiap dengan peralatan perang mereka, Hans juga siap untuk memimpin pasukan demi rakyatnya. Rosemary, yang turut melihat, menguatkan tekadnya.
"Jaga dirimu, Pangeran. Aku percaya padamu!" kata Rosemary, memberikan semangat.
Hans hanya mengangguk sambil tersenyum lebar, lalu berangkat dengan pasukannya. Rosemary merasa ada yang berat di dadanya saat melihatnya pergi.
Dalam perjalanan pulang, Rosemary terdiam, bertanya-tanya dalam hati, "Kenapa aku begitu khawatir? Padahal dia menyebalkan. Apa aku mulai jatuh cinta padanya? Ah, itu mustahil..."
Sesampainya di kediaman pasukan Elevan, salah seorang prajurit bertanya, "Pangeran, apakah pedang ini harus diletakkan di sini?"
"Iya, letakkan dengan rapi," jawab Hans sambil memeriksa peralatan.
Setelah prajurit itu pergi, Hans bergumam, "Mengapa aku terus memikirkan Rosemary?"
"Apakah mungkin dia benar-benar tidak terpikat padaku? Lihat saja, Rose, kau adalah gadis masa depanku," katanya, berbicara pada dirinya sendiri.
******
Di kerajaan Elevan, tiba-tiba Pangeran Clark membuka matanya. Ratu Elisa yang sedang menjaganya langsung memanggil pelayan untuk memberitahukan raja.
"Clark, bagaimana keadaanmu, nak?" tanya Ratu Elisa dengan cemas.
"Sakit, Ibu..." jawab Clark, merintih.
"Yang kuat, ya. Ibu yakin kau pasti sembuh," kata Ratu Elisa, mencoba menghibur.
"Bagaimana dengan perang, Bu?" tanya Clark gelisah.
"Hans sudah menggantikan posisimu. Jangan khawatir, fokuslah pada pemulihanmu," jawab Ratu Elisa dengan tenang.
Tak lama kemudian, Raja datang bersama tabib kerajaan untuk memeriksa keadaan Clark.
Keesokan harinya, Rosemary bangun dan mulai mengerjakan jurnalnya. Namun, pikirannya tetap terpaku pada Hans.
"Perang pasti sudah dimulai... lebih baik aku berdoa saja, daripada terus gelisah," ujarnya dalam hati, sebelum akhirnya pergi ke gereja untuk mendoakan keselamatan Hans.
Di kediaman pasukan Elevan, benar saja, sekutu kembali menyerang. Mereka menemui Hans, yang kini memimpin pasukannya.
"Tidak mungkin semesta mendukung kejahatan seperti kalian!" kata Hans dengan lantang pada pemimpin sekutu.
"Kita lihat saja! Kakakmu saja tak mampu mengalahkan kami," jawab pemimpin musuh dengan tantangan.
"Begitukah?" tanya Hans, matanya menyala penuh semangat.
"Kami sengaja tidak membunuh Clark karena mendengar kabar bahwa ia akan segera menikah. Kini, giliranmu yang akan kami musnahkan, pria kecil!" kata pemimpin sekutu dengan nada mengejek.
"Pria kecil? Baiklah, akan ku buktikan kalian salah!" jawab Hans, semangat juangnya membara.
Perang pun dimulai. Pertempuran sengit berlangsung, prajurit dari kedua belah pihak mulai berkurang. Namun, berkat ilmu dan keberanian Hans, dia berhasil mengalahkan sebagian besar pasukan sekutu. Dalam pertarungan terakhir, Hans mengakhiri perlawanan dengan membunuh pemimpin sekutu secara tragis.
Setelah itu, Hans dan pasukan yang tersisa, sekitar 34 orang, berdiri tegak di medan pertempuran yang hening.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
alterna.nas
Pasti komentar ini paling terbaru. Semangat berkarya, yaaa. Jangan ragu untuk memperbaiki tampilan tulisan supaya lebih rapi.
Semangat
2023-08-22
1
Noona Kim
Mantap hanssss
2023-08-22
1
Noona Kim
benih cintaaa rosmeryyyy cieeeee, keren kak thoorrrr....
2023-08-19
1