Ini hari ketiga Adinda mendiamkan Dimas. Meskipun Dimas sudah meminta maaf, Adinda belum mau berdamai dengannya. Sama seperti waktu SMA dulu, setiap habis buat masalah dengannya Dimas akan mendapatkan wajah dingin Adinda setiap kali bertemu.
“Mas, mama mau menginap di rumah kakek untuk beberapa hari. Udah lama mama nggak nengokin kakek” ujar mama.
Sebenarnya Mama Dimas tahu bahwa ada masalah antara anak dan menantunya. Mamanya berharap, dengan kepergiannya ke rumah kakek di luar kota, anaknya bisa menyelesaikan masalah mereka berdua.
“Iya, Ma. Nanti aku antar” ujar Dimas.
“Mama akan pulang jika urusan kamu dengan Adinda udah selesai. Mama nggak mau lihat kalian berdua saling diam seperti itu” ingat Mamanya. Dimas terkejut mendengar ucapan Mamanya.
Dimas pikir mamanya tidak tahu. Padahal dia sudah bersikap normal dengan Adinda agar mamanya tidak curiga.
“Kok, mama tahu?” tanya Dimas penasaran.
“Mama tahu sejak awal kalian menikah” jawab Mamanya. “Kalian pasangan pengantin yang tidak normal”
“Ma, aku mencintai Adinda. Tapi ... ”
“Adinda tidak, kan?” sambung mamanya. “Kamu udah lama kenal dia, Dimas. Jangan gunakan cara kamu sewaktu SMA dulu untuk membuatnya jatuh cinta. Dan ingat pesan mama, jangan memaksa untuk yang satu itu” kata Mamanya lagi mengingatkan.
“Mama tidak akan pulang sebelum kamu membuatkan cucu untuk Mama” lanjut Mamanya tersenyum.
Dimas menatap terkejut Mamanya, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gimana caranya? Adinda saja masih mendiamkannya.
***
“Jadi mertua kamu ninggalin kalian berdua di rumah?” tanya Sinta.
Adinda hanya mengangguk sambil mengaduk-aduk es jeruknya. Selepas jam mengajar mereka berdua ngobrol di kantin sekolah sembari mengisi perut.
“Asik dong, nggak ada yang ganggu” goda Sinta.
“Apaan, sih. Justru kalau nggak ada Mama, aku kesepian. Nggak ada teman ngobrol” jelas Adinda.
“Lha, Dimas kan ada” ujar Sinta heran.
“Hm. Orang itu bikin naik darah aja kalau ngomong. Males banget” ucap Adinda cemberut.
“Din, Dimas kurang apa, sih? Wajah tampan, badan atletis, otak encer, pulus banyak dan sholeh pula. Dia itu suami idaman banget, deh”
“Sayangnya aku kurang suka” kata Adinda asal.
“Jangan bilang kamu masih suka sama Farhan?” tanya Sinta penuh selidik.
Adinda tersentak mendengar pertanyaan dari sahabatnya Sinta. Farhan, teman seangkatan sewaktu mereka kuliah. Laki-laki itu dijuluki ustadz oleh teman-temannya. Dia adalah laki-laki yang dikagumi Adinda.
“Apa kabar dia, ya?” gumam Adinda.
“Aku dengar dia udah nikah dengan Amanda, itu gadis jilbaber adik tingkat kita” jawab Sinta.
Adinda mengingat-ingat sosok Amanda, adik tingkatnya itu. Ya, dia baru ingat kalau Amanda gadis yang cantik dan lembut. Tidak seperti dirinya galak. Hahaha, buktinya dengan Dimas saja dia berani.
“Nggak lah. Aku kan cuma kagum aja, Sin. Tapi kalau dilamarnya waktu itu, aku mau” Adinda tertawa sendiri dengan ucapannya.
“Yee, itu mah sama aja, masih ngarep” ledek Sinta ikut tertawa.
***
“Adinda masih nggak mau ngomong nih, aku harus bagaimana?” gumam Dimas bersandar di kursi kerjanya sambil melirik jam di tangan.
Hari-hari Dimas terasa sepi bila tidak mendengarkan suara cerewet Adinda. Bukan zaman SMA lagi jika dia harus menjahili Adinda. Tapi kejahilan Dimas begitu membekas di hati Adinda sehingga dia masih bersikap dingin dengan Dimas. Sambil tersenyum Dimas keluar dari kantornya lalu meraih kunci mobil di atas meja kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Maya Mawardi
jarang ya Thor laki laki yg bucin duluan kebanyakan wanita yg bucin duluan...
2021-03-10
1
Siti solikah
pake cara lain dimas, ayo aku selalu mendukungmu
2021-01-09
1
Ferdiansyah Pratama
thor critanya bagus tp agak di pnjanun ding thor msak pendek banget ,,ups sorry cm skdar msukan blh kan
2020-08-30
0