Adinda sarapan di meja makan tanpa melihat Dimas sama sekali. Oya, mereka tinggal di rumah orang tua Dimas untuk sementara waktu. Itu juga atas keinginan Dimas karena papanya sudah meninggal sewaktu dia masih kuliah.
“Din, kamu nanti temani Mama belanja bulanan, ya?” pinta Mirda, Mama mertua Adinda.
“Iya, Ma” Adinda mengiyakan sambil terus menikmati sarapannya.
“Kalian nggak ada acara, kan? Nanti Mama ganggu lagi?” lirik mertuanya merasa aneh dengan tingkah anak dan menantunya pagi ini. Tidak seperti pasangan pengantin baru yang lagi kasmaran.
“Nggak kok, Ma. Mama tenang aja nanti Dimas antar” sahut Dimas.
Dimas melihat Adinda yang dari tadi sarapan tanpa melihat ke arahnya sedikit pun. Hm, pasti masih marah gara-gara semalam nih.
“Aku panaskan mobil dulu, ya, Ma” Dimas pamit keluar menuju garasi rumah.
“Din. Kamu kenapa, Sayang? Apa Dimas terlalu memaksa ya semalam?” tanya mertuanya pelan.
“Ah...Mama. Nggak, kok” tepis Adinda tersenyum malu.
Orang semalam dia dan Dimas tidak melakukan apa-apa kecuali...Adinda menggigit bibirnya mengingat kejadian semalam yang membuatnya terkejut. Untuk pertama kalinya dia merasakan hal itu.
“Syukurlah kalau begitu” desah mertuanya.
"Mama juga pernah mengingatkan Dimas agar bersikap lembut untuk urusan seperti itu. Jangan memaksa kalau istri belum siap” ingat mertuanya.
Adinda hanya tersenyum malu, mertuanya tidak tahu kalau dia belum bisa menerima Dimas seutuhnya.
“Kalau sudah makan, kamu siap-siap, ya, Din. Mama mau beresin meja makan dulu”
“Biar Dinda aja Ma yang membereskan”
“Ya, udah kita sama-sama membereskan ini dulu baru ganti pakaian”
***
“Huaaa!! Capek banget” keluh Adinda duduk di samping Sinta teman SMA-nya sekaligus teman mengajarnya.
“Emang sampe berapa ronde, Neng?” goda Sinta.
“Yee...pikiran kamu sama aja kayak Dimas, mesum!!” ledek Adinda.
“Aku tuh capek, baru menemani mertuaku shopping tau nggak” jelas Adinda. Sinta hanya ber-o ria.
“Enak ya, mertua dan menantu akur kayak kamu. Lha, kalau mertuaku nggak gaul amat. Nyuruh belanja di warung depan rumah aja. Giliran aku ke mall dibilang pemborosan” gerutu Sinta.
“Emang kamu boros kan, Sin?” tanya Adinda.
“Ya, aku belikan karena ada gunanya Din. Lagipula aku belanja juga pakai uangku sendiri kok, bukan uang anaknya” sungut Sinta.
“Tapi kamu kan, nikah dengan laki-laki yang kamu cintai, Sin. Nggak kayak aku. Kamu kan tahu aku benci banget dengan Dimas dari SMA” ujar Adinda tidak suka.
Dia menikah dengan Dimas juga karena terpaksa. Terpaksa menuruti kemauan bapaknya. Orang tua Dimas adalah tetangga bapaknya, rumah mereka hanya beda RT saja.
Setiap pergi sekolah Adinda harus melewati rumah besar Dimas tapi Adinda tidak tahu kalau rumah itu adalah rumah musuhnya di sekolah. Orang tua Dimas sangat baik dengan tetangga di sekitarnya, walaupun orang kaya mereka ringan tangan. Sampailah suatu waktu bapak Adinda meminjam uang yang cukup banyak untuk mengembangkan usaha rumah makannya kepada Pak Wijaya, papa Dimas.
Sampai papa Dimas meninggal pun hutang bapak Adinda belum juga lunas, malah semakin bertambah. Hal itu pun diketahui Dimas dan menjadi peluang baginya untuk menikahi Adinda.
“Dengan nikah sama Dimas hutang bapak mu kan jadi lunas, Din” ingat Sinta.
“Itu sama saja bapak menjual aku, Sin” Adinda terisak.
“Ya, nggak bisa dibilang begitu juga, Din. Dimas kan, tetap ngasih kamu mahar kan sewaktu nikah. Dimas juga cinta banget sama kamu, makanya dia mengambil kesempatan itu lewat bapak mu” jelas Sinta.
“Tetap aja aku nggak bisa terima. Aku tidak mencintainya” ucap Adinda.
“Beda benci dengan cinta itu tipis banget lho, Din. Oya, pengantin baru itu bukannya menghabiskan waktu berduaan. Nah kamu kok, malah nyamperin aku” ujar Sinta heran.
“Udah nganter mama pulang, dia aja pergi entah ke mana. Jadi ngapain juga aku di rumah” sahut Adinda cuek.
Sinta tidak tinggal di rumah mertuanya. Dia dan suaminya memutuskan untuk mengontrak rumah walaupun kecil. Sinta bukannya tidak mau campur dengan mertuanya tapi di rumah itu masih ada dua adik laki-laki suaminya. Tentu saja hal itu membuat Sinta menjadi tidak bebas nantinya. Makanya Adinda suka main ke rumah Sinta karena suaminya juga sedang bekerja. Jadi dia berkeluh kesah dengan Sinta yang mau mendengarkan curhatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
dina
wow benci tapi cinta😘😁🙏
2021-07-02
0
Eka Apriliani Inderita
Dan aku untuk yg kesekian kalinya balik kesini lagi, 😌
2021-03-04
0
Ita Fatimah
benci dan cinta itu beda tipis
2021-02-03
0