Part 4: Gengsi

Adinda tidak tahu sebenarnya apa pekerjaan Dimas. Dia benar-benar tidak mau tahu. Yang dia tahu papa mertuanya adalah pengusaha. Sudah pasti Dimas meneruskan usaha papanya. Begitulah pikiran Adinda.

Adinda juga mempunyai penghasilan sendiri jadi dia tidak perlu repot-repot meminta uang kepada Dimas. Dimas pernah meminta nomor rekeningnya, itu pun Adinda memberi tahunya karena Dimas terus memaksa.

“Uang untuk keperluanmu aku transfer tiap bulan. Kalau kurang jangan segan untuk memberitahuku. Aku akan menambahnya” Adinda mengingat-ingat ucapan Dimas beberapa hari yang lalu.

Adinda tidak memperdulikan ucapan Dimas. Dia juga tidak pernah mengecek kartu Atm-nya. Berapa jumlah uang yang telah diberikan Dimas untuknya.

“Din, kamu nggak dijemput Dimas?” tanya Sinta melihat Adinda menunggu bis di depan sekolah.

“Nggak, Sin. Aku tadi juga pergi sendiri” jawab Adinda.

Dia gengsi minta antar Dimas lagipula arah mereka kerja juga berlawanan mana mau Dimas mengantarnya. Lagipula salah dia sendiri sudah menolak ketika mertuanya meminta agar Dimas mengantarnya ke sekolah. Karena gengsi Adinda menolak tawaran mertuanya.

“Aku duluan, ya, atau kamu mau aku bonceng. Tapi aku mau ke pasar dulu, Din” tawar Sinta.

“Makasih, Sin. Aku tunggu bis aja” tolak Adinda. Setelah Sinta berlalu meninggalkannya, Adinda berjalan menunggu bis di halte.

“Din, belum pulang?” tanya laki-laki muncul dari kaca mobil.

“Belum, Pak. Sedang menunggu bis” jawab Adinda.

“Mau pulang bareng nggak, kita kan searah” tawarnya.

“Makasih, Pak. Aku tunggu bis aja” tolak Adinda.

Adinda tidak mau ada fitnah jika duduk berdua dalam mobil Faisal, wakil kepala sekolah di tempatnya mengajar. Faisal diketahui pernah menaruh hati kepada Adinda, tapi Adinda menjaga jarak karena Faisal bukanlah tipenya. Laki-laki itu perokok, Adinda paling tidak suka dengan perokok. Memangnya Dimas tidak merokok? Entahlah Adinda juga belum pernah melihat Dimas merokok.

Faisal meninggalkan Adinda dengan kecewa. Dia berharap Adinda menerima tawarannya, meskipun Adinda sudah menikah paling tidak kan mereka bisa berteman.

“Ya, Allah. Kenapa hari ini bis penuh semua?. Apa aku telpon Dimas aja ya untuk menjemputku. Tapi kalau dia menolak bagaimana. Mau taruh dimana mukaku” gumam Adinda.

Adinda sudah tidak tahan lagi menunggu di halte. Dia selalu kalah gesit dengan penumpang lain yang sedang menunggu di halte. Sebelum menikah dia biasa memakai motor bapaknya. Tidak mungkin juga kan dia meminta motor bapaknya sementara adiknya Arif juga memerlukannya untuk kuliah.

“Perutku juga udah laper banget ini” Adinda menggigit bibirnya menahan lapar karena sewaktu jam istirahat dia hanya makan sedikit.

Tin.Tin.Tin.

Outlander marun itu berhenti di depan Adinda. "Hah! Kok kayak mobil Dimas" batin Adinda mengeryitkan dahinya.

Kaca depan pengemudi turun perlahan, wajah laki-laki tampan itu tersenyum manis melihat wajah terkejut Adinda.

“Kamu!! Ngapain di sini” ketus Adinda melihatnya.

“Mama tadi menelponku. Katanya kamu belum pulang. Biasanya jam satu udah pulang, ini udah hampir jam dua belum pulang juga” jelas Dimas.

Mama Dimas memang sangat mengkhawatirkan menantunya itu. Adinda masih berdiam diri di halte.

“Buruan, masih mau disitu? Ya, udah. Aku tinggal, nih” ancam Dimas.

“Eh ... iya ... iya. Nggak sabar banget sih jadi orang” dumel Adinda berjalan membuka pintu di samping Dimas.

Lupakan dulu gengsi, perutnya sudah lapar sekali.

"Huh, adem banget, ya" Adinda menyandarkan punggungnya.

Adinda akui ini baru pertama kalinya dia naik Outlander milik Dimas. Ketika Dimas memboyongnya ke rumah mertuanya, Dimas memakai pajero sport milik papanya.

“Kamu belum pernah naik mobil mahal?” lirik Dimas.

Mata Adinda melebar, pertanyaan Dimas benar-benar memancing kemarahannya.

“Jadi manusia itu jangan sombong” sindir Adinda.

“Siapa yang sombong?” sahut Dimas tidak suka. “Aku kan hanya bertanya. Emang aku ngomong tadi ada nada sombong apa?."

Adinda menghela napasnya. Laki-laki di sampingnya ini membuat kepalanya mendidih. “Terus kamu nanya itu maksudnya apa?. Udah deh jangan cari ribut” sungut Adinda dengan nada tinggi.

Dimas tersenyum kecil, Adinda sudah terpancing olehnya. Sudah lama Dimas tidak melihat Adinda berteriak kepadanya. Kadang dia merindukan itu. Membuat hidupnya tidak terasa hambar.

“Aku memang bukan anak orang kaya, orang tua ku juga tidak mampu buat membeli mobil mewah seperti milikmu. Kalau kamu tidak sudi aku naik mobil mahal kamu ini, aku bisa turun sekarang” lanjut Adinda emosi.

“Hey, kenapa jadi panjang begini. Akukan cuma tanya ‘kamu belum pernah naik mobil mahal?’  kamu  jawab ‘tidak’ itu aja selesai” lirik Dimas sambil fokus menyetir.

“Tapi pertanyaan kamu itu menyinggung ku tahu nggak” airmata Adinda merembes.

Dimas menoleh mendengarkan isakan tangis Adinda. Dimas jadi gelagapan. Dia tidak menyangka kalau pertanyaan isengnya bisa membuat Adinda menangis.

“Maaf, aku nggak bermaksud menyinggung kamu” ujar Dimas merasa bersalah. Tapi Adinda tetap menangis.

Sampai di rumah Adinda bergegas masuk ke rumah dan berjalan cepat menuju kamarnya.

“Mas, kenapa Dinda menangis?. Kamu apakan dia?” tanya mamanya.

“Nggak diapa-apain, Ma. Hanya salah paham aja selama kita ngobrol di mobil. Aku susul Dinda dulu, Ma” Dimas masuk ke kamar dilihatnya Adinda tidak ada di kamar.

Ada suara gemericik air di kamar mandi. Tak lama Adinda keluar dari kamar mandi sudah berganti baju. Matanya sembab tapi tetap terlihat cantik. Adinda berlalu dihadapan Dimas tanpa melihatnya.

“Din, aku kan udah minta maaf” tatap Dimas ke arah Adinda yang sudah memunggunginya. Adinda tidak menanggapi ucapan Dimas. Ucapan Dimas telah membuat hatinya sakit.

Terpopuler

Comments

Sasa Al Khansa 💞💞

Sasa Al Khansa 💞💞

sama.. pertama kenalan sama suami, yang di tanya adalah ngerokok atau gak?. saking gak mau punya suami perokok

2022-08-16

1

Maya Mawardi

Maya Mawardi

berawal Krn tak suka nikah terpaksa juga duh hrs sabar suaminya Krn berawal bukan Krn cinta...

2021-03-10

0

Siti solikah

Siti solikah

lanjut thor

2021-01-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!