...°°°°°°°°°°°°°°°°°°°...
...Jangan ganggu ketenangannya jika masih ingin menghirup udara bebas esok hari......
...###...
...Area 17+...
Levi terus mengikuti kemana dua orang itu membawa tubuh gadisnya. Ia mengumpat pelan saat mengetahui kemana arah para bajing*n itu pergi. Matanya yang tajam menatap nyalang pintu gudang yang sudah tertutup. Tangannya terkepal erat dengan urat-urat nya yang tercetak jelas.
Jika saja terjadi sesuatu dengan gadisnya. Maka Levi tidak akan melepaskan Celine dan antek-anteknya.
Lalu Levi berjalan lebih mendekat. Berdiri di depan pintu gudang sekolah yang sudah tertutup dari dalam. Menempelkan telinganya pada pintu agar dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan di dalam.
"Anjir, semok bener. Kenapa gua gak tau kalau punya adik kelas yang sexy kayak gini."
"Kulitnya putih mulus. Mahal pasti nih skincare nya."
"Dia anak pemilik sekolah sebelah bego."
"Pantesan. Tapi gak apa nih kita kerjain anak gadisnya."
"Gak apa lah, kan enggak ada yang tau, hahaha."
"Bangs*t. Gue duluan baru lo ya."
Levi menggemeretakkan giginya saat mendengar suara gelak tawa dari dalam. Pelecahan kata-kata seperti itu mampu membuat amarahnya memuncak seketika. Telinganya terasa memanas. Rahangnya mengeras. Matanya yang sangat tajam, seperti siap untuk membunuh seseorang.
Tapi Levi tidak boleh bertindak dengan gegabah. Ia tidak mau gadis pujaannya kenapa-kenapa.
Lalu tangan cowok itu terulur mengambil ponsel yang ada di dalam saku celana. Menekan nomor seseorang dan mendekatkan ponselnya setelah panggilan itu tersambung.
"Morgan, kirim Romi dan Bryan ke gudang belakang sekolah, sekarang juga!. Tapi jangan buat pergerakan yang mencurigakan!", perintah Levi tak terbantahkan. Kemudian cowok itu mematikan sepihak sebelum Morgan dapat membalas titah Levi. Setelah itu Levi kembali menguping pembicaraan yang terjadi di dalam. Mewaspadai jika para bajing*n itu sudah melakukan tindakannya.
Lima menit kemudian dua orang cowok berkaos hitam itu datang menghampirinya.
"Kenapa bos?", tanya salah satu dari cowok itu.
Levi menatap datar Romi, adik kelas dan salah satu anggotanya itu.
"Apapun yang terjadi tetap jaga diluar. Jangan masuk sebelum ada perintah!", ujar Levi tegas dengan pandangan yang menyorot tajam kearah Bryan dan Romi yang memandang penuh hormat kepada ketuanya itu.
"Siap", jawab mereka berdua secara serentak.
Levi memandang sejenak kedua pemuda itu sebelum mendobrak paksa pintu yang tertutup dari dalam. Membuat pintu kayu yang sudah sedikit lapuk itu terbuka dengan lebar. Levi tidak tau darimana para bajing*n itu bisa mendapatkan kunci gudang sekolah.
Sedangkan kedua cowok yang sedang bersiap-siap ingin menanggalkan pakaian yang dikenakan Rea langsung menoleh kaget kearah pintu.
Mata mereka terbelalak saat mendapati Devil nya Angkasa berdiri gagah di hadapan mereka. Dengan mata dinginnya yang tegas dan auranya yang sangat mencekam. Julukan king of devil memang pantas disandang oleh seorang Levino.
"Le-levi", ujar salah satu dari mereka dengan tergagap-gagap. Ia merasa atsmofer kematian sudah melingkupi ruangan yang kotor itu.
Levi tidak bersuara. Tapi bunyi nyaring dari giginya yang bergemelatuk adalah tanda jika cowok itu sedang menahan amarah yang sangat besar saat ini. Pupil matanya melebar melihat tangan bajing*n itu yang berada di kulit paha gadisnya.
Bahkan Levi sendiri belum pernah menyentuh se-inchi pun kulit tubuh Rearin. Gadis yang mampu membuat Levi tergila-gila selama enam tahun belakangan ini.
"Berdiri", desis Levi tajam yang langsung dituruti oleh dua orang cowok tersebut.
"Ka-kami disu-"
"Shut up", sela Levi dingin. Lalu cowok berwajah datar itu berjalan mendekat ke arah dua laki-laki bejat itu.
"Tangan mana yang udah berani nyentuh dia?", tanya Levi yang langsung membuat dua orang itu refleks menyembunyikan kedua tangannya.
Levi lantas menyeringai. Dua bajing* n yang berhati hello Kitty ternyata. Dasar laki-laki sampah.
"Jawab!, tangan lo yang mana udah nyentuh dia?!", ulang Levi dengan penuh tekanan.
"Ka-kami enggak ngapain. Ka-"
Bugh
"Banyak bacot", tanpa aba-aba Levi langsung memukul perut salah satu cowok itu. Ia tidak tau namanya, karena bajing*n seperti mereka tidak mungkin merupakan salah satu anggotanya.
"Lo gak bisa mukul orang seenaknya. Jangan mentang-mentang lo anak pemilik sekolah ini terus lo bisa lakuin sesuka hati", ujar cowok berkulit sedikit gelap itu setelah melihat temannya yang tersungkur karena pukulan keras Levi.
"Terus lo bisa nodain cewek seenaknya?", Levi bersmirk sambil berjalan maju kearah cowok tersebut.
"E-emang dia siapa buat lo?. Kenapa lo musti ikut campur?", cowok itu berujar dengan hati yang sudah ketar-ketir di dalam sana.
Levi tersenyum miring dan menarik tengkuk cowok itu dengan tiba-tiba. Membuat si empunya menatap takut Levi yang terlihat sangat menyeramkan.
"Dia punya gue", bisik Levi di telinga pemuda itu. Lalu ia memandang wajah yang sudah pucat pasi dihadapannya itu.
"Dan mata lo ini udah berani ngelirik cewek gue. Mau gue apain?, dicongkel atau ditusuk?", Levi tersenyum menyeringai membuat keringat dingin cowok itu semakin mengucur deras.
"G-gue mohon ampun. Gue mohon ampun Lev", mohon nya dengan terbata-bata.
"Tapi gue udah janji sama diri gue buat ngabisin lo berdua. Lo tau kan kalau gue gak suka ingkar janji", sahut Levi dengan senyuman miring yang masih menghiasi wajah tampannya.
"Gue mohon Lev, biar-"
Bugh
"Biarin gue ngabisin lo?, right?", Levi menundukkan badannya menatap cowok yang sudah tersungkur di lantai tersebut.
"Lev-"
"Oke, let's play", tanpa mengindahkan permohonan cowok itu. Levi langsung memukuli keduanya dengan membabi buta. Pertarungan sengit terjadi diantara mereka bertiga. Beberapa serangan Levi dapatkan dari kedua cowok itu. Namun bukan Levi namanya, kalau tidak bisa membalas serangan itu dengan berkali-kali lipat.
"Bangs*t!", umpat Levi sambil menendang perut keduanya secara bergantian. Membuat para bajing*n itu terbatuk-batuk mengeluarkan darah. Kedua cowok itu sudah babak belur. Dengan wajah yang dipenuhi lebam sana-sini.
Levi meludahi darah yang memasuki mulutnya ke samping cowok yang berada dibawah kakinya kini, "Sialan", desisnya.
Kemudian Levi duduk bersila di antara dua tubuh yang sudah terkulai lemah itu. Mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Lalu membuka benda kecil yang tajam itu.
Salah satu dari dua cowok itu yang melihat Levi memegang pisau lipat lantas langsung berusaha menjauhkan tubuhnya dari iblis berbahaya itu.
Levi menoleh cepat kearahnya sambil menyeringai menakutkan, "Mau lari?, enggak semudah itu dude."
Setelah itu Levi langsung mengambil tangan kiri cowok itu dan mengarahkan pisau lipatnya keatas punggung tangan yang sudah sedikit berdarah. Menggerakkan pisau kesayangannya secara abstrak. Sesekali menekan benda tersebut yang membuat cowok itu menjerit kesakitan.
"Arghh, sakit. Ampun Lev, ampun", permohonan yang lagi-lagi tidak dihiraukan oleh Levi yang masih asik bermain diatas punggung tangan cowok itu. Untung saja gudang ini berada di belakang sekolah. Jadi tidak akan ada orang yang dapat mendengar jeritan kesakitan itu.
"Tangan lo gak ada akhlaknya. Daripada digunakan untuk yang gak jelas, lebih baik dipotong kan?", Levi menatap cowok yang sedang memejamkan mata itu. Sampai-sampai membuat air matanya mengalir keluar. Membuat Levi tersenyum puas.
"Argh, jangan gue moh-Ahh."
"Berisik!, mau mulut lo yang gue sayat?", sentak Levi yang refleks membuat cowok itu menggelengkan kepala seraya membekap mulutnya dengan sebelah tangan. Menahan sakit yang luar biasa pada lengan kanannya.
"Finish", gumam Levi setelah membuat kedua tangan para bajing*n itu terlukis mahakarya nya. Membuat darah berceceran dimana-mana.
"Romi, Bryan!", panggil Levi lantang membuat dua cowok jangkung itu langsung masuk ke dalam.
"Anjir, bau banget", celetuk Romi seraya menutup hidungnya saat mencium aroma darah yang sangat kuat.
"Beresin", Levi menendang kaki yang sudah terkulai lemas itu sambil mengelap tangannya yang penuh dengan darah kotor menggunakan jas miliknya.
"Gue mau mereka berdua gak punya tangan", ujar Levi tegas sebelum berjalan menghampiri tubuh gadisnya yang masih tergeletak tak sadarkan diri di atas meja.
Jangan ganggu ketenangannya jika masih ingin menghirup udara bebas esok hari.
...~Rilansun🖤....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Edah J
duhh ngeri amat yaa
2023-01-27
1
Riska Wulandari
sadissss
2022-05-11
0
Mary Bella
sadis Thor..biasa2 aja thor.jgn yg seperti ini.seram
2021-12-20
0