...°°°°°°°°°°°°°°°°°°°...
...Tidak ada tempat yang lebih hangat di dunia ini, selain rumah......
...###...
Prang
Rea menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya saat mendengar suara panci yang dibanting. Tidur nya yang nyenyak menjadi berantakan karena pertempuran yang terjadi di bawah sana. Sebenarnya itu juga tidak merugikan, sebab karena pertempuran itu lah Rea bisa terbangun dengan cepat di pagi hari. Hal itu seperti alarm alami untuknya.
Tapi Rea khawatir dengan telinganya. Lalu cewek itu tengkurap dan mengapit kepalanya dengan bantal. Agar telinganya tidak terinfeksi saat mendengar auman menggelegar sang Bunda.
"ARGAN!."
Sementara di lantai bawah, Arinta menatap kesal pada anak laki-lakinya yang berjalan santai dengan handuk yang melilit di pinggangnya sambil mengusap rambut basahnya dengan sebuah handuk kecil. Dan cowok itu bersenandung kecil seraya menuruni undakan anak tangga. Benar-benar terlalu santai.
"Argan!, kamu cowok apa cewek, jalannya kok lama", ketus Arinta kesal ketika melihat Argan yang berjalan lambat.
"Cewok, cyin", balas Argan dengan lambaian tangan centilnya. Membuat Arinta melotot, apa putranya itu tidak malu dengan otot perut yang terpampang jelas.
"Kesini cepat!."
Argan mendengus, "Jalan itu harus dinikmati Bun. Mana tau jumpa duit Bapak Reagan yang tercecer", sahutnya sambil memandang seluruh lantai marmer putih itu dengan seksama. Mana tau beneran ada duit.
"Bunda hitung sampai tiga, kalau kamu belum kesini uang jajan kamu dipotong", ancam Arinta kepada anaknya yang masih sibuk menjelalati lantai.
"Lima deh Bun, lima."
"Ya udah deh lima."
"Satu..., dua..."
"Sepuluh deh Bun, sepuluh."
"ARGAN!", Arinta berteriak saat menyadari dirinya dipermainkan.
Argan mendongak dan menatap Bunda nya dengan sebal. Padahal ia nampak warna merah-merah tadi di bawah karpet. Tapi jika kanjeng ratu itu dibuat kesal sekali lagi, maka uang jajannya benar-benar akan terancam.
Kemudian Argan berjalan menghampiri Arinta yang berdiri di ambang pintu dapur. Dengan menyampirkan handuk kecilnya di pundak serta menguatkan lilitan handuknya yang terasa mengendur. Bahaya kalau terlepas. Nanti ada sesuatu yang terbang, tapi bukan burung.
"Udah Bunda bilang, kalau di rumah enggak boleh keluyuran tanpa baju", Arinta menjewer telinga Argan saat cowok itu telah sampai dihadapannya.
"Aauw, aduh, aduh. Sakit Bun", ringis Argan kesakitan. Cubitan Arinta itu mengalahkan pedasnya cabai jalapeno.
"Ngerti gak apa yang Bunda bilang?", tanya Arinta dengan masih menjewer telinga Argan.
"Kan di rumah sendiri Bun, enggak ada yang liat", jawab Argan dengan menahan perih di telinganya. Ia yakin jika bagian tubuhnya itu pasti sudah memerah saat ini. Bunda nya melakukan KDRT. Ingatkan Argan untuk mengadu kepada pak RT nanti.
"Jadi Bibi-bibi disini gak orang menurut kamu. Bisa gak sih Argan, apa yang Bunda bilangin itu jangan di jawab."
"Kan Bunda nanya, ya Argan jawablah. Dosa tau Bunda, kalau orang tua manggil gak disahut."
"Ar-"
"Iya-iya, ngerti", sela Argan cepat. Ia masih menginginkan telinganya agar tetap utuh.
Arinta menghela nafas dan melepaskan jeweran nya.
"Itu demi kebaikan kamu. Nanti orang-orang pada bilang, percuma di sekolahin tinggi-tinggi tapi sopan santunnya gak ada. Pasti orang tuanya gak ngajarin. Kamu mau Bunda di gibahin", ujar Arinta lembut dan mengelus serta meniup telinga Argan yang terlihat sangat merah. Sebenarnya ia kasihan, tapi Argan itu tidak seperti Rea yang sekali dibilang akan langsung mengerti.
"Lah kan bagus Bun. Orang itu yang dapat dosanya, kita dapat pahalanya. Istilahnya kita gak ngapa-ngapain tapi bisa dapat duit", sahut Argan yang mendapat tabokan di kepalanya dari Arinta. Sebenarnya Argan itu anak siapa sih. Otak nya kok ya gak ada.
"Duit aja isi kepala kamu itu."
"Of course, money is my world", ujar Argan yang membuat Arinta menggelengkan kepalanya.
"Oh, iya Bun, nampak segitiga bermuda Argan gak?", celetuk Argan dan berjalan memasuki dapur rumahnya. Lebih tepatnya berjalan kearah rice cooker.
Arinta sontak menoleh kearah tangannya yang terdapat kain berbentuk segitiga berwarna hitam. Lalu mendongak menatap Argan yang masih bingung mencari CD nya. Ia sampai lupa soal CD. Padahal ia heboh pagi-pagi karena benda itu.
"Ini maksud kamu?", ujar Arinta sambil mengangkat CD tersebut dengan tinggi-tinggi.
Argan membalikkan badannya dan menatap horor Bunda nya itu.
"Astgadragon Bunda, itu kan udah di cuci", Argan berteriak histeris dan merampas CD miliknya dari Arinta.
"Argan!. Penanak nasi Bunda kayak gak ada harga dirinya sama kamu. Periuknya itu udah Bunda cuci dengan air tujuh sumur dan kembang tujuh rupa tau!", ujar Arinta kesal mengingat saat dirinya membuka rice cooker dan mendapatkan pakaian dalam Argan di dalamnya.
Argan itu memang punya kebiasaan yang aneh. Cowok itu terbiasa memakai satu CD untuk tiga hari. Setelah tiga hari maka Argan akan membuang CD nya tersebut, dan mengganti dengan yang baru untuk dikenakan tiga hari ke depan pula. Begitu terus. Dan yang uniknya, Argan tidak pernah mau barang privasinya itu disentuh oleh orang lain. Tak terkecuali. Jadi cowok itu mencuci sendiri CD nya. Mungkin kali ini Argan mencucinya kemalaman, membuat benda itu belum kering. Jika sudah seperti itu maka rice cooker Arinta lah yang menjadi korbannya.
Padahal Arinta sudah menyuruh Argan untuk mengeringkannya di mesin pengering. Namun cowok itu mengatakan kalau dikeringkan di dalam rice cooker ada sensasinya tersendiri.
Dan itu sudah terjadi semenjak Argan masuk ke SMP. Entah apa alasannya Arinta pun tidak tau.
"Ya elah Bun, jangan kayak orang kismin ngapa. Suruh aja bos Reagan beli yang baru. Kalau perlu suruh beli sepuluh. Satu buat Bunda, sembilan buat Argan", sahut Argan seraya menyengir melihat tatapan maut sang Bunda.
"Anak siapa sih kamu?!"
"Enggak tau. Enggak mungkin anak Bunda sama bos Reagan. Karena muka Argan itu mirip Christiano Ronaldo. Jangan-jangan Argan beneran anak Christiano Ronaldo?", tanya Argan asal dengan menatap penuh binar kearah Bunda nya. Mana tau ia memang anak pemain sepak bola tersebut.
"Ngomong sekali lagi Bunda sunat kamu sampai habis."
"Jangan dong Bun, enggak bisa ngasih Bunda cucu nanti baru tau."
"Enggak mungkin kamu punya anak."
"Ya Allah si Bunda, mulutnya minta di balsem. Mulutnya kurang sa-"
"ARGAN!, pakai baju kamu sekarang juga!", sela Arinta dengan sedikit berteriak saat melihat tatapan lapar para ART nya ketika menatap tubuh putranya. Enak saja putra lajangnya ditatap seperti itu oleh ibu-ibu.
Rea yang sekali lagi mendengar teriakan tersebut lantas menyibak selimutnya dengan kasar. Mengumpati Arkan yang telah mengganggu tidurnya dalam hati. Ia tidak mengerti mengapa bisa memiliki kembaran seperti Argan Kaivaro Allandra.
Lalu Rea mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Menghubungi nomor Bunda nya. Mencoba untuk menghibur wanita tersebut. Jika suasana hati Arinta tidak dalam keadaan baik. Maka habislah sudah sarapan mereka pagi ini. Hanya akan ada nasi putih beserta garam.
Rea sebenarnya tidak masalah, tetapi ia kasihan melihat Papi nya. Rea tau jika Papi nya tidak menyukainya, tapi pria itu tetap memakannya dengan sepenuh hati. Reagan tidak pernah protes, apapun yang diberikan Arinta akan dimakannya. Sebucin itu emang Reagan terhadap Arinta.
"Morning Bun", sapa Rea saat sambungan itu telah terhubung. Dengan ponsel ditelinga nya, Rea bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju walk in closet miliknya. Membuka lemari besarnya dan mengambil seragam sekolahnya.
"You look beautiful today. Hari ini kita pergi belanja?, banyak diskon hari ini", ujar Rea dengan nada yang terkesan datar. Setelah itu terdengar suara Arinta yang berseru kegirangan dan memintanya untuk pergi menemani beliau berbelanja setelah pulang sekolah nanti.
Kemudian mereka larut dalam obrolan tentang apa yang akan mereka beli nanti. Tentu saja dengan Arinta yang sangat excited. Sepuluh menit tak terasa, akhirnya Rea memilih untuk mengakhiri panggilan mereka. Lalu setelah itu tuan putrinya Allandra segera melangkahkan kaki kearah kamar mandinya.
Menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.
...###...
"Ekhem", Rea berdehem keras saat melihat kedua orang tuanya yang bermesraan disembarang tempat. Jika saja tidak Rea hentikan, mungkin dua malaikatnya itu sudah menyatukan bibir. Astaga.
Arinta menoleh kaget melihat putrinya yang sudah duduk di meja makan. Lalu wanita itu turun dari meja yang barusan di dudukinya. Salahkan Reagan yang menaikkannya keatas meja.
"Kamu mau makan-"
Cup
Reagan menghentikan ucapan Arinta dengan kecupan singkatnya di bibir dan kening istrinya. Membuat wanita itu menatap horor suaminya.
"Morning, Bunda cantik", ujar Reagan lalu segera mengambil tempat duduk di kursi utama. Pria itu bertindak seolah tidak ada yang terjadi.
"Dasar", dengus Arinta dan menghampiri Reagan. Mengambilkan serta melayani makanan suaminya.
Rea hanya bisa menggelengkan kecil kepalanya. Memaklumi Bunda dan Papi nya yang masih ingin merasakan masa-masa pacaran. Terkadang ia merasa bersalah bila mengingat kehadirannya dan Argan menjadi penghalang masa muda kedua orang tuanya.
Ya, Arinta memang sering menceritakan masa lalunya kepada Rea maupun Argan. Tak terkecuali tentang bagaimana mereka berdua bisa hadir. Tidak ada yang Arinta tutup-tutupi dari kedua anaknya. Daripada mendengar dari mulut orang lain, lebih baik Arinta yang memberitahu terlebih dahulu.
"Bun", Argan memanggil Arinta yang membuat semua mata langsung tertuju pada cowok yang baru saja datang itu.
"Kenapa?", tanya Arinta dengan kekesalan yang masih ada sedikit.
"Ini pensilnya kok warnanya coklat kalau ditulis?", Argan menunjukkan sebuah pensil berukuran panjang berwarna coklat.
Arinta mengernyitkan keningnya dan berjalan menghampiri Argan. Mengambil pensil tersebut dari tangan putranya. Lalu matanya terbelalak saat merasa familiar dengan benda tersebut.
"Ini pensil alis Bunda Argan!", Arinta menatap tajam Argan yang menyengir tak berdosa.
"Hehehe, pantesan pas ditulis kok lembut-lembut gitu."
"ARGANNN!"
Rea yang sedang mengunyah makanannya lantas memejamkan mata saat mendengar auman itu lagi. Sungguh Argan si biang kerok. Selalu saja ada kelakuannya yang membuat orang darah tinggi seketika. Rea rasa cowok itu tidak bisa hidup tanpa membuat keributan satu kali dalam hari nya.
Benar-benar pagi yang rusuh, ribut dan menjengkelkan. Tapi karena keributan itu lah rumah yang besar ini terasa ramai.
...~Rilansun🖤....
Argan Kaivaro Allandra. Kang rusuh nya Allandra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Lily
guanteng nya... nama aslinya siapa
2024-03-20
0
Edah J
Ahh Arganteng itu CD kenapa harus disimpan di rice cooker sihh😁
2023-01-27
0
Neng Bintang
hadeuhhh idola ku ada d sini Gulf kanawut....si kasep + cantik
2023-01-21
1