"Wow, guarda chi c'è qui? sei il suo amante ahah, in nessun modo giusto ??"
( Wow lihat siapa yang datang? apa kau Kekasihnya? tidak mungkin bukan?), ujar laki-laki itu sebelum tangannya mendekat hendak menyentuh dagu Grizzy.
Dengan sigap Grizzy mencegahnya dengan menahan tangannya lalu memelintirnya tanpa menunjukan ekspresi apapun. Sedangkan, laki-laki itu meringis kesakitan sambil mengeluarkan kata-kata kasar membuat Grizzy semakin geram dan semakin ingin menyakiti laki-laki itu.
"È stata questa mano che lo ha appena ferito?"
(Apakah tangan ini yang baru saja menyakitinya?), bisik Grizzy dengan suara lembutnya.
"Non!!"
(tidak), teriak laki-laki itu.
"Bugiardo!!"
(Pembohong!!), cetus grizzy.
Saat Grizzy lengah laki-laki yang sedari tadi menonton pun hendak melayangkan tinjunya, namun gerak refleks Grizzy lebih cepat dari dugaannya. Grizzy mengayunkan kaki kirinya hingga berhasil menendang dagu laki-laki itu sampai jatuh telentang dengan mulut yang mengeluarkan darah.
"Gli esseri deboli come te non sono niente per me. Ragazzi, siete stati eliminati troppo facilmente. Quindi fammi giocare un po "
(Makhluk lemah sepertimu bukanlah apa-apa bagiku. Teman-teman, kalian terlalu mudah disingkirkan. Jadi biarkan aku bermain sedikit). Ujar Grizzy smirk lalu mematahkan tiga jari darin tangan laki-laki yang mencoba menyentuhnya.
Setelah beres, Grizzy mengumpulkan baju Dong Il yang dibuang ke sembarang arah lalu meminta Dong Il memakainya kembali. Dengan tangan gemetar Dong Il meraih pakaiannya, lalu memakainya saat Grizzy berjalan keluar kelas. Ternyata diluar kelas sudah banyak siswa yang berkumpul termasuk para guru, alhasil Grizzy, Dong Il dan dua laki-laki tadi dibawa ke ruang konseling untuk meluruskan masalahnya, hal itu dihadiri langsung oleh kepala sekolah. Grizzy nampak lebih santai dibandingkan dengan tiga lainnya.
"Grizelle Viviana? Cosa hai fatto a Lucas?"
( Grizelle Viviana? Apa yang Anda lakukan pada Lucas?), tanya guru pembimbing.
"Lucas? chi è Lucas? Non la conosco? Sei tu?"
(Lucas? Siapa Lucas? Aku tidak mengenalnya? Kau kah itu?), ujar Grizzy balik bertanya.
"Grizelle!!" bentak si guru yang sontak membuat seisi ruangan terkejut, tak terkecuali kepala sekolah.
"Aishh telingaku!!" gerutu Grizelle yang direspon sedikit tawa dari Dong Il.
"Che c'è? Hai detto qualcosa?"
(ada apa? Kau mengatakan sesuatu), tanya Kepala Sekolah.
"Niente"
(tidak ada), jawab Grizzy santai.
"Se non vi conoscete, come potete attaccarvi a vicenda, quali sono le vostre ragioni?"
(Jika Anda tidak mengenal satu sama lain, bagaimana Anda bisa saling menyerang, apa alasan Anda?), tanya guru pembimbing dengan tatapan serius.
Grizzy memberikan isyarat kepada dua murid laki-laki itu untuk memberi alasan terlebih dahulu. Namun, hal itu malah dibalas dengan tatapan jengkel yang sama sekali tidak mengusik sikap santai Grizzy.
Di samping itu, Grizzy yang menyadari Dong Il tengah melawan rasa takutnya mencoba menenangkan dengan menggenggam tangan Dong Il yang sudah berkeringat. Dong Il terkejut, refleks matanya langsung melihat ke arah Grizzy yang tersenyum seolah meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja. Namun, bukan hanya itu, yang lebih mengejutkannya lagi, saat ini adalah kali pertama Dong Il melihat senyuman itu lagi setelah bertahun-tahun.
Seketika Dong Il sadar kalau dirinya sangat-sangat merindukan senyuman itu, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan melihatnya dalam jarak sedekat ini. Dong Il larut dalam lamunannya sampai melupakan tempat dan situasi yang sedang ia hadapi saat ini.
"Lascia che ti chieda ancora una volta, perché stai facendo il prepotente con Danny??"
(Biarkan saya bertanya sekali lagi, mengapa Anda menindas Danny?), tanya guru pembimbing.
"A causa sua.."
(Karena dia..), jawaban Lucas terpotong karena Dong Il menyela.
"Bellissimo"
(Cantik), celetuk Dong Il yang masih menatap Grizzy.
"Che cosa?!!"
(apa?!), teriak Lucas dan guru pembimbing serentak.
"Apaa?!", Teriak Grizzy tak kalah terkejut.
"Sei Pazzo?"
(Anda Gila?), tanya Lucas yang masih terkejut.
Dong Il yang sadar akan ucapannya pun langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil melotot kaget. Dia mencoba mencari alasan yang tepat namun suasana sudah terlanjur canggung.
"No, voglio dire, sono più bello di Lucas ma Lucas non lo accetta!"
(Tidak, maksudku, aku lebih tampan dari pada Lucas tapi Lucas tidak menerimanya!), ujar Dong Il memperjelas dengan terbata.
"Che Cosa?" tanya lagi Lucas tidak percaya.
"Lascia che ti dia una ragione, non l'ho attaccato. È solo che, rappresento le vittime del bullismo che devono essere seguite a scuola. Sfortunatamente la mia scuola era così pazza per i soldi che ha dimenticato il suo orgoglio!"
(Biarkan saya memberi Anda alasan, saya tidak menyerangnya. Hanya saja, saya mewakili para korban bullying yang perlu ditindaklanjuti di sekolah. Sayangnya sekolah saya begitu tergila-gila pada uang sehingga melupakan harga dirinya!), ujar Grizzy santai namun sukses membuat Guru pembimbing dan Kepala Sekolah itu tercengang.
"Senza senso!"
(omong kosong!), bantah guru pembimbing.
Grizzy tersenyum tipis lalu mengambil sebuah ponsel dan memainkannya dengan santai tanpa peduli aturan dan Guru didepannya.
"Niente cellulari a scuola! Dissidenti!"
( Tidak ada ponsel disekolah! Pembangkang!), Bentak Si guru pembimbing.
Senyum misterius Grizzy semakin menjadi, dia menghubungkan ponselnya dengan proyektor lalu memutar sebuah video dengan volume tinggi sehingga tampilan dan layar bisa dinikmati oleh dua orang guru dan empat orang murid yang tengah berkumpul di ruangan itu. Semua pandangan terfokus pada layar proyektor, kecuali Grizzy yang masih mengamati setiap ekspresi yang muncul di empat wajah mencurigakan itu. Namun, Grizzy hanya mendapat dua wajah panik, Lucas dan guru pembimbing. Sedangkan, terlihat percikan amarah pada ekspresi Kepala Sekolah yang membuat Grizzy sedikit terhibur.
"Quello non è vero!!"
(Itu tidak benar), bantah guru pembimbing.
"Sei sicuro?"
(Apa kamu yakin?), tanya Grizzy sedikit terkesan mengejek.
Tatapan Grizzy yang kian mendalam membuat keduanya tidak bisa berkata apa-apa, terlihat begitu besar kebencian Lucas pada Grizzy saat ini, Grizzy sendiri seolah menikmati suasana saat ini. Karena tidak mendapat jawaban apa-apa, Grizzy pun menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya menyimpulkan.
"Va bene visto che è tutto chiaro, mi lasci parlare con il preside, ha qualche obiezione, signore?"
(Baiklah karena semuanya jelas, izinkan saya berbicara dengan Kepala Sekolah, apakah Anda keberatan, Pak?), ujar Grizzy.
Kepala sekolah pun akhirnya mengisyaratkan agar yang lain keluar. Padahal sebenarnya Kepala Sekolah itu pun merasa sedikit ngeri karena sikap dingin dan misterius yang ditunjukan Grizzy. Namun, karena mungkin ini menyangkut posisi dan sekolahnya, beliau pun mengiyakannya. Terlihat jelas tatapan benci itu tidak lepas dari Grizzy, bahkan sampai jendela terakhir Lucas enggan melepas pandangannya. Grizzy menyadari hal itu namun benar-benar tidak mempedulikannya dan memilih ke pembahasannya dengan Kepala Sekolah.
"Hai visto non è vero? molto chiaro!"
(Anda melihatnya bukan? sangat jelas!), ujar Grizzy memulai pembicaraan.
"giusto"
(Benar), jawabnya lirih.
"questo è il mio biglietto da visita"
(ini kartu nama saya), Grizzy menyodorkan sebuah kartu nama yang langsung diraih oleh Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah itu terkejut bukan Main, saat mengetahui identitas salah satu muridnya itu. Beliau menatap tak percaya pada Grizzy dan mulai berubah sopan seolah lupa jika posisinya lebih tinggi daripada Grizzy.
"Dovremmo parlare inglese per renderlo più comodo?"
(Haruskah kita berbicara bahasa Inggris agar lebih nyaman?), tawar Grizzy.
"Non c'è bisogno, usa solo la lingua che usi normalmente."
(Tidak perlu, cukup gunakan bahasa yang biasa Anda gunakan.) Balas Kepala sekolah.
"Parlo coreano"
(Saya berbahasa Korea), jawab Grizzy cepat.
"se è così parla italiano"
(jika demikian bicaralah bahasa Italia), balas Kepala sekolah sedikit terdengar kesal.
"Ebbene, il motivo per cui voglio parlare in privato è perché presto lascerò l'Italia"
(Nah, alasan saya ingin berbicara secara pribadi adalah karena saya akan segera meninggalkan Italia), jelas Grizzy.
"Ma perché?"
(Tapi kenapa), tanya Kepala sekolah ringan namun Grizzy hanya tersenyum.
"Tuttavia, non me ne andrò via, voglio che tu ti prenda cura di mio fratello, Christ Danny. Se solo si fa male, anche se è solo un po ', mi assicuro di distruggere la tua posizione attuale."
(Namun, saya tidak akan pergi begitu saja, saya ingin Anda menjaga saudara laki-laki saya, Christ Danny-Dong Il. Jika dia sampai terluka, meskipun hanya sedikit, saya pastikan saya menghancurkan posisi Anda saat ini.), ujar Grizzy memperjelas sebelum akhirnya beranjak.
Namun, sebelum dia menyentuh gagang pintu itu Grizzy kembali berjalan menghampiri Kepala Sekolah itu dengan tangan yang sudah menggenggam sebuah pistol, yang tentu saja membuat Kepala Sekolah itu ketakutan sampai tidak berani bergerak sama sekali. Grizzy mendekatkan mulut pistolnya ke dahi Kepala Sekolah yang terdiam tak bergeming. Keringat dingin mulai bercucuran, matanya melotot takut seolah melihat malaikat maut didepannya.
"Se hai il coraggio di sfidarmi, questo edificio brucerà proprio come ci sono tutti dentro."
(Jika Anda berani menantang saya, gedung ini akan terbakar seperti semua orang yang ada di dalamnya), Ujar Grizzy dengan suara berat ditambah smirknya yang semakin membuat kepala sekolah menegang.
"Ci vediamo preside Della scuola"
(Sampai jumpa kepala sekolahnya). Sambung Grizzy setelah menurunkan pistolnya lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan.
Disisi lain, di kediaman Edard D'Angelo, Pak Kim Daeshim selaku Sekretaris Pribadi Bos Besar D'Angelo tengah mengumpulkan seluruh pelayan di mansion itu. Pelayan-pelayan itu menunduk ketakutan saat tahu kalau tangan kanan Pak Kim sedang memegang pistol kesayangannya, mereka tahu betul kalau bukan tanpa alasan mereka semua dikumpulkan, melainkan ada masalah besar yang telah atau sedang terjadi saat ini. Lalu, beberapa Bodyguard bertubuh kekar dengan pakaian hitam-hitam datang melapor kepada Pak Kim dengan berbisik. Entah kabar apa yang ia dengar, wajahnya menjadi masam seolah sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Ponsel Pak Kim berdering, tertulis "Bigboss D'Angelo" disana, dengan segera Pak Kim pun menjawab telfonnya.
"Halo," ujar Pak Kim menggunakan bahasa Korea.
"Bagaimana? Ada kabar apa?" balas suara seorang wanita disana yang juga menggunakan bahasa yang sama.
"Sekitar dua puluh persen perhiasan nyonya besar hilang!" ujar Pak Kim sedikit berhati-hati.
"Sudah cek cctv? Sudah tahu pelakunya?"
"Rekaman Cctv pada saat kejadian tidak ada, tidak ada jejak apapun yang ditinggalkan pelaku"
"Sudah tanyakan hal itu pada asisten kamar pribadi? Tanyakan juga staf Cctv, tanyakan dengan baik dan jangan terlalu kasar, aku akan segera mengirimkan bukti yang tidak orang lain tahu!"
"Baik, Bos!"
Telefon ditutup.
Pak Kim meminta agar asisten kamar pribadi maju ke hadapannya dengan sukarela, satu kali dua kali dia meminta namun tidak ada yang berani menunjukan dirinya. Sampai sebuah notif pesan muncul di layar ponsel Pak Kim. Tiga buah video yang memperlihatkan suasana kamar pribadi Tuan Besar, satu keadaan ruang kamera pengawas dan satu lagi Staff. Ketiga video tersebut saling bersangkutan dan terlihat jelas siapa pelaku pencurian itu. Sepasang wanita-pria menjadi tersangka kali ini, wajahnya ditemukan dengan mudah diantara para pelayan ini. Pak Kim pun kembali menawarkan agar pelaku maju dengan sukarela.
"Dico ancora una volta, quelli che sentono di aver fatto una cosa così brutta per favore affrontami, poi alleggerirò la punizione, altrimenti userò mezzi ancora più atroci"
(Saya katakan sekali lagi, mereka yang merasa telah melakukan hal yang begitu buruk tolong hadapi saya, kemudian saya akan meringankan hukuman, jika tidak saya akan menggunakan cara yang lebih keji lagi.), ujar Pak Kim.
Alhasil, tetap tidak ada yang maju, sampai-sampai Pak Kim membebaskan pelurunya ke udara sebagai peringatan terakhir. Namun, wajah-wajah itu tetap bersembunyi dibalik tubuh orang-orang didepannya. Hasilnya tetap nihil, Pak Kim menatap lekat mereka secara bergantian sebelum akhirnya mengisyaratkan agar mereka diseret paksa ke hadapannya. Bodyguard itu paham dengan sekali perintah, kedua pelaku itu berontak saat dibawa paksa oleh bodyguard. Pelaku perempuan bahkan sampai berani menggigit tangan Bodyguard agar bisa kabur, tetapi sepertinya dia lupa dimana dia berada. Dengan susah payah para Bodyguard itu membawa mereka kehadapan Pak Kim, akhirnya mereka pasrah dan menerima hukuman yang akan diberikan oleh Pak Kim.
Telfon kembali berdering, dan tertulis nama yang sama seperti sebelumnya.
"Halo!"
"Sudah ketemu?"
"Sudah, Bos. Mereka menolak menyerah secara sukarela, satu diantaranya bahkan melukai salah satu bodyguard!"
"Apa sesulit itu membuat mereka menyerah? Aku ingin melihat dengan jelas pencuri perempuan itu, bisakah kau memfotonya? Kirimkan kepadaku sekarang juga!"
Pak Kim pun mengambil foto perempuan itu, wajahnya sudah dipenuhi lebam karena tamparan akibat dia berontak saat dibawa. Air matanya pun ikut serta menghiasi wajahnya.
"Wah, sudah ku bilang jangan terlalu kasar. Kau menghancurkan wajah cantiknya. Ya, dia Cantik! Siapa namanya?"
"Kang Yiren"
"Bersihkan tubuhnya dan rawat dia dengan baik, pastikan wajah cantiknya kembali seperti semula!"
"Apa?!" ujar Pak Kim terkejut.
"Bisakah kau mengeraskan suaranya, Aku ingin berbicara dan didengar oleh orang-orang disana.."
"Sudah kulakukan!"
"Ciao, sai cosa? Come paga un ladro per le sue azioni? Il signor D'Angelo una volta mi ha detto 'se qualcuno osa rubarmi qualcosa allora devo tagliargli le due mani e chiedergli di correre a nascondersi da me, ma non sperare mai di sopravvivere, perché rimarrò un ombra terrificante per te '!"..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Jiayou🐼
grizyy di sini cukup buatku tersenyum aku suka karakternya!
2021-11-04
1
Alitha Fransisca
Beraaat....
2021-08-30
2