"Papa mana bi? Bee menghempaskan tubuhnya, menikmati sejenak kelembutan sofa import itu, sambil merenggangkan kakinya yang begitu terasa lelah.
"Udah berangkat ke kebun non" saut bi Jum dari arah dapur, membawa ember bekas pengepel-an lantai.
Mulut mungil Bee hanya bisa membulat tanda paham. Rumah itu semakin sepi. Papa nya belakangan ini jarang di rumah, sibuk dengan kebun sawit mereka yang memang beratus-ratus hektar. Dulu papa nya merantau dari Jakarta ke pekan baru, awalnya bekerja di kebun sawit milik orang, hingga sedikit demi sedikit dia bisa menabung, lalu kemudian dia diminta untuk mengurus kebun milik pengusaha itu, dengan catatan bagi hasil, hingga akhirnya Hutomo bisa membeli lahan sendiri, menanami hingga jadi sebesar sekarang. Memiliki lahar yang luas, hingga mampu memberikan pekerjaan bagi banyak orang, ya walau pun belum bisa di sebut PT.
Banyak yang berubah dari sikap papanya akhir-akhir ini, walau pun semenjak mama nya meninggal, Hutomo juga sudah berubah sikap padanya. Dulu, sebagai anak tunggal Bee selalu di manja, segala permintaannya di penuhi, hingga membuat sikap nya sesuka hati. Hingga suatu hari mama nya terkena kanker darah, yang akhirnya merenggut nyawa wanita paling dicintainya.
Semenjak itu, papa nya berubah, tak ada lagi senyum manis untuk Bee, pelukan manja serta kecupan di kening setiap mau tidur atau berangkat sekolah. Gadis itu seolah dibiarkan nya lepas, terserah bagaimana ingin menjalani hidupnya. Se bebas-bebasnya Bee, anak itu tetap tahu menjaga diri, tidak lantas jadi ABG labil yang sok-sokan ingin mencari jati diri dengan pergaulan bebas. Bee masih dalam batas aturan normal. Beruntungnya, kedekatan nya dengan almarhum mama nya, yang selalu menikmati waktu bersama di rumah, membuat Bee tidak betah harus nongkrong berlama-lama di luar rumah.
Kembali pada Hutomo, pria itu memang tidak menikah lagi, walau ada segelintir orang di lingkungan mereka yang kadang suka bercanda, mengatakan melihat papa nya jalan sama si A, si B, atau janda-janda lain yang sama sekali dia tidak kenal. Namun semuanya tidak menggangu Bee, menurutnya, jika papa nya ingin menikah lagi, dia tidak akan melarang, toh papa nya butuh teman. Bee sudah mengerti arti hasrat dan rasa suka. Bahkan di pelajaran biologi, di kelas Bu Malik, Bee juga belajar tentang hubungan biologis.
Sssssshhht..tak hanya itu, Bee bersama ke tiga teman gesrek nya bahkan sudah dua kali menonton film blue, di laptop Tya saat orang tua Tya sedang tak ada di rumah.
Jadi, Bee paham betul kalau seorang pria membutuhkan wanita untuk menuntaskan hasrat nya begitu pun sebaliknya.
Kembali lagi ke papa..sudah sebulan lebih dia berubah drastis, bahkan sebulan ini dia sama sekali tak bicara pada Bee. Saat meminta kunci mobil, justru bi Jum yang menyampaikan, dan Bee menurut saja." Buat apa katanya bi?" tanya Bee saat menyerahkan kunci mobilnya.
"Kurang tahu non, tapi kata bapak, suruh minta kunci, perlu katanya"
Saat pulang tadi mobil yang biasa nangkring di garasi sudah tidak ada. Itu hadiah ulang tahun nya tahun lalu dari kedua orang tuanya. Walau belum punya SIM, Sesekali Bee akan melarikan mobil Honda jazz itu ke sekolah, walau pastinya akan di tegur oleh guru BP, hingga setelah hari pertama membawa, Bee akan parkir di warung samping sekolahnya yang memang sudah akrab dengan mereka berempat.
Bee tertidur pulas di ruang keluarga, dengan tv yang menyala hingga bi Jim harus membangunkannya"Pindah non, ke kamar, nanti badannya sakit tidur di sini"
"Papa belum pulang bi?" hanya gelengan hingga membuat Bee menghela nafas berat, sebelum menyeret langkah kakinya menuju anak tangga yang akan membawa nya ke kamar. Papa nya jika tidak pulang akan menginap di rumah mereka yang ada di tengah ladang sawit. Kalau di hitung selama setahun ini, papa nya sudah lebih sering tidur di kebun dari pada di rumah menemaninya.
Bee tahu, kepergian mama nya yang tiba-tiba menorehkan luka yang dalam di hati Hutomo. Saat pulang ke rumah, pernah suatu malam, saat Bee hendak mengambil air hangat di dapur papa nya sedang minum anggur dalam kegelapan tanpa ada cahaya lampu yang memang sengaja di padamkan nya. Setelahnya hingga mabuk pun, Bee pernah melihat Hutomo dengan minuman keras nya.
***
"Wajah mu masam amat, kenapa lagi?" tegur Lala saat pelajaran bahasa Inggris selesai, menunggu pergantian guru matematika.
"Ga papa La, cuman mikirin papa aku. Sekarang dia semakin jauh sama aku. Ga perdulian, bahkan mungkin dia udah lupa punya anak" jawabnya malas, meletakkan kepalanya di meja dengan tanan sebagai alas.
"Hei..gitu kamu ya, udah ga solid lagi ke kita, main rahasia-rahasia an ya" Tya menghentak kursi, biar biar bisa duduk di sampingnya. Niat untuk sekedar memejamkan mata batal, hingga Bee menegakkan tubuhnya."Apa lagi sih Ty?"
"Ga usah ngeles dan pura-pura ga tahu, kamu nembak Elang kan?" sahutnya nyolot.
Tentu saja Lala ikut menatap tajam pada Bee. Untungnya, hanya tinggal sedikit murid di dalam kelas, sebagian keluar untuk sekedar ke WC atau bahkan curi start ke kantin.
Tak bisa mengelak, sudah terkunci, Bee akhirnya menjawab dengan cengengesan. "Hehehe..kok tahu?" tanya nya dengan tampang bloon nya.
"Noh.." Tya menunjuk Caca yang sudah melipat tangan di dadanya.
"Ca..?" Bee menyipitkan sebelah matanya.
"Elang kasih tahu aku. Dia sampai hampir mati ketawa terus saat cerita tampang ku yang culun, yang nekat nembak dia. Aduh...please dong Bee, Elang itu selebriti sekolah kita, maaf bukan ngerendahin kamu, mana mungkin sih dia ngelirik?" terang Caca.
Kemarin Elang memang datang ke rumahnya, hanya untuk mewartakan kepedean sekaligus kebodohan Bee yang nembak di balik gedung perpustakaan. Bahkan Elang sampai menuturkan semua hal jelek yang dia lihat pada penampilan Bee. Tentu sebagai sahabat, Caca tidak terima, walau mereka sepupu, Caca marah dan mengusir Elang untuk segera pulang. Dia kesal, Don Juan itu seenaknya menghina sahabatnya. Namun yang paling membuat kesal, Bee bahkan tidak cerita pada mereka kalau selama ini dia menyukai Elang.
"Mau ngomong apa lagi?" tuntut Tya kesal.
"Iya maaf, aku salah. Aku ga berani cerita, karena kita udah janji, ga bakal cari pacar sampai SMA, sementara aku suka nya udah sampai ke ubun-ubun. Maafin aku ya kesayangan ku.." ucapnya menyatukan telapak tangan di depan dada.
Ketiga sahabatnya saling melihat satu sama lain, seolah dari gerik mata menanyakan, ini anak mau diapa in karena udah bohong. Namun karena Lala dan Caca sama-sama mengangguk, Tya pun paham.
"Ok, kita maafin, ini terakhir kalinya kamu ga jujur sama kita.." ucap Tya masih seram.
"Ah..syiaaaap.."
"Eits, tidak semudah itu, Munaroh, kamu harus traktir kita makan Mekdi sepuasnya.." sambung Tya lagi yang disambut manggut-manggut Lala dan Caca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
lelah sekali
masih seneng2 nya masa sekolah
2022-03-14
1
Ai Cinun
masih nyimak dulu kak
2021-06-02
1
KimRanger
Semangat. salam hangat dari "Dandeliar"
2021-06-02
0