Bab 4

Pagi harinya, selesai membantu ibunya melayani pelanggan, Winda bersiap-siap untuk berangkat ke tempat interview. Winda menunggu Gito di depan warung.

"Lho, kamu belum berangkat, Win?" tanya Bu Kirno.

"Lagi nunggu mas Gito, Bu."

"Kamu minta di antar sama dia?"

"Enggak, Bu. Winda gak minta. Tapi mas Gito yang menawarkan diri untuk mengantar Winda."

"Memangnya di kasih izin oleh pak Bayu?"

"Entahlah,Bu. Itu urusan mereka."

Tak lama kemudian Gito pun datang menggunakan motor matic.

"Assalamualaikum....". sapa Gito sambil mencium punggung tangan Bu Kirno. Winda terkejut melihatnya.

"Waalaikumssalam." jawab Bu Kirno.

"Nak Gito. Mau antar Winda?" tanya Bu Kirno.

"Iya, Bu."

"Apa gak di marahi pak Bayu? Waktunya kerja kok malah keluyuran."

"Tadi sudah minta izin kok Bu. Dan beliau sudah mengizinkan."′

"Kamu sudah sarapan?"

"Sudah Bu."

"Ya sudah. Kalian hati-hati ya. Kamu jangan ngebut bawa motornya."

"Iya, Ibu. Kalau begitu, kami permisi dulu ya Bu."

"Bu, Winda jalan dulu ya. Doain Winda supaya Winda lolos interview."

Winda mencium punggung tangan Bu Kirno.

"Iya, Win."

"Assalamualaikum...."

"Waalaikumssalam.."

"Bu, jalan dulu. Assalamualaikum...." pamit Gito juga mencium punggung tangan Bu Kirno.

"Waalaikumssalam. Hati-hati."

Gito mengangguk dan menyerahkan helm kepada Winda. Mereka pun segera berlalu. Selama dalam perjalanan, mereka banyak bercerita sehingga satu jam perjalanan tak terasa. Mereka pun sudah memasuki area parkir PT.KARYA PERSADA. Setelah Gito memarkirkan motornya, Winda segera turun.

"Mas, doain aku ya..." kata Winda sambil menyerahkan helm kepada Gito.

"Tunggu dulu."

"Ada apa?"

Tiba-tiba Gito merapikan rambut Winda yang berantakan tertiup angin selama perjalanan tadi.

"Sekarang sudah cantik. Kamu yang semangat ya. Semoga lolos interview."

Wajah Winda bersemu merah mendengar perkataan Gito. Dia tersenyum.

"Iya. Terimakasih ya mas...."

Gito mengangguk dan Winda pun segera berlalu. Gito pun bergegas menuju warung yang tak jauh dari tempat parkir. Dia membeli sebotol air mineral. Orang-orang yang hilir mudik memandang Gito dengan tatapan aneh. Mungkin karena wajah Gito yang bisa di bilang jauh dari tampan. Gito menyadari hal itu. Tetapi dia tak peduli. Tiba-tiba ponsel yang ada di saku celananya berdering. Gito segera menerima panggilan itu. Dari kakaknya.

"Assalamualaikum...". sapa Gito.

"Waalaikumssalam. Apa kabarmu di sana, dek?" tanya sang penelfon. Suara seorang perempuan.

"Baik, kak."

"Kok kamu gak pulang? Belum ketemu dengan bidadari yang kamu mau?"

"Sudah, kak."

"Kalau sudah, bawa pulang dong. Kenalin sama mama papa juga kakak."

"Belum saatnya lah. Ini juga lagi pendekatan sama dia. Lagian aku juga gak tau gimana perasaan dia ke aku."

"Ya udah. Kamu baik-baik kalau lagi pendekatan. Oh iya, kirimin foto dia ya. Kakak pengen kenal."

"Iya nanti malam aku kirimkan."

"Sekarang kamu lagi di mana? Lagi di proyek?"

"Enggak, kak. Aku lagi nganterin Winda untuk interview kerja."

"Winda?"

"Iya namanya Winda."

"Oooh...Ya sudah ya. Kakak mau lanjutin pekerjaan kakak. Nitip salam buat Winda ya."

"Iya, kak. Nanti aku sampaikan."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumssalam."

Gito menutup telfonnya. Selang satu jam kemudian, Winda keluar dari gedung perkantoran itu. Dia menatap seantero tempat parkir, mencari Gito. Tetapi tak ketemu. Dia pun menghubungi Gito.

"Assalamualaikum, mas. Mas Gito ada di mana?" tanya Winda setelah panggilannya di angkat oleh Gito.

"Waalaikumssalam. Iya, dek. Aku di warung seberang parkiran."

"Ya udah aku ke situ. Assalamualaikum."

"Waalaikumssalam."

Winda menutup telfonnya dan menyimpan ponselnya. Dia menuju ke tempat yang di sebutkan Gito. Begitu melihat Gito, Winda tersenyum dan menghampiri nya.

"Mas..." sapa Winda. Gito yang tengah bermain dengan ponselnya pun segera tersenyum melihat Winda.

"Sini duduk. Udah selesai interview nya?"

"Iya udah." kata Winda sambil duduk di samping Gito. Gito memberikan sebotol air mineral pada Winda. Winda pun meminumnya hingga habis separo.

"Terus gimana hasilnya?"

"Aku lolos interview dan di terima kerja di tempat itu, mas."

"Oh ya? Alhamdulillah kalau begitu. Selamat ya?"

"Iya, terimakasih, mas."

"Kapan mulai masuk kerja?"

"Hari Senin."

Gito mengangguk. Sesaat dia terdiam. Dia sedang berfikir untuk memperkenalkan Winda pada keluarganya sebagai seorang calon istri tetapi dia ragu, mengingat hubungan mereka masih sebatas teman.

"Ada apa, mas?". tanya Winda. Gito tersenyum.

"Gak ada apa-apa. Oh iya tadi kakak aku telfon, dia nitip salam buat kamu. Dia pengen kenal sama kamu."

"Oh, waalaikumssalam. Kakaknya tinggal di mana?"

"Di...di kampung. Dia mau Videocall tapi ponselnya gak bisa untuk panggilan videocall."

"Salam balik buat kakak mas Gito ya "

"Iya nanti di sampaikan. Oh iya langsung pulang apa kita jalan-jalan dulu?"

"Langsung pulang aja deh. Mas Gito kan juga harus ke proyek lagi kan. Gak enak sama pak Bayu."

"Ya udah yuk..."

Gito menyerahkan helm kepada Winda. Setelah membayar uang parkir, Gito melakukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan pulang itu, Winda bercerita tentang interview kerja nya tadi sedangkan Gito hanya menjadi pendengar setia. Sekali-sekali Gito memberikan komentar.

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

👍🏻

2021-12-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!