Bab 3

Suang itu, Winda sedang menjaga warung sambil membolak balik majalah. Tiba-tiba ponsel nya berdering. Dari nomer yang tak di kenal. Winda pun mengacuhkannya. Terapi nomor itu terus menghubunginya. Winda pun segera mengangkat telepon.

"Halo selamat siang...". sapa Winda.

"Selamat siang. Dengan Winda Wulandari?" jawab sang penelfon.

"Iya saya sendiri. Maaf ini siapa ya?"

"Saya Nisa dari PT. KARYA PERSADA, menyampaikan terkait dengan surat lamaran yang pernah mbak Winda kirimkan,besok mbak Winda di harapkan datang ke PT kami untuk melakukan sesi interview jam 10:00."

Hati Winda sangat bahagia. Akhirnya, setelah. sekian banyak berkas lamaran yang dia kirim ke berbagai perusahaan, sekarang ada yang meresponsnya.

"Iya, mbak. Terimakasih untuk informasinya."

"Sama-sama. Selamat siang, mbak...."

"Selamat siang..."

Winda menutup telfonnya dan segera berlari masuk ke dalam rumah. Dia ingin segera menyampaikan berita gembira ini kepada ibu bapaknya.

"Ibu... bapak...." seru Winda memanggil kedua orang tuanya. Ibu dan bapak Kirno yang sedang berbincang di ruang tamu, terkejut mendengar teriakan Winda.

"Ada apa sih, nduk kok teriak-teriak begitu." kata Bu Kirno melihat Winda memasuki ruang tamu. Winda duduk di samping ibunya.

"Ibu, bapak, Winda dapat panggilan interview kerja."

"Oh iya? Kapan itu, nak?"

"Besok, Bu. Jam 10 pagi."

"Oh...Yo sudah semoga lancar interview nya. Sama siapa kamu perginya?"

"Sendirian lah Bu. Naik angkutan. Memangnya mau sama siapa."

"Ya barangkali ada teman kamu yang ikut di panggil interview."

"Kurang tau juga kalau itu, Bu."

"Kamu harus banyak berdoa, Win. Semoga apa yang kamu cita-cita kan bisa terkabul." nasehat pak Kirno.

"Aamiin. Iya, pak. Tapi Winda minta maaf besok Winda gak bisa bantu-bantu di warung."

"Gak apa-apa. Ada bapak yang bantuin." jawab Bu Kirno. Winda tersenyum lalu dia kembali ke warung karena ada pembeli.

####

Malam hari pun tiba. Warung makan milik pak Kirno berubah menjadi warung kopi di malam hari. Pengunjungnya pun tak kalah ramai. Selain para pekerja proyek, warga sekitar pun juga banyak yang berdatangan hanya sekedar untuk melepas penat. Tak terkecuali dengan Gito. Malam itu dia datang sendirian dan duduk di bangku luar warung karena di dalam sudah penuh. Winda pun menghampirinya.

"Dek, kopi susu satu ya...." kata Gito.

"Iya, mas."

Winda segera kembali ke dalam warung untuk membuatkan pesanan Gito. Tak lama kemudian Winda kembali dengan membawa pesanan Gito.

"Ini mas kopinya."

Winda meletakkan secangkir kopi dan sepiring pisang goreng hangat di meja.

"Lho, aku kan gak pesan pisang goreng, dek." kata Gito.

"Itu dari ibu. Kata ibu minum kopi tanpa gorengan ada yang kurang."

"Aih, pengertian banget nih ibu calon mertua."

Winda mengerenyitkan dahinya.

"Apaan, mas?" tanya Winda.

"Ah, enggak. Aku minum ya kopinya."

Gito meminum kopi dan memakan pisang goreng buatan Bu Kirno dengan lahap. Winda memperhatikan Gito. Menurut Winda, Gito tidak pantas untuk menjadi seorang buruh bangunan. Kulitnya putih bersih, seperti orang gedongan. Postur badannya tinggi tegap. Winda membayangkan Gito sebagai seorang bos besar.

"Ngeliatinya biasa aja kali." celetuk Gito sambil terus menikmati kopinya. Winda terkejut mendengarnya. Wajahnya memerah.

"Ada apa sih, sepertinya ada yg mau kamu katakan. Katakan aja. Aku terima kok." kata Gito.

"Ih, apaan sih mas Gito."

Gito tertawa mendengar perkataan Winda.

"Ada apa?"

"Ennng..., doain Winda ya mas. Besok Winda..."

"Apa? Besok kamu mau nikah? Dengan siapa? Aku gak....Adaaaaaw....."

Omongan Gito berganti dengan sebuah teriakan kesakitan di saat Winda mendaratkan cubitannya di lengan Gito. Beberapa orang yang sedang menikmati kopi, menoleh ke arah mereka. Pak Kirno pun sampai keluar dari warung.

"Ada apa, Win?" tanya pak Kirno.

"Gak ada apa-apa, pak." jawab Winda.

"Oooo .... kirain ada apaan."

Pak Kirno kembali masuk ke dalam warung.

"Tuh kan jadi di lihatin orang-orang. Pakai teriak-teriak segala.." kata Winda.

"Gimana gak teriak orang di cubit. Sakit tau."

"Kesel. Belum selesai ngomong udah di potong aja."

"Ya udah, adek cantik mau ngomong apa. Mas mu ini siap mendengarkan."

"Gak mau."

"Ya udah."

Gito kembali menikmati minumannya. Sekali-sekali melirik ke arah Winda. Winda sendiri masih diam. Gito pun menghentikan kegiatannya.

"Kamu kenapa? Mau ngomong apa?"

"Eeengg...doain aku ya supaya besok lolos interview kerja."

"Interview kerja? Di mana?"

"Di PT. KARYA PERSADA"

"Ooo... Aku doain semoga semuanya lancar dan kamu keterima kerja di tempat itu. Tapiiiii..."

Winda melihat perubahan raut wajah Gito yang menjadi murung.

"Tapi kenapa, mas?"

"Tapi jika kamu udah kerja kita jarang ketemu lagi dong"

Winda tertawa kecil mendengar perkataan Gito.

"Mas Gito lebay banget sih. Kan kalau malem bisa ketemu. Memangnya mas Gito udah gak mau ngopi lagi di warung aku?"

Ganti Gito yang tertawa.

"Oh iya ya. Sampai lupa aku. Besok kamu berangkatnya sama siapa?"

"Sendirian aja. Naik angkutan."

"Kalau gitu besok aku anterin."

"Gak usah."

"Kenapa? Kamu malu jalan sama aku?"

"Bukan gitu. Tapi besok kan mas Gito harus kerja. Nanti di marahi sama pak Bayu karena mas gak ada di proyek."

"Ah, biarin ajalah. Itu orang memang sukanya marah-marah makanya cepet tua "

Winda menepuk bahu Gito sambil menahan tawa. Memang, pak Bayu sering marah-marah ke Gito. Ada aja tingkah laku Gito yang membuat jengkel pak Bayu.

Winda dan Gito pun kembali melanjutkan obrolan mereka, hingga tak terasa waktunya warung kopi tutup. Gito pun berpamitan menyusul teman-temannya yang telah kembali ke proyek untuk beristirahat.

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

👍🏻👍🏻

2021-12-22

0

☘💚Efa Vania💚☘

☘💚Efa Vania💚☘

Mas Gito .... Oh Mas Gito....😂

2021-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!