Pagi itu, Winda selesai membantu ibunya menyiapkan makanan di warung. Dia duduk di warung menunggu pelanggan. Tak lama kemudian, satu persatu para pekerja proyek itu berdatangan untuk sarapan. Termasuk pak Bayu, sang mandor. Tetapi Winda tidak melihat pemuda yang kemarin di panggil Gito oleh pak Bayu. Mata Winda sekali-kali melirik ke arah jalan menuju proyek. Hal itu di sadari oleh pak Bayu
"Cari siapa kamu, Win?" tanya pak Bayu.
Winda terkejut dan tersenyum malu-malu.
"Ah, enggak kok pak."
"Pasti kamu lagi cari si Gito ya."
Winda makin tersipu mendengar perkataan pak Bayu. Dia memang sedang mencari sosok Gito.
"Tenang saja Win. Sebentar lagi dia akan datang. Itu orang memang suka ngaret."
Winda hanya tersenyum mendengar perkataan pak Bayu. Dan memang benar. Tak lama kemudian sosok Gito pun muncul.
"Nah, panjang umur. Itu yang di tunggu akhirnya datang juga. Hei Gito, udah ada yang kangen nih sama kamu. Dari tadi cariin kamu terus." seru pak Bayu.
"Siapa, pak?" tanya Gito seraya menghampiri pak Bayu dan duduk di sampingnya.
"Itu si Winda."
"Winda? Winda siapa, pak?"
"Lha kamu itu gimana tho. Tiap hari ketemu kok belum kenalan. Itu..."
Pak Bayu menganggukan kepalanya ke arah Winda. Gito mengikuti arah yang ditunjukkan oleh pak Bayu. Pandangannya tertuju pada Winda.
"Oh, jadi mbak ini namanya Winda tho. Kenalkan, nama saya Gito."
Gito mengulurkan tangannya ke pada Winda dan Winda pun menyambutnya.
"Saya Winda."
Winda memperkenalkan diri. Gito menjabat tangan Winda dengan erat. Winda berusaha melepaskan nya tetapi tak bisa.
"Ehemm...."
Pak Bayu berdehem tetapi sambil memandang ke arah lain. Winda dan Gito sama-sama terkejut. Gito pun melepaskan tangan Winda.
"Gak sopan. Di depan orang tua pegang-pegang an tangan." gerutu pak Bayu. Gito tergelak mendengar perkataan pak Bayu. Sedangkan Winda hanya tersenyum malu.
"Ajak lah istrinya kerja ke sini biar bisa ikut berpegangan tangan." kata Gito.
"Gundul mu itu. Cepetan makan habis itu langsung . Jangan ngobrol mulu."
Setelah berkata begitu, pak Bayu. segera menghabiskan sarapannya. Setelah selesai, dia meninggalkan warung di ikuti para pekerja yang lain.
"Iya pak, kalau gak lupa." kata Gito. Pak Bayu mengacungkan kepalan tangannya ke arah Gito.
"Mas Gito mau sarapan apa?" tanya Winda setelah pak Bayu berlalu.
"Nasi rames aja, mbak."
"Jangan panggil mbak, ah. Panggilnya Winda aja."
"Kenapa memangnya kalau di panggil mbak?"
"Gak kenapa-kenapa sih. Tapi berasa udah tua aja kalau di panggil mbak."
"Memang umur kamu berapa tahun sih?"
"Baru sembilan belas tahun. Baru lulus SMA."
"Masih muda ternyata. Kalau begitu aku panggilnya dek Winda saja ya. Biar lebih romantis gitu."
Gito berkata seperti itu sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Winda.
"Terserah mas Gito saja. Ini sarapannya."
Winda meletakkan makanan yang di pesan oleh Gito. Gito pun menikmatinya dengan lahap.
"Ini yang masak siapa, dek?" tanya Gito sambil terus melahap makanan yang tersedia.
"Aku. Gak enak ya?"
"Wah, enak banget. Pasti yang jadi suami kamu nanti bahagia."
"Kenapa?"
"Ya selain dapat istri cantik, pandai masak pula. Surga dunia banget."
Wajah Winda bersemu merah.
"Mas Gito bisa saja."
Lagi-lagi Winda tersipu. Baru kali ini ada yang memuji masakannya enak.
Gito pun telah menyelesaikan makannya.
"Udah dek. Berapa semuanya?"
"Duapuluh ribu."
Gito menyerahkan selembar uang dua puluh ribu an. Lalu bergegas keluar warung. Tetapi baru beberapa langkah berjalan, Gito ke warung. Winda yang sedang membereskan bekas makan Gito, terkejut.
"Ada apa, mas? Ada yang ketinggalan?" tanya Winda melihat Gito kembali.
"Eng...itu dek..."
"Itu apa?"
"Boleh gak aku aku minta nomer ponsel kamu?"
"Untuk apa?"
"Untuk...untuk telfon kamu lah..."
"Boleh."
Winda menyebutkan nomor ponsel nya dan Gito pun menyimpan di ponselnya.
"Terimakasih ya dek." kata Gito.
"Iya, mas. Sama-sama."
"Aku ke proyek dulu ya. Assalamualaikum...."
"Waalaikumssalam."
Gito pun segera berlalu. Winda pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
####
Malam hari, Winda tengah beristirahat setelah seharian membantu kedua orangtuanya di warung. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari nomer tak di kenal. Winda mengacuhkannya. Tetapi nomer itu terus-menerus menghubungi nya. Winda pun mengangkatnya.
"Assalamualaikum...." Winda mengucapkan salam.
"Waalaikumssalam, adek cantik..." suara laki-laki di sebrang menjawab salam Winda. Winda mengerenyitkan dahinya, mencoba mengenali suara itu.
"Mas...mas Gito?" tanya Winda.
"Alhamdulillah...ternyata ingat sama suara aku. Lagi ngapain kamu?"
"Lagi istirahat aja."
"Wah, ganggu dong aku."
"Enggak, kok. Ada apa, mas?"
"Gak ada apa-apa. Cuma pengen dengar suara kamu."
"Oh, kirain ada apaan. Kok mas belum tidur?"
"Gak bisa tidur."
"Kenapa?"
"Kangen kamu."
Winda terkejut.
"Gombal."
"Iya beneran."
"Tau ah."
Gito tertawa mendengar jawaban Winda. Seandainya mereka melakukan panggilan Videocall, Gito akan melihat betapa merahnya wajah Winda mendengar gombalan nya. Mereka pun terlibat dalam obrolan yang santai. Hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Gito pun mengakhiri panggilannya. Winda pun segera tertidur karena sejatinya dia sudah sangat mengantuk saat berbicara dengan Gito tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like
2021-12-22
0
☘💚Efa Vania💚☘
keren.. manteppp👍👍⚘⚘
2021-11-10
0