-
-
***
-
Paris tahun 2014
-
Awan mendung dengan rintikan hujan membasahi bumi bagian belahan timur kota Paris. Hujan itu seolah mengerti kesedihan hati seorang pria muda bernama Dean sebastian
Setelah 7 tahun sang ibu menderita dengan penyakitnya, inilah hari dimana perempuan yang telah melahirkan seorang Dean itu pergi untuk selama-lamanya
Tetesan demi tetesan cairan bening itu mengalir dari kedua pelupuk mata Dean. Dean menutup mulutnya, ia ingin berteriak. Ia tak kuasa melihat tubuh yang kini terbujur kaku tak bernyawa didepannya. Tubuh itu selalu memeluknya dalam kehangatan dan kini Dean telah kehilangannya. Hidupnya kini akan terasa dingin dan semakin kesepian
Tubuh Dean gemetar, ia menunduk mendekatkan bibir ketelinga sang ibu yang sudah tertutup kain putih. Dengan suara bergetar ia lantunkan adzan untuk terakhir kalinya ditelinga sang ibu
" Tenanglah disana ma, sekarang mama sudah tidak menderita lagi. " bisik Dean sebelum ia kembali naik ke atas dibantu oleh seorang pria yang masih saja tampan meskipun kini usianya hampir memasuki kepala empat. Tangan pria itu menggandeng bahu Dean, dan memberi tepukan-tepukan disana seakan berusaha untuk memberinya kekuatan dan semangat
Tangisan Dean pecah saat petugas penggali tanah itu mulai menutupi jasad ibunya dengan cangkulan tanah. Dean tersungkur ketanah, menggenggam kuat tumpukan tanah itu demi menahan rasa sakitnya. Ia meraung menangis, selama ini ia tidak bisa melakukan apapun untuk ibunya, penyakit sang ibu memang sudah sembuh beberapa tahun lalu namun sebuah kabar buruk kembali menimpa Dean saat penyakit sang ibu kembali divonis kambuh
Dean sedikit merasakan kebahagian bersama ibunya kala itu, ibunya sehat dan senyum itu ada untuk Dean setiap harinya. Tetapi setelah satu tahun kesembuhannya, penyakit sang ibu kambuh dan semakin parah hingga pagi tadi wanita berusia 47 tahun itu menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya
" Tuan, aku-" Dean merasa tenggorokannya tercekat, ia tak bisa melanjutkan ucapannya. Pria yang masih berdiri disamping Dean mengangkat tubuh yang terus bergemetar hebat itu, ia rangkul kemudian ia peluk sambil mengusap punggung Dean. Mata pria itu juga terlihat berkaca merasakan kesedihan yang dirasakan Dean. Dean yang malang yang kini sebatang kara
" Iklaskan semuanya Dean, bukankah sekarang ibumu sudah tidak merasakan sakit lagi. " ucapnya serak
Dean mengangguk cepat dengan airmata menderai membasahi pipi
" Ibu akan berbahagia disana kan? ibuku wanita yang baik aku yakin Tuhan akan mengirimnya ke surga. "
" Ibumu wanita yang baik. Dia telah melahirkan anak yang baik sepertimu. "
" Terima kasih Tuan Ken, aku berjanji akan melakukan apapun untuk membalasmu. "
" Hey, kenapa bicara seperti itu. Belajarlah dengan baik untuk membalasku. " sautnya
Ya itu adalah Ken, suami Jeny Adilla. Pria berhati baik yang tanpa pamrih menolongnya. Pria itu memang membuang Dean dan ibunya ke Paris. Namun bukan benar-benar membuangnya melainkan menyekolahkan Dean sampai sekarang. Ken juga mengobati semua biaya pengobatan ibu Dean sampai detik terakhirnya
Dan itu membuat semua orang tidak mengerti, kenapa Ken memperlakukan Dean begitu berbeda. Pria itu seperti menyayangi Dean. Bahkan selama ini Ken selalu memantau dan mengunjungi Dean ke Paris
" Daddy. " seorang gadis kecil berusia lima tahun menarik-narik celananya
" Daddy gendong Chesy. " Ken melepaskan pelukannya pada Dean
" Chesy kembalilah pada Momy. Daddy masih sibuk. "
" No!"
" Astaga anak ini. " gumam Ken geram lalu segera memangku Chesy si putri bungsu yang paling manja padanya
" Tunggu sebentar. " ucap Ken pada Dean lalu ia berjalan menuju seorang wanita yang selalu tampil cantik dan menawan dimatanya. Wanita itu sedang berdiri tak jauh dari tempat ibu Dean dikebumikan bersama anak-anak mereka yang lainnya
" Tunggu disini bersama Mom. " ucap Ken pada Chesy sambil menurunkan balita itu
" Chesy mau ikut Daddy."
" Chesy ini bukan untuk anak kecil sepertimu. " Ken kini menaikan jari telunjuknya membuat gadis kecil itu sedikit takut dan langsung berlindung pada kaki sang ibu. Jeny terkekeh lucu, mensejajarkan tubuhnya pada Chesy yang kini cemberut
" Chesy Daddy sedang membantu kakak itu agar berhenti menangis. Jangan mengganggu Daddy untuk sementara oke!"
" Tapi Chesy mau sama Daddy. "
" Chesy come on kamu sudah besar kenapa bertingkah seperti bayi. " Kini putra satu-satunya Ken ikut menyahut dengan wajah cool nya. Wajah itu tidak jauh berbeda dengan Ken
" Shut up Bryan. " bentak Chesy lucu
" Heh dasar bayi. " ledek Bryan
Ken tak mau pusing, ia melengos begitu saja dan kembali pada Dean meninggalkan Jeny yang kerepotan karena harus melerai pertengkaran Bryan dan Chesy, lagi-lagi kembaran Chesy yaitu Chesa ikut bicara membela sang adik sehingga kedua bocah yang hanya terpaut satu tahun dengan Bryan itu berhasil membuat Bryan kalah. Mereka menjulurkan lidah pada kakak laki-laki mereka saat memenangkan perdebatan itu
" Mom kenapa Dad sangat menyayangi Dean?" kini si sulung Bulan mengeluarkan suaranya dengan tangan yang terlipat dan tatapan tak lepas dari Dean dan Ken
" Bulan, panggil dia kakak. Dia lebih tua darimu." Jeny menegur
" Tapi dia bukan kakaku. "
" Mom dan Daddy tidak pernah mengajarimu seperti itu. " Kini tatapan Jeny terlihat menajam membuat Bulan sedikit menciut
" Baiklah. Siapa sebenarnya KAK Dean itu Mom?" tanya Bulan dengan menekankan kata kaka
Jeny terdiam sejenak, sebenarnya ia pun tidak tahu siapa sebenarnya Dean dan ada hubungan apa Dean dengan Ken? yang ia tahu hanyalah Dean yang dulu hampir mencelakai Bulan
" Mungkin teman Dad. " jawab Jeny asal pada anak gadisnya yang baru berusia 12 tahun
" Teman? dia terlalu muda untuk menjadi teman Dad. " gumam Bulan lalu kembali memperhatikan sang ayah dan pria yang bernama Dean itu
" Mungkin Kak Dean anak Daddy dari perempuan lain. " celetuk Bryan hingga Jeny kesal dan menjitak kepala anak kesayangan Ken itu dengan kencang
" Sembarangan! kamu benar-benar mau Momy hukum ya. " bentak Jeny
" Hehe I'm kiding Mom. "sautnya menyengir kuda
" Bagaimana bisa anak kecil sepertimu tahu hal seperti itu!" gerutu Jeny namun masih bisa didengar semua orang
" Itu karena Momy. "
" Kenapa kamu menyalahkan Momy!" Jeny berkacak pinggang
" Ya karena sinetron kesayangan Momy, Momy tidak pernah membiarkan kami menonton yang lain jika sinetron kesayangan Momy belum selesai. " jawab Bryan mengutarakan kekesalannya pada sang ibu selama ini
" Lalu kenapa kamu selalu ikut menontonnya. "
" Terpaksa Mom karena Daddy pun ikut menonton. " Jeny jengah, kenapa semua anak-anaknya sangat menurut dan mengidolakan sang ayah. Padahal dirinya yang selama ini paling dekat dirumah dengan mereka karena Ken selalu bekerja. Hanya hari libur dan malam hari saja mereka bertemu dengan Ken
Tidak mau menanggapi Bryan, Jeny kembali pada Ken. Pria itu tak henti mengusap punggung Dean dan memberi semangat pada pria muda itu
Dean masih saja menangis, tanah merah menjadi saksi bisu kesedihan mendalam pria itu. Rintikan hujan semakin banyak hingga kian lama kian membasahi baju mereka. Semua pelayad telah pergi satu persatu dari sana perlahan meninggalkan keduanya
" Tuan, apa kau tahu selama hidupnya ibuku tidak pernah bahagia?"
" Kenapa kau berbicara seperti itu?"
" Ibuku selalu menderita, dulu dia selalu menangis. " Dean tak melanjutkan ucapannya kedua tangannya terkepal begitu saja, ia merasa tiba-tiba marah
" Apa dia selalu tersenyum padamu?"
Dean mengangguk
" Apa ibumu juga selalu memelukmu?. "
Dean tersenyum kaku
" Ibu selalu memelukku saat aku mengatakan bahwa aku menjadi juara dikelas. Ibuku bahkan selalu menangis saat aku memberikan semua hasil belajarku setiap tahunnya. Dia bilang dia bangga padakku. " tutur Dean terisak
" Itu artinya dia bahagia. " saut Ken tersenyum hangat
" Jangan terpuruk, kau harus bangkit demi ibumu. Aku yakin dia akan selalu tersenyum disana bila melihat anaknya selalu kuat dan berbahagia. "
Dean merasa mendapat sedikit kekuatan, ia menatap Ken sejenak kemudian menghambur memeluk tubuh pria yang sangat ia kagumi itu
" Terima kasih Tuan. " ucapnya pada Ken
-
-
***
-
-
Ken membawa Dean kerumah mereka yang berada di Paris karena selama ini Dean tinggal di sebuah Apartement yang dibelikan Ken untuknya. Pria itu tak tega jika harus meninggalkan Dean yang masih berkabung sendiri dirumahnya
Malam itu mereka sedang berkumpul menikmati cemilan buatan Jeny sambil menonton televisi. Ken melirik Dean yang duduk disebelahnya, pandangan Dean lurus ke arah televisi namun Ken tahu pandangan itu kosong tak benar-benar menonton. Ia segera rangkul bahu Dean dan kembali mengusap-ngusapnya
" Kenapa bahu seorang pria lembek seperti ini. " Ken berusaha menghibur Dean
" Aku jarang berolahraga Tuan. "
" Luangkan waktumu untuk berolahraga sebentar, jangan belajar terus. " Ken celingukan ia melihat Jeny sejenak, wanita itu masih fokus pada sinetron kesayangannya. Dan Ken merasa heran padahal ini diluar negri dan kenapa sinetron itu masih ada!
" Tubuh pria harus seperti ini agar semua wanita mengejarmu. " bisik Ken seraya menepuk dadanya sendiri. Ken tersenyum saat melihat Dean tersenyum mendengar ucapannya. Meskipun senyuman itu sangat tipis. Ken tepuk kepala Dean pelan seperti seorang ayah yang bangga pada anaknya
" Momy .. Momy .. " Chesy berlari dari arah tangga sambil memanggil ibunya
" Chesy jangan lari!" Ken menegurnya
" Momy Bryan dan Chesa bertengkar lagi. " adu Chesy dari jauh
" Kenapa bisa bertengkar?" tanya Jeny datar karena ini sudah bukan hal yang aneh baginya dan Ken
" Bryan tidak mau tidur bersama kami, dia bilang mau sendiri. "
" Biarkan saja, biar dia tidur diluar. "
Bulan yang sedang berbaring dengan paha sang ibu menjadi bantalannya tiba-tiba tertawa mendengar ucapannya
" Momy kejam sekali. " ucap Bulan di sela tawanya
" Momy. " satu lagi datang yaitu Chesa dan pasti akan mengadu lagi pada Jeny
" Momy, Bryan menarik rambutku. "
" Bohong aku tidak melakukannya. " Bryan yang menyusul Chesa membela diri
" Tidak Mom, tadi Bryan memang menarik rambut Chesa. " Chesy membela kembarannya
" Bryan, kamu pria atau wanita?." tanya Jeny karena dikeluarga mereka Bryan lah yang paling nakal dan jahil sehingga yang paling sering membuat Jeny kesal
" Aku pria yang tampan. " sautnya membuat Ken dan Bulan tertawa
Dean hanya tersenyum melihat keluarga kecil yang terasa hangat itu hingga ia pun merasakan kehangatannya. Untuk sesaat Dean lupa akan kesedihannya
" Kenapa pria beraninya sama wanita?"
" Sesama pria pun Bryan berani. Dika dan Gading saja kalah dengan tinju Bryan. " Jeny benar-benar geram ingin mencubit Bryan namun jika ada Ken, Jeny mana berani karena Ken akan marah padanya bila menyentuh putra kesayangannya itu. Yang bisa dilakukan Jeny hanyalah menarik nafasnya dalam
" Bryan, kemarilah. " panggil Ken. Bryan langsung menurut dan duduk disamping ayahnya
" Kamu tidak mau tidur bersama Chesa dan Chesy?"
" Iya Dad, mereka sangat berisik Bryan tidak suka. "
" Kalau begitu bagaimana jika tidur bersama kak Dean?" tanya Ken
" Apa kak Dean suka mendengkur saat tidur. " tanya Bryan menatap Dean
Dean hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya
" Oke Dad. Bryan mau. "
" Good boy. " ucap Ken mengusap puncak kepala Bryan lalu memberikan ciumannya
Menjelang malam mereka semua masuk kekamarnya masing-masing. Begitupun Dean dan Bryan, kedua pria berbeda generasi itu kini tengah berbaring diatas ranjang seraya menatap langit-langit kamar yang ditempati mereka
Sentuhan tangan kecil dikening Dean menyadarkannya. Kepala Dean berbalik menoleh pada Bryan yang sedang menyengir padanya, bibir Dean tersenyum
" Kenapa kamu belum tidur?" tanya Dean
" Kenapa kakak belum tidur. "
" Kakak tidak bisa tidur. "
Bryan segera bangun, ia ambil sesuatu didalam kantong piyamanya lalu memakaikan pada Dean yang hanya terdiam
" Penutup mata ini akan membuat kakak tertidur. "
" Terima kasih Boy. " saut Dean kembali tersenyum
" Tuhan tak bisakah aku selamanya saja berada ditengah keluarga hangat ini? mereka begitu hangat, tidak ada kesepian dan kedinginan disini. Semuanya terasa hangat. " batin Dean lalu benar-benar memejamkan matanya, benar kata Bryan penutup mata itu membuatnya mengantuk
30 menit kemudian ...
" Bryan. " teriak Bulan dengan tak sopan masuk begitu saja ke kamar mereka dan membuat Bryan yang akan terlelap membuka matanya kembali
" Kenapa kakak malam-malam seperti ini berteriak seperti dihutan saja! " jawab Bryan
" Mana penutup mataku, kamu mencurinya. " teriaknya lagi. Bulan benar-benar garang apalagi ketika melihat penutup mata itu ternyata ada pada Dean. Buru-buru Bulan mendekat dan secepat kilat ia lepaskan kasar dari Dean membuat Dean yang sudah terlelap terbangun kembali, pria itu tersentak melihat wajah Bulan yang garang di depan matanya
" Beraninya menyentuh barangku. " teriak Bulan
Plak
Pukulan keras mendarat dikepala Dean hingga ia meringis karenannya. Tanpa mengatakan sepatah kata lagi Bulan langsung pergi dari sana meninggalkan Dean yang melongo karena tak tahu apapun dan tiba-tiba saja mendapat pukulan Bulan, ia menoleh pada Bryan yang hanya memberi cengiran padanya
-
-
***
-
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
HR_junior
eee Bryan pantesan aja klakunmu kek gitu 11:12 kek Daddy km
2024-11-23
0
Fida gemoy 😉
Thor kenapa Ken bisa sayang banget sama Dean padahal dia pernah mencelakai orang terkasih nya???
apa jangan jangan Dean anaknya Ken dari hasil perselingkuhan atau hasil cocok tanam satu malam sama wanita saat Ken masih playboy????
mohon di jawab rasa penasaran ini Thor 🙏🏽
2022-05-16
1
RahaYulia
emang tv drumah org tajir spt klian ini cma satu tp rasanya g mungkin ya. so knp hrs pasrah gt bilang aja klian jg suka sinetron yang mommy mu tonton😅
2022-04-20
0