Bab 3
“Gibah, gibah ….” Anggi menghentikan obrolan santai mereka. “…5 menit lagi sidang akan dimulai.”
Johan menghentikan lamunannya begitu melihat rombongan hakim telah memasuki ruang sidang didampingi rekan-rekannya, dan langsung menempati posisi masing-masing.
Hendro segera membuka kembali persidangan setelah rehat selama beberapa menit.
“Untuk selanjutnya kepada pihak penggugat untuk menyampaikan tanggapan (replik) atas keberatan dari pihak tergugat.” ujar Hendro setelah suasana ruang sidang tenang kembali.
Bernhart segera berdiri menyerahkan berkas pada Faiq yang masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri.
“Kami akan menyampaikan replik pada pihak tergugat. Yang pertama adalah secara gamblang pihak penggugat menyampaikan keluhan bahwa pihak tergugat sudah tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri untuk memberikan nafkah lahir dan batin sehingga pihak penggugat merasa kecewa. Yang kedua pihak penggugat mengaku bahwa semenjak kelahiran si kembar, sudah jarang bahkan tidak pernah melakukan hubungan intim dengan tergugat…”
“Astagfirullahaladjim…” Hani menutup mulutnya tak percaya mendengar replik penggugat. Ia hanya bisa menghela nafas tak henti-henti sambil beristighfar.
Faiq merasakan ada sesuatu yang tergores dihatinya melihat Hani yang tampak terluka mendengar ucapan kuasa hukum Adi.
“… sehingga perselisihan dan pertengkaran terus menerus terjadi dalam rumah tangga mereka. Demikian yang dapat kami sampaikan dewan Hakim yang terhormat. Untuk bukti-bukti penguat telah saya lampirkan pada berkas yang ada di meja dewan hakim.” Bernhart menutup repliknya sambil membungkukkan badan. Ia merasa puas karena bukti-bukti yang ia dapatkan dari Helen begitu rapi dan lengkap.
Hendro menghela nafas. Ia memandang Faiq yang serius memandang Bernhart. Tatapannya beralih pada Hanif dan Hani yang tampak tegang setelah mendengar replik penggugat.
“Bagaimana pihak tergugat, apa masih ada yang ingin disampaikan untuk menanggapi pernyataan penggugat atas kasus ini…”
Hanif dengan sigap berdiri, “Saya akan menanggapi pernyataan penggugat. Mohon maaf sebelumnya yang mulia…” Ia memandang dengan hormat pada Faiq yang dibalas Faiq dengan anggukkan.
“…setelah berumah tangga dengan tuan Aditama Prayoga, klien saya mengikuti suaminya pindah ke rumah mertuanya. Saat tergugat hamil, penggugat izin untuk pindah rumah, tetapi nyonya besar tidak mengizinkan karena tidak sanggup berpisah dengan penggugat karena anak satu-satunya yang dimiliki.” Hanif menghela nafas sebentar. “Setelah melahirkan, penggugat tidak pernah membantu tergugat untuk mengurus bayinya…”
“Keberatan yang mulia…” potong Benhart.
“Keberatan ditolak, lanjutkan pihak tergugat.” ujar Faiq tajam.
“Nyonya besar tidak mengizinkan penggugat untuk mencarikan baby sitter bagi si kembar, dengan alasan tergugat tidak punya kesibukan lain selain mengurus bayinya. Untuk nafkah lahir dan batin, menurut pihak tergugat, suaminya jarang pulang ke rumah. Kesibukan bisnis membuatnya sering bepergian ke luar kota dan ke luar negeri, sehingga intensitas pertemuan mereka sangat jarang. Ditambah lagi masuknya orang ketiga di dalam rumah tangga tergugat. Dan untuk kasus perzinahan yang dituduhkan kepada tergugat kami sangat keberatan, karena tergugat tidak pernah keluar dari rumah untuk meninggalkan putra kembarnya. Masalah bukti yang disiapkan pihak penggugat, kami tahu itu adalah rekayasa yang dilakukan oleh pihak lain. Dan masalah bayi perempuan yang tidak diakui sebagai putri kandung, kami hanya menyerahkan kepada Allah yang Maha tau, karena tergugat selalu menjaga kesucian hanya untuk suaminya.” Hanif mengakhiri dupliknya sambil menunduk hormat kepada para hakim yang berada di hadapannya.
Faiq dan rekan-rekannya membuka berkas pembuktian yang disediakan pihak penggugat. Matanya sesekali mencuri pandang ke arah Hani yang terus menunduk. Ia merasa terenyuh melihat perempuan muda yang baru pertama ia temui, tapi telah mampu menggetarkan hatinya. Dadanya terasa sakit melihat perempuan muda yang tampak terpukul di depannya.
Hendro memediasi antara Bernhart dan Hanif masalah foto-foto bukti perselingkuhan Hani bersama seorang pria seusianya yang sedang berdua di minimarket, serta foto yang menunjukkan Hani keluar dari poli kandungan bersama dengan pria yang sama.
“Bagaimana pihak tergugat ingin menyangkal bukti yang telah diberikan oleh pihak penggugat?” suara Bernhart memecah suara-suara para hakim yang mengomentari bukti yang ada. “Dengan inilah kami sebagai pihak penggugat ingin agar proses perceraian ini segera terlaksana, dan kami berharap pihak tergugat tidak menunda-nunda proses persidangan ini, karena membuat klien kami tidak bisa konsentrasi dalam pekerjaannya, yang menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan.”
“Cih,” Hanif memandang Bernhart dengan sinis. Tatapannya beralih pada Hani dengan raut sedih, “Mbak, tampaknya mas Adi memang sudah mantap untuk berpisah denganmu.”
Ruang persidangan tampak hening, hanya helaan nafas yang terdengar, serta mata-mata yang saling melempar pandangan dengan makna yang berbeda.
“Bismillahirrahmanirrahim…” Hani berdiri dengan perasaan kecewa. Ia memandang setiap yang ada di dalam ruangan sidang, dan terakhir ia menatap Bernhart. “Saya tidak akan menyangkal atas bukti yang disiapkan oleh pihak penggugat. Tak perlu pembelaan apapun, karena tidak akan berdampak terhadap pernikahan kami yang akan segera berakhir. Perlu saya sampaikan tuan Bernhart yang terhormat. Terimakasih atas waktu 4 tahun yang telah diberikan bos anda kepada saya, dengan memberikan cinta sekaligus luka yang akan selalu saya ingat. Dan perlu saya sampaikan mulai detik ini, saya dengan ikhlas akan melepas tuan Aditama Prayoga dari ikatan pernikahan kami. Saya tidak akan menuntut apapun atas waktu yang telah kami jalani selama 4 tahun. Cukup 3 buah hati yang akan selalu menguatkan saya untuk mengingat pernah ada cinta sekaligus luka antara saya dan tuan Aditama Prayoga.”
Setelah mengucapkan hal tersebut Hani segera berjalan meninggalkan ruang persidangan dengan penuh luka dan airmata. Ia tak memperdulikan bisik-bisik dari pihak hakim serta Bernhart dan rekannya yang merasa bahagia karena tujuan mereka telah tercapai.
Di sebuah rumah megah, seorang wanita yang sedang hamil muda tampak tertawa bahagia sambil menjawab telpon. Wajahnya bersinar cerah, saat mengetahui keinginanya tercapai untuk menjadi satu-satunya istri Aditama yang merupakan pewaris tunggal dari perusahaan besar.
“Akhirnya si parasit akan pergi dari kehidupan mas Adi. Dan akulah menjadi wanita satu-satunya dalam kehidupan mas Adi.” ujar Helen tersenyum puas mendengar perkataan Bernhart yang masih berada di ruang sidang. “Terima kasih atas bantuan anda, Mr. Bernhart.”
“Sama-sama, Nyonya. Saya merasa puas, karena pihak nyonya Hani tidak membuat persidangan bertele-tele. Dan mereka tidak menuntut harta gono-gini.”
“Baguslah! Karena semua harta Sofian Prayoga yang akan menjadi milik mas Adi hanya akan jatuh pada anakku…” ujar Helen sambil mengelus perutnya yang baru berusia 3 bulan.
“Sidang terakhir sekaligus putusan akan dilaksanakan 10 hari yang akan datang. Dan dewan hakim akan mempercepat proses persidangan.” Bernhart menutup ponselnya segera, karena persidangan akan segera ditutup.
Setelah sidang ditutup, Hanif berjalan menghampiri Bernhart sambil tersenyum sinis, “Selamat atas berhasilnya anda memisahkan ikatan rumah tangga yang telah dipersatukan Allah dan disaksikan malaikat. Dan aku bersumpah demi Allah yang telah memberikan jiwaku untuk menjaga kakakku serta ponakan-ponakanku, mulai hari ini kalian yang telah menzolimi bayi mungil yang tak berdosa, tidak akan menemukan kebahagiaan dalam kehidupan kalian.”
Johan terpaku mendengar perkataan Hanif yang telah berlalu dari hadapan mereka. Kesedihan langsung menghampirinya. Ia melihat tatapan para hakim yang mendengar perkataan Hanif yang sangat keras. Namun Bernhart seolah tak peduli, dan ia hanya melengos dan segera berlalu didampingi sekretarisnya menuju mobil yang sudah disediakan Helen, karena mereka akan segera merayakannya di restoran yang sudah di booking Helen.
Johan langsung kembali ke kantor karena sudah ditunggu Adi yang baru kembali dari Surabaya. Tampak wajah lelah di wajah tampannya.
“Bagaimana hasil persidangan hari ini?” ia menatap tajam pada Johan. “Apakah Hani masih menyangkal perselingkuhannya dengan teman kuliahnya itu?”
Johan menghela nafas pelan. “Apakah tuan tidak memiliki setitikpun kepercayaan pada nyonya. Saya yakin nyonya tidak mungkin melakukan perbuatan tercela itu. Dan masalah bayi perempuan itu, harusnya tuan melakukan tes DNA untuk mengetahui kepastiannya.”
Adi meremas kepalanya dengan kasar, “Apa kamu mengatakan bahwa mama dan Helen melakukan kebohongan dan memanipulasi foto-foto perselingkuhan Hani?”
Johan terdiam. Ia tak berani menyanggah perkataan Adi, tak mungkin ia melawan perintah keluarga bosnya. Ia hanya berdoa yang terbaik untuk Hani dan anak-anaknya. “Lantas bagaimana dengan sikembar?” Johan mengalihkan topik pembicaraan.
Adi menghela nafas sesaat, “Aku akan membiayai si kembar hingga dewasa, tetapi tidak untuk bayi perempuan itu.”
“Apakah tuan tidak ingin mengambil hak asuh si kembar?”
“Tidak perlu. Karena aku akan memiliki keturunan dari Helen, dan kami akan fokus merawat dan membesarkan anak-anak kami berdua.” jawab Adi cepat dengan penuh percaya diri. “Aku tak ingin membuat Helen cemburu, karena membagi kasih sayangku pada putra Hani.”
“Bukankan mereka putra tuan sendiri….” Johan tak habis pikir dengan perkataan Adi. “Apa nanti kata tuan besar?”
“Terserah apa yang akan papa katakan. Aku tak peduli, karena aku akan mencari rumah sendiri untuk keluarga kecilku bersama Helen.”
“Bagaimana kalau nyonya tidak setuju?”
“Mama pasti akan setuju, karena Helen menantu kesayangannya.”
“Baiklah tuan.” Johan segera bangkit dari kursinya, “Oh, ya… 10 hari lagi putusan pengadilan. Dan Nyonya tidak menuntut harta gono-gini.”
“Aku telah menyerahkan semua kepada Bernhart, dialah yang akan mengatur semuanya.” Adi bangun dari duduknya, “Siapkan mobil, aku ingin pulang. 3 hari di Surabaya membuat aku merindukan rumah dan Helen…”
Johan bergegas membukakan pintu ruangan presdir dan membiarkan Adi berjalan mendahuluinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
dewi
nyesek eeeee😭😭😭😭😭
2023-08-11
0
keyki
em
2023-05-31
0
Elfin Carolina Arikalang
thor buat Hani bahagia dan jgn memaafkan kluarga Adi trutama ibunya, karma pasti brlaku
2023-05-19
1