Beberapa hari kemudian, Elsa sudah di izinkan pulang oleh dokter. Ia pulang bersama bayi lelaki mungil itu setelah menjalani proses kelahiran yang baginya terasa sulit dan serangkaian tindakan pasca melahirkan yang membuatnya juga merasakan sakit, karena mendapatkan jahitan yang cukup banyak.
Kini saatnya untuk pemulihan diri di rumah. Selama di rumah, semua anggota keluarga memanjakan dirinya dan bayi lelaki yang ia beri nama Nalendra Dirga Mahavir.
Nama Dirga di pilih oleh Hadwan karena bintang sepak bola favoritnya bernama itu, striker kondang pesepak bola di kota kelahirannya, kota Zamrud. Alasan lainnya ia memilih nama itu adalah karena di daerah tempatnya tinggal sekarang tidak ada anak yang bernama itu.
Dirga mendapat limpahan kasih sayang yang besar dari ke dua orang tuanya serta dari nenek-kakeknya. Perihal makanan, jangan di tanya. Ia mendapatkan gizi yang cukup bahkan cenderung berlebihan. Sama saat masih di dalam perut, di luar pun dia juga suka minum susu dalam jumlah besar, serta memakan makanan bercinta rasa tinggi, sehingga dia tumbuh dengan bobot yang besar saat berusia 6 bulan.
Hari berganti hari dan tak terasa Dirga pun tumbuh semakin besar. Usianya memasuki umur 1 tahun. Tingkahnya sangat aktif untuk ukuran balita seusianya yang biasanya hanya akan diam jika sudah di beri mainan, yang berbeda dengan Dirga.
Ia aktif bergerak kesana-kemari tanpa henti, seolah tak ada capeknya. Padahal orang di sekitar yang hanya melihat tingkahnya sudah capek. Ia tidak pernah berjalan untuk mengambil sesuatu, namun berlari. Itulah mengapa badannya sekarang terlihat lebih ramping namun padat berisi.
Banyak mainan yang di berikan oleh Ayah dan Ibunya. Berbagai mainan itu juga mainan yang tergolong mahal dan bagus. Namun apa yang di lakukan Dirga pada mainan itu ? Semua mainan hanya berumur paling lama 3 hari di tangannya. Ia akan memainkan mainan miliknya sampai rusak, baru dia bisa berhenti.
Meskipun semua mainan hanya di rusaknya, namun orang tuanya tetap membelikan nya mainan baru lagi. Selain itu Elsa juga membelikannya VCD brainy baby yang berisikan materi belajar dasar untuk anak berupa materi mengenal alphabet, berhitung, warna dan kosa kata dasar bahasa Inggris. Ia memutar itu semua setiap hari dengan maksud, kelak anak itu akan menjadi lebih cerdas dari orang tuanya.
Keanehan mulai tampak di usia 1.5 tahun. Dimana di usia itu biasanya anak seusianya sudah banyak kosakatanya dan mulai mengucapkan dua kata. Namun Dirga hanya mengucap satu kata, dan itupun jarang bicara.
Elsa sempat merasa aneh. Namun ia menepisnya. Karena setiap anak memiliki pola perkembangan yang berbeda. Selain itu anak lelaki memang cenderung lebih pendiam dan sedikit bicara dibandingkan anak perempuan.
Elsa mulai khawatir saat Dirga menginjak usia 2 tahun. Karena dia semakin aktif dan jumlah kosakata nya berkurang dan terkadang menggunakan isyarat jika meminta sesuatu dengan menunju sesuatu yang di inginkan nya.
“Sa... coba anak mu ini kau bawa ke dokter spesialis anak apakah ada dan periksakan apakah ada kelainan ?” ucap Ibu saat melihat dirga menyeret tangannya untuk mengambil kan mainan pedang yang di taruh di atas.
Elsa yang saat itu sedang membereskan mainan Dirga, menjadi berpikir untuk mempertimbangkan saran dari Ibunya.
Beberapa hari kemudian setelah ia menemukan dokter spesialis anak, dokter Niken. Ia berniat membawa Dirga ke sana sepulang kerja.
Sore hari setelah daftar melalui telpon dan mendapatkan nomor antrian, ia berangkat ke rumah sakit bersama Dirga. Selama menunggu, Dirga tidak bisa diam. Dia berjalan melihat apa saja yang ada di rumah sakit itu karena rasa ingin tahunya begitu besar.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya nama Dirga di panggil. Elsa segera masuk bersama Dirga.
“Jadi apa yang di keluhkan oleh Ibu pada putranya ?” dokter Niken mengamati sikap Dirga.
“Begini dok, anak saya ini kenapa aktif sekali. Selain itu bicaranya sedikit. Padahal dulu bicaranya normal. Apakah itu speech delay atau yang lain ?” menahan Dirga dalam pangkuannya agar tidak turun dan mengobrak-abrik isi ruangan itu.
“Baik kita lakukan serangkaian tes untuk mengetahuinya. Ikuti saya.” berdiri lalu mengajak Elsa ke area bermain yang telah di siapkan oleh dr Niken.
Dokter Niken mengangkat dirga dan menaikkan ke area bermain. Ia memberi mainan berupa gelas dan mengetes Dirga.
“Ayo Adik, dokter ingin minum, mana minumnya ?” berdiri di dekat Dirga dan terus memperhatikannya.
“Apa...”
Dirga hanya menjawab singkat. Ia lalu mengambil gelas dan juga teko tapi tidak memberikannya pada dokter dan malah asyik bermain sendiri.
Kemudian dokter Niken melakukan tes lagi dengan mengajaknya berbicara. Namun saat di ajak bicara, Dirga tak pernah mau menatap matanya dan tidak mau menjawab pertanyaannya.
“Setelah saya tes, putra Ibu ADHD, gangguan hiper aktif. Selain itu tidak fokus. Harusnya seusianya, ia sudah bisa bercerita dan merespon tanpa menggunakan jari untuk menunjuk. Saran saya Ibu bawa ke psikolog anak saja untuk lebih jelasnya dan mendapatkan terapi.” mengangkat Dirga dari area bermain dan menyerahkan pada Elsa.
“Iya dok, terima kasih.”
Hanya kata itu yang bisa Elsa ucapkan untuk menutupi rasa kecewa dan cemasnya. Ia seperti tidak bisa menerima kenyataan, namun ia berusaha untuk tetap tegar menerimanya.
Keesokan harinya ia pergi ke psikolog anak yang ada di Rumah Sakit Citra Utama setelah mendapatkan referensi psikolog anak. Ia tidak ingin terlambat memberikan penanganan pada putranya itu. Ia pun pergi untuk menemui dr. Arsi, psikolog anak yang ada di rumah sakit itu.
Lama menunggu hampir dua jam, barulah nama Dirga di panggil. Elsa segera masuk ke ruangan psikolog anak itu bersama Dirga.
dr. Arsi mempersilahkan masuk. Elsa dan Dirga duduk di kursi, di depan mejanya.
“Selamat siang Bu, ada yang bisa saya bantu ?” menatap ramah pada Elsa dan Dirga.
“Iya dok, begini...”
Elsa menyampaikan semua keluh kesahnya pada dokter muda itu tentang semua permasalahan yang di alami Dirga. Mulai dari tingkahnya yang hiper aktif dan tidak fokus, serta masalah keterlambatan bicaranya.
Setelah menampung semua keluh kesah pasiennya itu, ia melakukan serangkaian tes pada Dirga.
Dokter itu mengajak Dirga berinteraksi dua arah, face to face dan terus mengajaknya ngobrol. Serta melakukan tes tindakan dengan memerintahkan beberapa hal pada Dirga.
Setelah serangkaian tes selesai, dokter itu menyampaikan hasilnya.
“Saya mendiagnosa putra Ibu mengalami gangguan mental, autis hiper aktif.” membaca catatan yang ia tulis.
Elsa shock seketika dan langsung lemas seolah tersambar petir mendengar penjelasan dari dokter itu. Tubuhnya bergetar menerima kenyataan yang tidak ia harapkan itu.
“Jadi anak saya bukan speech delay dok ?” melihat dr. Arsi menggelengkan kepala.
“Lalu apakah autisme bisa di sembuhkan ?”
“Tidak bisa Bu, itu sudah bawaan dari lahir. Jadi Ibu harus melakukan serangkaian terapi untuk mendukung tumbuh kembangnya. Berikut jenis-jenis terapi yang bisa di ikuti dan jadwalnya.” menyerahkan materi terapi.
Elsa menerima lembaran berisikan materi itu. Ia merasa sedih sekali dan berusaha menahannya di depan psikolog itu. Ia kemudian segera keluar dari ruangan karena ada pasien lain yang masuk.
Ia pulang bersama Dirga. Di perjalanan, ia tak kuasa lagi membendung kesedihannya yang akhirnya tumpah itu. Tak terasa ia meneteskan air matanya. Air mata dari ke putus asaan nya. Padahal dia sama sekali tidak mengalami masalah selama kehamilan, dan malah bermimpi jika anaknya nanti akan menjadi anak spesial. Apakah "spesial" ini maksudnya ? Spesial yang membuatnya sedih berkepanjangan dalam asa.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Defrin
Sabar Elsa....
Kamu kuat menghadapi semua nya
2023-04-01
0
lelaki tangguh
jangan kau...perlakukan aku berbeda
2022-02-17
0
travalgar
tapi normal kan itu
2022-02-17
0