Kedua sahabat itu pulang ke kontrakan dengan mengendarai motor masing-masing. "Lala apa kafe tempatmu bekerja masih ada lowongan pekerjaan rasanya aku ingin sekali bekerja part time sepertimu" tanya Kiara.
"Emm sepertinya belum ada nanti kalau ada aku akan kabari kau tenang saja"jawab Lala.
"Besok weakend aku akan jalan -jalan keliling kota ini siapa tahu ada yang membuka lowongan pekerjaan " gumamnya dalam hati.
Ke esokan paginya Kiara bersiap siap dengan membawa berkas untuk di gunakannya melamar pekerjaan memakai ranselnya dan duduk di sebelah sahabatnya yang sudah menikmati sarapan paginya. "Mau kemana kamu rapi banget" tanya Lala. "Aku mau jalan-jalan sekalian cari pekerjaan siapa tahu dapat" ucap Kiara semangat.
"Good job semoga berhasil" sahut Lala. Mereka berdua keluar rumah bersama dengan arah dan tujuan masing masing.
Kiara berkeliling ruko-ruko pertokoan sambil menengok kanan kiri barang kali ada yang membutuhkan karyawan tetapi nihil. Ia tidak putus asa terus melajukan motornya dengan pelan sambil sesekali berhenti untuk menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan. Hingga siang hari cuaca sangat panas membuatnya sedikit lelah dan kehausan akhirnya memutuskan belok arah menuju kafe tempat Lala bekerja.
Di jalan tidak sengaja ia melihat mobil yang sangat ia kenal sedang berjalan pelan dan masuk ke area restoran. Kiarapun menghentikan motornya sedikit menjauh dan melihat suaminya keluar dengan menggendong anak perempuan kecil usia dua tahunan dan memutari mobilnya membuka pintu samping mobil keluarlah perempuan cantik dari dalam membuat Kiara tidak sanggup melihatnya.
Kiara membungkam mulutnya dengan tangan, matanya berkaca-kaca dirinya mencoba tegar. Menarik nafas panjang ingin sekali ia menyapa dan menanyakan bagaimana kelanjutan rumah tangganya tetapi tidak sanggup jangankan berjalan mendekat, berdiri saja rasanya ia tak mampu. Lututnya berasa nyeri seperti tak sanggup menompang tubuhnya.
Kiara duduk di kursi trotoar jalan menarik nafas panjang dan membuangnya secara berulang ulang untuk merilekskan suasana hatinya. Duduk sendirian dengan sesekali menoleh ke restoran itu. Panas,Lapar dan haus di hiraukannya hatinya sudah mantap ingin menanyakan secara pasti bagaimana kelanjutan hubungannya dan pasrah apapun keputusannya nanti.
Sudah satu jam lamanya dirinya menunggu tetapi yang di tunggu tidak kunjung keluar. Kepalanya sudah mulai pusing Kiara mencoba berdiri dengan berpegangan pada tiang listrik yang tidak jauh dari tempat duduknya berjalan ke pedagang asongan berniat membeli minum tetapi di urungkannya karena melihat orang yang di tunggunya keluar. "Mas Galih"ucapnya lirih dengan tersenyum dan berjalan dengan tertatih tatih.
Baru tiga langkah ia berjalan tubuhnya terkulai lemas dan terjatuh hingga dirinya tidak bisa lagi berdiri. Orang-orang sekitar berkerumun mengelilinginya ada yang memberinya minuman ada juga yang memayunginya agar tidak kepanasan.
Galih melihat ada banyak orang berkerumun yang tidak jauh dari tempatnya memarkirkan mobilnya. "ada apa di sana? Apa baru ada kecelakaan" ucapnya. "Kenapa mas? " ucap seorang perempuan di sebelahnya. "Oh tidak ada ayo masuk,mungkin mereka hanya menolong korban kecelakaan" sahutnya dan membukakan pintu mobil untuk perempuan itu.
Melajukan mobilnya perlahan melewati kerumunan tersebut, ekor matanya melihat perempuan yang duduk di trotoar jalan dengan meneguk minuman dengan tangannya melambai ke arahnya "Kiara" gumamnya dalam hati dan melajukan mobilnya dengan kencang.
Kiara tahu kalau mobil yang di tumpangi suaminya berjalan pelan melewatinya ia mencoba melambaikan tangan tetapi tidak ada respon dari dalam. Kaca mobil yang terlihat gelap dari luar membuatnya tidak bisa melihat orang yang ada di dalam dan tiba tiba mobil itu melaju dengan kencang membuatnya menangis menutup wajahnya dengan kedua tangannya bahkan semua orang yang ada di situ di buatnya heran.
Ada seorang ibu paruh baya menghampirinya duduk sejajar dengannya. "Ada apa nak kenapa menangis apa ada yang sakit" tanyanya. Kiara hanya menggelengkan kepalanya. Ibu paruh baya itupun membuka payungnya karena suasana sangat panas dan tidak ada pepohonan di sana. "Disini panas ayo kita duduk di warung itu" ucap ibu itu dengan menggandeng tangan Kiara. Kiara mengikuti langkah ibu itu duduk di bengkel pinggir jalan tapi lumayan teduh membuatnya teringat bapaknya di kampung.
"Apa kamu sakit dimana rumahmu biar nanti di antar sama petrus pegawai ibu" ucap ibu itu. Kiara memandang sekeliling bengkel las yang tertata rapi "Apa ini bengkel milik ibu? Tanyanya
"Siapa nama ibu? Tanyanya lagi.
"Saya ibu Susi bengkel ini milik mendiang suami saya dan saya meneruskan usahanya" Kamu siapa namanya anak cantik?" ucap Ibu susi.
"Saya Kiara ibu saya kontrak rumah dengan teman saya tidak jauh dari sini"ujar Kiara.
"Lalu kenapa kamu bisa pingsan di sini nak di mana temanmu itu? "
Kiara mulai menjelaskan dirinya yang ingin mencari pekerjaan tetapi dari pagi hingga siang hari ia belum juga mendapatkan pekerjaan itu. Kiara juga menceritakan melihat suaminya menggendong anak kecil dan perempuan dewasa masuk kedalam restoran itu sehingga dirinya menunggunya duduk di trotoar sampai satu jam lamanya. Kiara juga menceritakan suaminya yang meninggalkannya di pelaminan seorang diri tanpa ada kepastian dan sudah hampir dua bulan tidak ada kabar sama sekali.
"Jadi kamu menunggunya hanya untuk kejelasan rumah tangga kalian" ucap Ibu Susi. Kiara hanya menganggukan kepalanya dengan terisak.
Ibu susi merasa kasihan dengan nasip gadis cantik di depannya itu. Beliau terus menggenggam tangan Kiara agar Kiara tenang.
"Sudah nak jangan terus bersedih kamu cantik masih banyak laki-laki baik di luaran sana jangan hanya karena satu laki-laki kamu menjadi rapuh" ucapan ibu Susi membuatnya tersadar dan mulai menenangkan dirinya.
Ibu susi tersenyum melihat Kiara yang sudah mulai tenang dan memanggil pegawainya intuk mengantarkan Kiara pulang.
"Petrus"
"Iya buk"
"Antarkan anak cantik ini pulang, ambil motornya dan naikkan ke pik_up"
"Assiaaapp" ucap pitrus dengan menggoyangkan tubuhnya membuat Kiara tersenyum geli.
"Terima kasih ibu, saya akan sering sering jenguk ibu kalau ada waktu" ucap Kiara. Berpamitan.
"Ibu pasti menunggu waktu yang kamu janjikan" sahut Bu susi dengan tersenyum.
Kiara melambaikan tangannya setelah naik ke mobil pik_up itu. "Neng kita kearah mana ini" ucap petrus. "Itu bang ada perempatan belok kiri jalan ada gang kecil biar Kiara turun di situ saja" jawab Kiara.
Petrus mulai menghentikan mobilnya dan menurunkan motor di bantu warga yang ada di situ. "Mbak Kiara habis kecelakaan yaa? " tanya tetanggan yang mengengal Kiara dan Lala.
"Ah tidak buk hanya motor saya sedikit rewel" jawabnya bohong.
Di sebrang jalan Bintang melihat gadis yang membuatnya terhipnotis. Ia melajukan mobilnya dengan perlahan dengan pandangannya fokus ke gadis yang sedang berbincang dengan pegawai bengkel itu.
"Itukan petrus? Apa dia mengenal gadis itu!" ucapnya dengan tersenyum lebar.
***
Dukung karyaku ini.. Jangan lupa Like, Koment dan Vote sebagai apresiasi tentang Novelku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments