"Kak Taka sakit kanker otak. Penyakit itu berbahaya dan memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya."
"Pantes kak Nata nangis terus, pasti sedih pacarnya sakit. Dimas juga sedih banget denger Kakak malaikat tak bersayap kami sakit." ucapan Dimas membuat yang lain terkejut sekaligus lucu.
"Elah Dim, siapa yang bilang Kak Taka sama Kak Nata pacaran?!" ekspresi Ali Baba terlihat aneh memandang Dimas. Keadaan seperti ini malah bahas pacaran.
Memang sedari mereka merawat anak-anak jalanan yang selalu asik dengan keseharian mereka tidak pernah menceritakan data diri pribadi. Hanya bersenang-senang dan bertemu sebagai relawan peduli anak jalanan.
Didepan mereka semua menyebut satu sama lain dengan sebutan kakak karna ingin mengajarkan pada anak-anak jalanan untuk menghormati yang lebih tua.
"Ya Kak Nata sama Kak Taka sangat dekat. Kadang Kak Taka gandeng tangan Kak Nata." kata Dimas.
"Ya biarin aja kalau mau gandengan, kan memang keduanya adek kakak, Dim." balas Ali Baba.
Ayah Arsel tetap mendengar perkataan mereka, Sedangkan Nata tersenyum karna terhibur dengan ketidaktahuan Dimas tentang hubungannya dengan Taka.
"Dim, mumpung disini ada anggota keluarga Kak Taka, Kakak kenalin ya. Yang ini, ayahnya Kak Taka. Kakak yang itu Kakaknya Kak Taka dan disampingnya itu istrinya." terang Mujiren, memperkenalkan anggota keluarga Taka satu persatu.
Dimas dan Andre manggut-manggut tapi dengan kening yang mengerut, tanda tidak begitu mengerti karna sangat jauh dari bayangan.
"Kalau Kakak yang itu, kalian tau kan?!" ujar Mujiren dengan sedikit guyonan. Bukannya tidak menghargai waktu, tapi Taka dulu pernah memberi trik. Kalau mau dekat dengan anak-anak, harus diselipi guyonan biar mereka tidak takut.
"Tau lah, Kakak imut pacarnya Kak Taka." jawab Dimas. Andre mengangguk setuju.
Ayah Arsel akhirnya juga ikut tersenyum. Darimana mereka kenal dengan anak-anak seperti itu. Padahal dilihat dari penampilannya kedua anak itu sedikit kumal. Meski baju yang dikenakan adalah baju baru tapi tetap terlihat dari kulit mereka yang keseringan tersengat matahari, yaitu sedikit gelap.
"Kalian salah. Kak Nata bukan pacarnya kak Taka, tapi saudara kembarnya." kini ayah Arsel membantu menjelaskan.
"Ha..." keduanya terkejut dengan ekspresi lucu.
"Jadi Kak Nata dan Kakak malaikat tidak pacaran?" Andre yang lebih tua dari Dimas bertanya memastikan.
"Bukan, mereka bersaudara seperti adek dan kakak."
Meski kini sudah tau tapi raut wajah keduanya masih menyimpan keraguan.
"Kakek, ayahnya Kak Taka?" tanya Dimas.
Ayah Arsel mengangguk. "Kak Taka bilang ayahnya bukan orang kaya. Kakak kalau ketempat kami naik sepeda."
"Kalau Kak Taka dan Kakak yang lain orang kaya, kenapa mau datang kerumah kita?" raut wajah Dimas terlihat sedih. Bocah sekecil itu sudah dituntut berpikir dewasa sebelum waktunya. Mereka sudah sering mendapat makian dari orang-orang berpakaian rapi dan orang-orang yang duduk di dalam mobil mewah. Terkadang anak anak jalanan itu membenci orang kaya yang selalu merendahkan keberadaan mereka. Memandang mereka seperti sampah masyarakat.
Mereka juga manusia, sama seperti orang kaya itu. Hanya saja derajat mereka selalu direndahkan, membuat mereka merasa tidak adil.
Andai saja orang-orang berpikir bijak.
Mereka tidak bisa memilih lahir dari orang tua yang mana, tidak bisa memilih lahir dari keluarga berada atau dari keluarga kekurangan.
Semua berjalan sesuai takdir Tuhan.
Anak-anak jalanan memiliki takdir kurang beruntung ketimbang anak-anak yang selalu tertawa ceria bersama kedua orang tua lengkap dan juga fasilitas mewah. Mereka tidak bisa merasakan seperti itu. Hari-harinya begitu berat hanya untuk sesuap nasi.
"Kenapa mau mendekati kami? Kak Taka pernah bilang dia bukan orang kaya, hanya orang yang lebih beruntung." imbuh Andre.
"Kak Taka dan Nata memang anaknya orang kaya, maaf ya kami berbohong. Kalau kami jujur, kalian tidak mau kan berteman sama kami." Nata mewakili untuk meminta maaf.
Setelah Nata selesai berbicara, ayah Arsel langsung menatapnya untuk mengorek informasi. Begitu dengan Saka dan Seika.
"Nata, kamu bisa jelasin?!" ayah Arsel menuntut jawaban.
"Kakak, maafin aku ya." ucap Nata, seolah didepannya sedang ada Taka yang mengawasi. Dulu ia selalu berjanji tidak boleh memberitahu kegiatan mereka pada keluarganya. Tapi kali ini semuanya harus terbongkar. Tidak bisa ditutupi lagi.
"Aku, Kak Taka dan teman-teman menjadi relawan anak-anak jalanan di jalan Kremang, Yah. Kegiatan itu Kak Taka yang memimpin. Kami sangat dekat dengan mereka." Nata menjelaskan. Ia benar-benar tak enak hati. Ada ketakutan jika nanti kakaknya tau dan marah.
"Relawan?!" ayah Arsel mengulang ucapnya dengan kening mengerut. Ia tentu paham dengan kata relawan, hanya saja dalam bentuk apa dan bagaimana prosesnya? apa itu kegiatan sekolah atau kegiatan lainnya? belum paham dengan semuanya.
"Apa itu kegiatan sekolah?!" ayah Arsel menanyakan pemikirannya.
"Bukan Yah. Itu kegiatan sosial kami sendiri yang menyuruh Kak Taka. Awalnya kami keberatan tapi ketika melihat mereka secara langsung, ternyata memang berbagi itu indah. Seperti yang Kakak ajarkan pada kita."
"Ayah ingat, waktu kami sering dipanggil guru BK karna sering malak teman-teman disekolah?"
Ayah Arsel mengangguk.
"Sebenarnya uangnya ya itu buat bantu-bantu mereka. Setiap hari Rabu dan Kamis saat aku dan Kakak pergi sekolah naik onthel ya itu buat menemuin mereka di bawah jalan layang."
Deg...
Dari situ ayah Arsel mulai paham, ia terhenyak dalam diam. Mencoba menelaah kalimat dari Nata.
"Ayah dan Bunda sering bilang Kakak boros untuk keperluannya. Sebenarnya bukan untuk dihamburkan, melainkan untuk membantu mereka. Membelikan mereka alat tulis, membantu biaya pengobatan jika diantara mereka ada yang sakit. Dan yang paling wajib membelikan makanan dan snack untuk dibagi pada Dimas, Andre dan 25 lainnya." kini Nata menjelaskan secara gamblang. Membuat ayah Arsel, Saka dan Seika hampir menangis. Sebaik itukah Taka?
"Yang dikatakan Nata semua benar Om. Bos benar-benar sangat baik. Jika uang yang kami kumpulkan hanya dapat 150 ribu, Bos yang akan menalangi semua dana untuk membelikan keperluan mereka. Dan, sedikit meluruskan. Kami malak disekolah hanya orang-orang tertentu, anak-anak dari kalangan berada yang kadang suka memamerkan hartanya. Bukan semua murid." Mujiren ikut menimpali.
"Kak Taka pergi mau melanjutkan sekolah, nanti kalau udah sukses mau bangunin kami rumah sama kembali ngajarin kita sekolah seperti dulu." ucap Dimas.
"Sekolah," lagi-lagi ayah Arsel mengulang.
"Iya, Kak Taka guru kami yang pertama dan yang paling hebat. Nggak pernah marah dan nggak pernah jijik memeluk kami." ucap Andre. dengan menunduk.
"Kak Taka malaikat kami, Kak Taka bawa orang-orang banyak buat hajar Om preman jahat sampai Om premannya kalah terus kabur." kini Dimas yang ikut bercerita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
runma
semngat thor
2021-08-26
0
Sweet Girl
hmmmm terharu....
love yu Taka DUT.....
2021-07-17
0
OSH_L1485
mengandung bawang semua😭
2021-06-16
0