Istirahat di Apartemen

Pesawat yang ditumpangi kini telah mendarat dengan sempurna. Alhamdulillah semuanya selamat sampai tujuan.

Ketika turun dari pesawat, teman-teman Nata dan dua anak jalanan itu terkagum-kagum melihat bangunan Bandara yang tentu berbeda dengan yang ada di Jakarta.

"Walah, tulisannya bahasa Inggris semua ya, rumit." ucap Dudung, kedua bola mata yang tak henti bergerak kesana kemari meneliti bangunan itu.

"La, ya pasti pakai bahasa inggris kan bahasa sehari-hari mereka. Sama halnya di Indonesia, kita menggunakan bahasa Indonesia, yang mudah dipahami." balas Mujiren.

Mereka melanjutkan langkah menuju loby hotel untuk menunggu jemputan. Namun tidak perlu menunggu karna Ayah Arsel, pak Arman dan dua orang supir lainnya sudah menunggu mereka di loby utama.

"Ayah...!" Nata berteriak memanggil ayahnya. Setengah berlari menghampiri dan memeluk ayah Arsel. Walau baru satu minggu tidak bertemu tapi ia sangat merindukan kedua orang tuanya.

Ayah Arsel menyambut pelukan Nata, "Alhamdulillah, kalian sampai dengan selamat. Ayah merindukanmu." ucap ayah Arsel.

"Aku lebih merindukan Ayah dan Bunda... Dan... Kak Taka." keriangan Nata berangsur berubah menjadi nada sedih.

"Baru sampai, jangan sedih begitu." ayah Arsel melepas pelukannya.

Mata Nata sudah berair bahkan sebentar lagi sudah menetes.

"Assalamualaikum, Ayah." Saka dan Seika bersamaan mengucap salam. Keduanya bergantian mencium punggung tangan ayah Arsel.

"Walaikum salam. Kalian sehat?" tanya Arsel.

"Badan kami sehat Yah, tapi hati kami yang rapuh." jawab Saka dengan sendu. Ia melihat wajah ayahnya.

"Kalian baru sampai, jangan membicarakan hal yang berat. Kalian butuh istirahat." ayah Arsel mencegah obrolan yang serius. Waktunya belum tepat untuk membicarakan tentang Taka.

Rombongan geng dangdut perlahan mendekat, dengan dua anak jalanan yang bersembunyi dibelakang mereka.

Keduanya takut melihat ayah Arsel. Sebagai anak jalanan sudah sering mendapat bentakan dari orang-orang berpenampilan rapi.

Mereka tidak mengenal siapapun, kecuali geng dangdut dan juga Nata. Mereka mau ikut karna mendengar malaikat tak bersayapnya sedang sakit. Maka dari itu mereka mau diajak untuk menjenguk.

Manik mata ayah Arsel beralih melihat teman-teman Taka yang berjajar membentuk barisan yang sangat rapi.

"Om," mereka menyapa dan menundukkan kepala sebentar untuk tanda menghormati.

Ayah Arsel tersenyum. "Terima kasih ya, kalian mau ikut kesini." ayah Arsel mengucap terima kasih pada mereka.

"Kami yang harusnya mengatakan terima kasih, karna kebaikan hati Om, kami bisa sampai disini. Dan kami ingin sekali menemui Bos, eh... maksut kami Taka." Mujiren berbicara untuk mewakili yang lainnya.

"Iya, nanti kalian akan bertemu dengan Taka. Pasti Nata sudah bercerita pada kalian."

"Iya Om,"

Ayah Arsel menganggukkan kepala. Tapi mata ayah Arsel menangkap pemandangan berbeda. Yaitu anak kecil yang mengintip dibalik sela-sela tubuh Mujiren dan Dudung.

"Siapa anak kecil itu?!" tanya ayah Arsel penasaran. Sontak membuat semua mata tertuju pada Dimas dan Andre.

"Sini," Mujiren menyuruh Dimas dan Andre untuk maju didepan mereka. Tapi Dimas dan Andre terlihat ragu. Mereka memperhatikan kearah ayah Arsel.

Ayah Arsel juga memperhatikan kearah Dimas dan Andre dengan kening mengkerut.

"Ya sudah tidak pa-pa kalau tidak mau. Nanti kalian saja yang menjelaskan. Tapi keduanya rombongan kalian kan?!" ayah Arsel memastikan.

"Iya, Yah. Dimas dan Andre rombongan kita." Nata yang menjawab.

"Ayo kita ke Apartemen dulu." ayah Arsel mengajak semuanya untuk lebih dulu beristirahat di Apartemen yang disewakan untuk Taka, tapi sampai saat ini Taka belum sekali pun masuk kesana.

Semua beriringan menuju ke mobil, pak Arman dan dua supir lainnya meminta tas dan barang bawaan lainnya untuk disimpan dibagasi.

Setelah semua beres, satu persatu mobil itu meninggalkan halaman Bandara.

"Yah, kenapa harus ke Apartemen dulu, kenapa nggak langsung aja ke rumah sakit?!" tanya Nata.

"Ada yang mau Ayah sampaikan,"

"Tentang sikap kita didepan Kak Taka?!" Nata menebak.

Ayah Arsel mengangguk.

"Kita udah tau Yah,"

"Kalian memang sudah tau hal itu, tapi kalian belum tau kondisi Taka. Kalian baru sampai, Ayah rasa perlu beristirahat." ucap ayah Arsel.

"Nanti siang kita baru ke rumah sakit."

"Baiklah,"

Hampir satu jam lebih mobil membelah jalanan. Kini mobil itu telah sampai di depan Apartemen bertingkat. Setelah semua turun, pak Arman dan dua supir lainnya memindahkan mobil ke tempat parkir yang semestinya.

Geng dangdut yang takjub dengan bangunan bergaya modern itu hanya bisa memandang tanpa bisa menyanjung dengan kalimat-kalimat seperti biasanya. Tentu saja keberadaan ayah Arsel membuat mereka segan.

Untuk Dimas dan Andre hanya mengamati tempat-tempat mewah yang dikunjungi. Mereka masih belum paham dengan kejelasan semuanya.

Ayah Arsel menyuruh semuanya untuk istirahat, saat ia hendak menuju ke kamar Taka. Saka telah lebih dulu memanggil dan meminta waktu untuk bicara.

Akhirnya semua malah duduk diruang depan.

"Kalian semua tau kenapa jauh-jauh saya undang kalian kesini?" tanya ayah Arsel.

"Tau Om, karna Taka sedang sakit. Kami sangat senang bisa menjenguknya langsung." Mujiren yang paling berani berbicara untuk mewakili teman-temannya.

"Iya, Taka sedang mendapat musibah, terkena penyakit kanker otak. Tanpa Om jelaskan kalian pasti tau tentang penyakit itu."

Mereka semua mengangguk, tentu dengan raut kesedihan.

"Taka tidak tau kalau kalian kesini. Dua hari ini kondisinya sedang drop karna mendengar Bundanya menangisi keadaanya. Dan sebab itu juga Om membawa kalian kesini supaya untuk memberitahu kalian."

"Om minta pada kalian, jangan terlalu menunjukan kesedihan. Tujuan Om membawa kalian untuk menghibur Taka dan memberi kata penyemangat."

"Iya Om, kami mengerti." jawab Mujiren.

"Saat disini kalian belum tau keadaanya seperti apa. Tapi kalau sudah melihatnya langsung, kalian pasti shok. Om harap kalian jangan histeris, jika tidak tega kalian bisa menjauh dulu."

Deg...

Perkataan ayah Arsel mampu membuat semuanya terhenyak, dan melihat langsung kearah pria paruh baya dengan ujung mata berkaca-kaca. Menunjukan betapa kalut dalam kesedihan.

Nata tak bisa membendung tangisan, ia terisak disamping Saka. "Memang keadaan Kakak seperti apa Yah?" tanya Nata disela tangisan.

"Sangat jauh dari Taka yang kita kenal dan sering kita lihat dulu."

"Penderita kanker biasanya mengalami kerusakan sel rambut ya Om? maaf, mungkin rambutnya Taka mengalami kerontokan hebat dan kepalanya tidak memiliki rambut." Ucap Dudung.

"Memang Kakak malaikat tak bersayap sakit apa Kak Dung? kenapa tidak memiliki rambut?" tanya Dimas penasaran.

Lagi-lagi ayah Arsel dibuat penasaran dengan keberadaan Dimas dan Andre. Apalagi saat mendengar bocah itu memanggil Taka dengan sebutan malaikat tak bersayap. Ayah Arsel benar-benar tidak mengerti hubungan Taka dengan dua anak kecil itu.

Terpopuler

Comments

Siti Mojang Karawang

Siti Mojang Karawang

mewek terus capeeeek

2022-01-18

0

runma

runma

semoga cepat sembuh Taka😘

2021-08-26

0

Sweet Girl

Sweet Girl

hiks hiks hiks ya Alloh.... uwes tho Tor..... perih Tor....

2021-07-17

0

lihat semua
Episodes
1 Berangkat ke Amerika
2 Keberangkatan
3 Istirahat di Apartemen
4 Ternyata anakku pemimpin relawan
5 Pengumuman Up
6 Berangkat kerumah sakit
7 Tidak bisa menjadi pangeran komedi
8 Kakak, malaikat tak bersayap
9 Kembalinya senyum Taka
10 Berbincang
11 Bergantian menginap
12 Makan malam
13 Candaan
14 Makan malam dengan nikmat
15 Ulah duo koplak
16 Telpon dari si Mbok
17 Pertama kali akan naik motor
18 Suasana berbeda
19 Menunggu
20 Berbisik lembut
21 Taka ingin menangis didepan Bunda saja
22 Efek samping yang menyiksa
23 Telpon dari Rengga
24 Kita semua akan menunggu, kamu pasti bisa seperti dulu
25 Mengukir kenangan indah
26 Pertemuan satu kali, tapi masih diingat
27 Bingung dan khawatir
28 Kamu tidak kenapa-kenapa?
29 Ejekan untuk Tuan Putri Ketiga
30 Telah memiliki kekasih
31 Alberto Grissham Chaiden
32 Rencana kembali ketanah air
33 Si kecil yang gemesin
34 Aku menyukai mu
35 Aku minta maaf
36 Secantik orang yang memakainya
37 Tindakan bodoh untuk mengukir kenangan indah
38 Lelaki penebar senyum
39 Mereka akan pulang
40 Sama sama tidak mampu mengucap janji
41 Sebelum pulang
42 Mau disini nemenin Om
43 Kenangan kedua yang tanpa mendasar
44 Aku benci pertemuan
45 Kondisi kembali drop
46 Telah sampai di Jakarta
47 Memesan makanan diwarung
48 Arsel dan Rengga terus berdebat
49 Miris & prihatin
50 Ucapan terima kasih
51 Anak buah yang mengabaikan tugas
52 Berbalas pesan
53 Pertengkaran di kantin
54 Panggilan video dari Albert
55 Senja
56 Sepenggal cerita
57 Cobaan bertubi-tubi
58 Mis Riweh
59 Menikmati Senja Sore
60 Nata terlambat masuk kantor
61 Pesan
62 Mis riweh memang jahil
63 Merindukan
64 Story WhastApp
65 Pesta kejutan untuk Safana
66 Ini lah kejutan yang sesungguhnya
67 Om sudah pulang
68 Melanjutkan pesta ulang tahun
69 Takdir jodoh sedang bermain main
70 Obrolan serius
71 Menikmati sore bersama
72 Tempat mengeluarkan unek-unek
73 Gadis gila
74 Gadis penipu yang ditipu
75 Gadis Unik
76 Makan siang
77 Menolak
78 Curhat
79 Tiba-tiba datang
80 Part tambahan
81 Penolakan yang ke sepuluh kali untuk Pak Dev
82 Tidak menyangka dipertemukan secepat ini
83 Dia sudah berubah menjadi Billionaire
84 Membentang jarak
85 Akan berusaha meraih hatimu kembali
86 Nostalgia
87 Bertemu di rumah sakit
88 Membayar kompensasi & menjelaskan
89 Salah angka
90 Kesalahpahaman lain
91 Nasehat dari wanita terhebat
92 Kesalahpahaman kedua
93 Meluruskan kesalahpahaman
94 Makan siang
95 Perseteruan
96 Taman
97 Mengantar pulang
98 My bunny sweety
99 Kamar mandi
100 Kesialan yang beruntun
101 Rumah Pak RT
102 Berhasil pulang
103 Diskusi bersama keluarga
104 Harap cemas menantikan hari esok
105 Di rumah sakit
106 Permintaan Nenek Lusi
107 Persiapan pertunangan
108 Pertunangan sederhana
109 Restu
110 Pesona Tuan Chaiden
111 Suapan penuh cinta
112 Berkunjung ke rumah nenek Lusi
113 Biarkan dulu semua seperti ini
114 Kata penutup
115 Berakhir atau tidak?
116 Sedikit cerita tentang Martin
117 Sejenak terpukau pada kesopanannya
118 Sama sama menantikan seseorang
119 Berlarian dipinggir pantai
120 Mulai tumbuh rasa kagum
121 Praduga yang salah
122 Cafe
123 Akhir dengan dilema
124 Istana Tuan Putri
125 Belang tersembunyi
126 Isi kado yang aneh
127 Kalung liontin
128 Rumah kuno
129 Kesakitan Tuan Putri
130 Menuju rumah kuno
131 Usaha ditengah terjebak macet
132 Penyelamat tak terduga
133 Jejak Darah
134 Hutapea atau Senja
135 Periksa keseluruhan
136 Arsel dan Rengga
137 Demam
138 Membawa Ke rumah sakit.
139 Jangan sungkan
140 Ternyata
141 Apakah dia cemburu?
142 Menjenguk
143 Menghapus bekas
144 Di ruangan Senja
145 Orang yang tepat untuk si kembar?
146 Mengingatkan pada seseorang
147 Jadwal mendadak
148 Pulang kerumah
149 Tumbangnya pohon pepaya dan seumbruk bayam
150 Kekacauan di kamar mandi
151 Menu makan malam dirumah Senja
152 Tetap kamu yang bikin kita ketawa
153 Berlalu
154 Pertama kali berpenampilan beda
155 Pertama kali mendatangi rumah bak istana
156 Terlepas
157 Terungkap
158 Ungkapan
159 AKU MENCINTAI GADIS UNIK
160 Lamaran kedua
161 Bertemu anak jalanan
162 Sah
163 Bahagia
164 Ucapan terimakasih
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Berangkat ke Amerika
2
Keberangkatan
3
Istirahat di Apartemen
4
Ternyata anakku pemimpin relawan
5
Pengumuman Up
6
Berangkat kerumah sakit
7
Tidak bisa menjadi pangeran komedi
8
Kakak, malaikat tak bersayap
9
Kembalinya senyum Taka
10
Berbincang
11
Bergantian menginap
12
Makan malam
13
Candaan
14
Makan malam dengan nikmat
15
Ulah duo koplak
16
Telpon dari si Mbok
17
Pertama kali akan naik motor
18
Suasana berbeda
19
Menunggu
20
Berbisik lembut
21
Taka ingin menangis didepan Bunda saja
22
Efek samping yang menyiksa
23
Telpon dari Rengga
24
Kita semua akan menunggu, kamu pasti bisa seperti dulu
25
Mengukir kenangan indah
26
Pertemuan satu kali, tapi masih diingat
27
Bingung dan khawatir
28
Kamu tidak kenapa-kenapa?
29
Ejekan untuk Tuan Putri Ketiga
30
Telah memiliki kekasih
31
Alberto Grissham Chaiden
32
Rencana kembali ketanah air
33
Si kecil yang gemesin
34
Aku menyukai mu
35
Aku minta maaf
36
Secantik orang yang memakainya
37
Tindakan bodoh untuk mengukir kenangan indah
38
Lelaki penebar senyum
39
Mereka akan pulang
40
Sama sama tidak mampu mengucap janji
41
Sebelum pulang
42
Mau disini nemenin Om
43
Kenangan kedua yang tanpa mendasar
44
Aku benci pertemuan
45
Kondisi kembali drop
46
Telah sampai di Jakarta
47
Memesan makanan diwarung
48
Arsel dan Rengga terus berdebat
49
Miris & prihatin
50
Ucapan terima kasih
51
Anak buah yang mengabaikan tugas
52
Berbalas pesan
53
Pertengkaran di kantin
54
Panggilan video dari Albert
55
Senja
56
Sepenggal cerita
57
Cobaan bertubi-tubi
58
Mis Riweh
59
Menikmati Senja Sore
60
Nata terlambat masuk kantor
61
Pesan
62
Mis riweh memang jahil
63
Merindukan
64
Story WhastApp
65
Pesta kejutan untuk Safana
66
Ini lah kejutan yang sesungguhnya
67
Om sudah pulang
68
Melanjutkan pesta ulang tahun
69
Takdir jodoh sedang bermain main
70
Obrolan serius
71
Menikmati sore bersama
72
Tempat mengeluarkan unek-unek
73
Gadis gila
74
Gadis penipu yang ditipu
75
Gadis Unik
76
Makan siang
77
Menolak
78
Curhat
79
Tiba-tiba datang
80
Part tambahan
81
Penolakan yang ke sepuluh kali untuk Pak Dev
82
Tidak menyangka dipertemukan secepat ini
83
Dia sudah berubah menjadi Billionaire
84
Membentang jarak
85
Akan berusaha meraih hatimu kembali
86
Nostalgia
87
Bertemu di rumah sakit
88
Membayar kompensasi & menjelaskan
89
Salah angka
90
Kesalahpahaman lain
91
Nasehat dari wanita terhebat
92
Kesalahpahaman kedua
93
Meluruskan kesalahpahaman
94
Makan siang
95
Perseteruan
96
Taman
97
Mengantar pulang
98
My bunny sweety
99
Kamar mandi
100
Kesialan yang beruntun
101
Rumah Pak RT
102
Berhasil pulang
103
Diskusi bersama keluarga
104
Harap cemas menantikan hari esok
105
Di rumah sakit
106
Permintaan Nenek Lusi
107
Persiapan pertunangan
108
Pertunangan sederhana
109
Restu
110
Pesona Tuan Chaiden
111
Suapan penuh cinta
112
Berkunjung ke rumah nenek Lusi
113
Biarkan dulu semua seperti ini
114
Kata penutup
115
Berakhir atau tidak?
116
Sedikit cerita tentang Martin
117
Sejenak terpukau pada kesopanannya
118
Sama sama menantikan seseorang
119
Berlarian dipinggir pantai
120
Mulai tumbuh rasa kagum
121
Praduga yang salah
122
Cafe
123
Akhir dengan dilema
124
Istana Tuan Putri
125
Belang tersembunyi
126
Isi kado yang aneh
127
Kalung liontin
128
Rumah kuno
129
Kesakitan Tuan Putri
130
Menuju rumah kuno
131
Usaha ditengah terjebak macet
132
Penyelamat tak terduga
133
Jejak Darah
134
Hutapea atau Senja
135
Periksa keseluruhan
136
Arsel dan Rengga
137
Demam
138
Membawa Ke rumah sakit.
139
Jangan sungkan
140
Ternyata
141
Apakah dia cemburu?
142
Menjenguk
143
Menghapus bekas
144
Di ruangan Senja
145
Orang yang tepat untuk si kembar?
146
Mengingatkan pada seseorang
147
Jadwal mendadak
148
Pulang kerumah
149
Tumbangnya pohon pepaya dan seumbruk bayam
150
Kekacauan di kamar mandi
151
Menu makan malam dirumah Senja
152
Tetap kamu yang bikin kita ketawa
153
Berlalu
154
Pertama kali berpenampilan beda
155
Pertama kali mendatangi rumah bak istana
156
Terlepas
157
Terungkap
158
Ungkapan
159
AKU MENCINTAI GADIS UNIK
160
Lamaran kedua
161
Bertemu anak jalanan
162
Sah
163
Bahagia
164
Ucapan terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!