Perasaan tidak enak

"Kak Jendris?" seru Cindy yang baru saja menghampiri Jendris di ruang tamu

Jendris langsung berdiri dengan tersenyum ke arah Cindy yang tengah bingung atas kedatangannya ke rumahnya malam-malam

"Kak Jendris kok bisa ada disini? Hmm, terus tau rumah aku darimana?" Cindy masih menggunakan bahasa yang sopan, bagaimana pun Jendris adalah seniornya di kampus

"Dari teman Kamu, Jeffri"

"Hmm. Kak Jendris ngga usah terlalu formal sama aku kak. Aku kan juniornya Kak Jendris" Cindy merasa sedikit resah

Jendris tersenyum lalu mengangguk "Ok kalau itu mau lo"

"Duduk dulu kak. Aku mau ke belakang dulu buatin minuman" saat Cindy hendak berbalik, Bi Imah datang membawa nampang berisi 2 gelas jus jeruk

"Oh Bibi? Baru aja aku mau ke belakang"

"Ngga apa-apa Neng. Silakan Mas di minum" ia menyuruh Jendris untuk meminum jus jeruk tersebut "Bibi ke belakang dulu yah Neng" pamitnya

Cindy duduk berhadapan dengan Jendris "Kak Jendris ada apa perlu apa sama aku? Kok malam-malam gini banget datangnya?" ia memulai pembicaraan dengan ramah

"Ia. Gue sebenarnya mau minta maaf" sahut Jendris dengan wajah penuh rasa bersalah

Kening Cindy berkerut "Minta maaf? Untuk apa Kak?"

"Untuk masalah Jeffri tadi. Gue bukan sengaja mau dorong Jeffri. Tapi kaki Jeffri ngga sengaja ke injak kaki gue" Jendris mulai menjelaskan dengan situasi yang terjadi sore tadi

Cindy semakin tidak mengerti "Hmmm. Kak. Sebenarnya aku ngga ngerti. Terus permasalahannya tuh dimana?"

"Gue takut lo jadi salah paham. Dan ngira gue sengaja dorong Jeffri. Gue juga udah minta maaf kok sama dia"

Cindy seketika langsung terkekeh "Terus itu apa hubungannya sih kak sama aku? Dan ngapain juga Kak Jendris takut aku jadi salah paham?"

Jendris terlihat memicingkan matanya "Bukannya lo lagi dekat sama Jeffri?"

"Dekat?" Cindy mengulangi ucapan Jendris "Dekat sih dekat. Aku kan sama Jeffri udah lama temenan"

"Cuma teman?" ulang Jendris

Cindy mengangguk "Ia kak. Aku sama Jeffri udah temenan dari SMA. Makanya kami dekat"

Jendris mengangguk lalu tersenyum "Hmm. Kalau gitu, gue balik duluan yah? Maaf ganggu lo malam-malam" ucapnya setelah berdiri

Cindy ikut berdiri "Ngga apa-apa. Aku ngga ngerasa diganggu kok" sahutnya dengan begitu ramah dan ceria

Yah, seperti itulah Cindy. Mudah berbaur, selalu ramah meski pada orang yang baru ia kenal, dan selalu tampak ceria sehingga orang-orang disekelilingnya menyukai kehadirannya

***

"Jeffri. Lo yang ngasih tau alamat gue yah ke Kak Jendris?" Cindy datang-datang langsung membelah tempat duduk di tengah yang disana, ada Jeffri dan Dita yang terlebih dahulu sudah datang

"Apa-apaan sih? Main nyempitin aja" ketus Dita yang menggeser duduknya

Sedangkan Jeffri yang sudah terbiasa langsung berpindah posisi ke kursi satunya "Ia. Kemarin dia minta maaf ke gue. Dan sekalian minta alamat rumah lo. Sebenarnya gue ngga mau ngasih. Tapi dia maksa terus. Katanya ada hal penting yang mau di bicarain ke lo. Akhirnya gue kasih"

"Kak Jendris?" celetuk Dita yang baru mendengarkan

"Semalam dia datang ke rumah lo?" cetus Jeffri dengan waspada

Cindy mengangguk santai "Ia semalam Kak Jendris datang. Dan juga minta maaf ke gue"

"What? Bentar deh. Maksudnya Kak Jendris yang baby face temannya Kak Arsya itu?" setiap nama lelaki tampan yang keluar dari mulut Dita selalu mendapatkan pujian

"Emang selain Kak Jendris temannya Kak Arsya yang kita kenal tuh siapa lagi?"Cindy menaruh tasnya di belakangnya

"Emang dia minta maaf apa?" Jeffri semakin penasaran

Cindy tidak langsung menjawab. Tidak mau jika Jeffri berpikir macam-macam karna semalam ia mengatakan kepada Jendris bahwa mereka hanya berteman. Ia tau Jeffri menyukai dirinya sejak SMA

"Adalah. Cieee mulai penasaran" Cindy mengalihkan pembicaraan dan tertawa begitu santai untuk membuat Jeffri tidak menanyakannya lagi

"Lo yah. Udah main rahasiaan sekarang yah? Mentang-mentang ditaksir cowok ganteng lo" hardik Dita dengan kesal

"Udahlah ngga penting" Cindy melambaikan tangannya "Hari ini lo ngga ngasih gue coklat?" ia menengadahkan tangannya pada Jeffri

Jeffri tersenyum dan membuka ranselnya kemudian meraih sebungkus coklat lalu memberikannya pada Cindy "Ini"

"Makan coklat mulu lo Cin tiap pagi. Ngga takut gemuk apa? Body lo tuh udah bagus" tegur Dita yang risih melihat Cindy terus memakan coklat tiap pagi

"Ngga! Buktinya tiap pagi gue makan coklat, tapi berat badan gue ngga nambah-nambah tuh" sahut Cindy yang tidak peduli dan terus saja melahap coklat miliknya

"Jeff. Besok-besok ngga usah kasih dia coklat deh. Ngga sehat juga makan coklat tiap pagi" ketus Dita pada Cindy

Jeffri dan Cindy tertawa "Tuh dengerin Emak gue ngomel Jeff" ledek Cindy

"Gue ngga salah Dit. Masa Cindy minta gue ngga kasih? Padahal kan cuma coklat" tukas Jeffri yang tertawa

"Itu karna kebiasaan lo dari SMA ngasih dia coklat. Tuh liat sekarang hasilnya. Pagi-pagi bukannya nyari sarapan malah nyari coklat" ujar Dita dengan kesal

"Ya udah sih. Ngga usah ngomel-ngomel dong. Gue makan coklat tiap pagi tuh biar hidup gue bisa manis dari pagi sampai malam" cetus Cindy dengan santai namun berhasil membuat Dita dan Jeffri terdiam menatap temannya itu

Cindy yang merasa diperhatikan kedua temannya melirik satu persatu. Sepertinya, ucapannya lagi-lagi membuat kedua temannya tampak kasihan padanya karna selalu ditinggal oleh orangtuanya ke Kanada

"Biar hidup gue ngga hambar kayak kalian berdua" sambung Cindy lalu tertawa puas setelah melihat kedua temannya kini menatap kesal dirinya

***

"Kars!" Arin memanggil Arsya saat kakak lelakinya itu baru saja masuk ke Fakultas mereka bersama beberapa teman lainnya setelah melakukan latihan di secret tim LTW

Arin dan Arsya hanya berbeda 1 tahun. Arin berada di angkatan 1, yang sama dengan Cindy namun berbeda kelas. Sedangkan Arsya berada di angkatan 2 bersama Jendris

Arsya menoleh ke belakang "Apa?" tanyanya dengan malas

"Minta uang jajan dong? Uang aku habis nih" Arin menengadahkan tangannya kepada kakaknya dengan santai

Arsya mendesah lalu meraih dompetnya yang berada di saku celana bagian belakangnya. Mengambil beberapa lembar uang pecahan 100 ribuan, dan memberikannya kepada Arin

"Nih. Jangan terlalu boros. Uang jajan gue dalam sebulan habis cuma belanjain lo" tegur Arsya yang sudah beberapa kali menasihati adiknya yang terlalu banyak menghabiskan uang

"Kars tuh cuma punya 1 adik. Harusnya memang itu kewajiban Kars. Bye, gue pergi" Arin melambaikan tangannya menjauhi kakaknya

"Kenapa dia makin boros?" guman Arsya yang mengembalikan dompetnya ke saku celananya

"Ayo" salah satu teman Arsya memegang pundaknya hingga membuat ia menoleh dan hendak pergi dari sana

Ia berpapasan dengan Cindy, Dita dan Jeffri yang akan menuju kantin Fakultas mereka. Tatapan tidak suka Arsya berikan kepada ketiganya. Namun Dita membalasnya dengan terus tersenyum. Jeffri hanya menampilkan wajah datar, sedangkan Cindy terlihat santai

"Ayo cepetan" Cindy menarik tangan Dita untuk menjauh jika tidak mau temannya itu akan membuat ulah jika di depannya saat ini adalah orang yang paling ia sukai

"Cindy apa-apaan sih? Gue belum puas liatin mukanya Kak Arsya tau" protes Dita setelah mereka sampai di kantin akibat seretan Cindy

"Lo yang benar aja? Lo ngga liat tatapan dia kayak ngga suka banget sama kita? Kalau lo mau sih sendiri aja sana" tukas Cindy dengan santainya dan berlalu memesan makanan

"Ngeselin banget sih" Dita terus menggerutu kesal

"Sendiri aja sana" Jeffri berbisik dengan menirukan suara Cindy

"Diam lo" bentak Dita yang membuat Jeffri tertawa

***

"Lo kenapa Cin?" tegur Jeffri setelah mereka berada di kelas dan bersiap-siap akan pulang

"Ia. Gue perhatiin kok selama pelajaran ini lo diam terus?" timpal Dita yang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas

"Gue juga ngga tau. Tapi kenapa yah perasaan gue kok kayak ngga enak banget? Gue sama sekali belum pernah ngerasain perasaan kayak gini. Rasanya dada gue sesak banget" Cindy memegang dadanya dengan perasaan sesak yang ia rasakan sejak tadi

"Lo sakit?" Jeffri tiba-tiba memegang kening Cindy "Tapi badan lo ngga demam kok"

"Gue ngga sakit Jeff. Tapi gue ngga tau gue ini kenapa" Cindy berkali-kali menarik napas lalu membuangnya

"Mau gue temenin ngga malam ini?" Dita menawarkan diri untuk menemani sahabatnya

"Boleh. Kayaknya gue ngga bisa tenang deh" wajah Cindy bahkan terlihat pucat

"Ayo, gue bantuin keluar. Kali ini lo yang bawa mobilnya Dit. Jangan Cindy" ujar Jeffri yang membantu Cindy berdiri

"Ia. Biar gue yang bawa mobil" sahut Dita yang meraih tas Cindy

Mereka bersama-sama memegang lengan Cindy untuk membantunya berjalan menuju parkiran. Di parkiran, mereka bertemu dengan Jendris dan Arsya yang hendak masuk ke dalam mobil

"Cindy" Jendris menyapa Cindy dengan hangat

Namun berbeda dengan Arsya yang menatap jijik pada Cindy. Bahkan Cindy sendiri tidak tau kenapa pria itu selalu menatap dirinya dengan tatapan jijik

"Kenapa dia selalu natap gue gitu? Emangnya gue punya salah apa ke dia?"

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

semangat Kak Upnya !! aku selalu mendukung kak

2021-05-06

1

putiganis07

putiganis07

ntar jg jd benci tapi cinta, bucin si arsya😂😂😂😂😂😂
mak kue nya udah jd belom

2021-05-06

1

nayara AZS

nayara AZS

aku gak suka arsya😭... hhhiiiiiiiiii takut🤣🤣

2021-05-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!