Didunia ini ada hal yang bisa kita kendalikan sesuai dengan apa yang kita inginkan, tapi ada juga yang tidak akan pernah bisa berubah, walau kita sudah meruntuhkan dunia, atau bahkan mati mengorbankan nyawa. Seperti matahari yang terbit dari timur, dan tenggelam diufuk barat, begitu juga dengan langit yang tidak akan mungkin bersatu dengan bumi.
Sekeras apa pun Tina membujuk Jefry, tak juga bisa merubah keputusan yang sudah Jefry buat bersama sang ayah.
Tahun demi tahun berlalu, tak sedikit pun juga semua usaha Tina memperjuangkan hak putranya Tryoon membuahkan hasil, Dan pada akhirnya, ambisi itu mulai menguasai dirinya. Iman yang hanya setebal ari, semakin mempermudah iblis menyesatkan jiwa wanita cantik itu.
Sementara Avram, yang sudah memiliki tanggung jawab yang tidak lah ringan, semakin jauh dari dunia. Hari harinya terlewati hanya untuk belajar, dan terus belajar. Semakin jauh dari senyum dan tawa, bahkan juga semakin jauh dari cinta dan belas kasihan.
Namun ada yang sedikit berbeda, hubungannya dengan Tryoon sudah mengalami perkembangan. Tryoon yang diberi perintah oleh Jefry dan tuan besar Taddeo untuk membantu sekaligus belajar ilmu tentang bisnis dari Avram, tentu saja setiap hari akan berada disekeliling kakak tirinya itu. Dari sana lah keduanya kini tak nampak lagi seperti orang asing, walau Avram masih sangat pelit akan senyum dan juga kata katanya.
Sementara Vonny, selama lima belas tahun belakangan ini, semakin menyibukan diri dengan kegiatan amalnya. Seusai ia rampung dengan urusan rumah besar Taddeo, Vonny akan langsung pergi kesemua panti yang biasa ia kunjungi secara bergantian setiap harinya, dan setelahnya ia akan langsung pergi keyayasan amal yang ia dirikan, sekaligus juga ketempat ibadah yang berada disana, dan sudah tentu Vonny juga yang membangunnya.
Hanya dengan melipat kedua tangannya, dan duduk tertunduk didepan Tuhan, Vonny selalu menumpahkan segala gundah yang menguasai hatinya. Tak jarang Vonny menitikan airmata, jika mengenang kisah rumah tangganya.
Walau Jefry tidak pernah mengabaikannya, tapi tetaplah sakit itu ada jika harus hampir setiap hari, dan setiap saat menyaksikan kemesraan sang suami dengan madunya. Bahkan hanya untuk tidur seranjang bersama, Vonny harus menanti giliran dua minggu lamanya.
Belum lagi tentang Avram, yang tumbuh menjadi seorang pemuda tampan berdarah dingin. Tak memiliki belas kasihan, tak ada cinta, apa lagi takut akan Tuhan. Bahkan Avram sampai bisa menganggap seorang wanita hanya budak harta dan pria.
Hanya satu wanita yang Avram percaya, hanya ibunda tercinta, Vonny Abraham. Tapi itu tidaklah cukup bagi Avram untuk bisa mengikuti dan mendengar semua nasehat Vonny.
"Selamat sore ibu.!" sapa Avram setelah ia turun dari dalam mobilnya, dan menghampiri Vonny yang sudah berdiri menunggunya dihalaman gereja.
"Selamat sore tampan ibu." balas Vonny sembari merengkuh lengan Avram mesra, dan tersenyum penuh asa kepada putranya. "Kita berdoa sebentar ya, sebelum kembali kerumah..?" ajak Vonny berharap.
Avram menghentikan langkahnya, dan secara perlahan melepaskan rengkuhan tangan Vonny dilengannya. "Ibu saja yang berdoa, aku tunggu disana." tunjuk Avram kesebuah kursi yang berada ditaman gereja.
"Avram.!" seru Vonny sendu, dengan mata yang sudah bekabut sedih.
"Jika ibu merasa selama ini ada kebaikan dari Tuhan, silahkan ibu lanjutkan doa ibu dan mengunjungi tempat ini. Tapi, jangan pernah memaksaku itu melakukannya." ucap Avram dingin.
Vonny menghembuskan nafas frustasinya, pilu dan teramat sakit, melihat sang putra yang menjadi manusia bagai iblis tanpa rasa. Hingga diusia Avram yang kini dua puluh lima Tahun, tak juga sesekali Avram mau mengunjungi rumah Tuhan, bahkan untuk berdoa atau menyebut kata Tuhan saja Avram sangatlah enggan.
"Baiklah, tunggu ibu sebentar ya..?" kata Vonny, sebelum ia memasuki gereja, dan Avram melangkah menuju kursi. Hampir tiga puluh menit Avram menanti disana sendirian, dengan ditemani lampu taman yang mulai menyala temaram, karena hari sudah semakin petang.
Dalam sinar dikejauhan sebuah bayangan yang mengusik mata tajam Avram tertangkap dengan samar samar. Sosok bayangan bergaun biru, dengan tangan kanan yang menggenggam sebuah benda berwarna merah serta buku, rambut hitam yang tergerai dengan indahnya, semakin menggoda mata Avram.
Tanpa sadar Avram bangkit dari duduknya, dan tanpa ia sadari pula, kakinya mulai bergerak mengikuti bayangan itu.
Sayup sayup indra pendengaran Avram menangkap suara yang begitu merdu dan juga lembut, sebuah lagu yang disenandungkan oleh sosok tersebut. Hatinya tiba tiba saja tergelitik, kala mendengar kekehan lucu nan indah dari sosok bayangan itu.
Avram semakin mendekat, dan sosok itu semakin samar terlihat. Hanya suara indahnya saja yang mampu Avram tangkap dengan jelas. Avram memainkan kedua matanya, dengan maksud agar ia bisa melihat dengan jelas sosok yang kini mulai menghilang dari balik pintu kayu, yang secara perlahan dan samar, memperlihatkan senyuman sang bayangan bergaun biru.
"Avram.!" panggil Vonny seraya menepuk salah satu pundak Avram, dan berhasil membuat pria tampan itu terjingkat kaget.
"Ibu.!" sahut Avram seraya menepuk nepuk dadanya.
"Sedang apa kamu disini.? bahkan sejak tadi ibu memanggilmu, tapi kamu sama sekali tidak menjawab." kata Vonny heran.
"Tidak apa apa, aku hanya sedang ingin melihat lihat tempat yang sangat dipuja oleh ibu ini." balas Avram.
"Sudahlah, jangan memulai lagi. Ayo kita pulang.!" ajak Vonny menggandeng lengan Avram.
Avram pun membalas dengan mengusap lembut telapak tangan Vonny yang berada dilengannya. Melangkah bersama menuju kehalaman dimana mobil terparkir, dan untuk kemudian meninggalkan tempat yang dipenuhi cinta dan kasih serta berkat itu.
Lima belas tahun berlalu, Avram bocah tampan yang dulu berusia sepuluh tahun, kini sudah menjelma menjadi pemuda tampan berusia dua puluh lima tahun. Sejak usia Avram menginjak dua puluh tahun, Avram sudah mulai memegang kendali akan kerajaan bisnis Taddeo.
Walau tampuk kepemimpinan masih diduduki oleh sang ayah Jefry, tapi Avram tetap mendapatkan tugas beratnya. Kegiatan Avram hanya berkutat dengan pendidikan dipagi hingga siang hari, dan selepas itu akan ia habiskan hanya untuk mengurusi perusahaan Taddeo.
Bersama Tryoon, Avram menjalankan tugas dan kewajiban yang sudah diletakkan dipundaknya sejak ia baru melihat cantiknya wajah sang ibunda. Tugas dan kewajiban yang tak akan bisa dilakukan oleh siapa pun juga, termasuk Tryoon. Avram, sosok manusia berhati batu, dan sisi iblis yang lebih dominan, tapi memiliki kepintaran yang belum tentu dimiliki orang lain, bahkan oleh ayah dan juga kakeknya sendiri.
💕 Jangan lupa ya gaes tinggalkan jejaknya. LIKE VOTE RATE dan kirimkan GIFT kalian melalui poin poin yang kalian miliki 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
ɾιɳι🖤
sakit tak berdarah 🤧 sabar ya vonny😞
semangat kak del ❤❤
2021-05-11
1
💞®²👸ᖽᐸ🅤ᘉᎿ🅘💞
next semangat kk
2021-05-11
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
lanjut kk
2021-05-11
0