Taman lavender

Setiap kali kita memiliki beban, pasti kita akan mencari tempat ternyaman yang mampu menenangkan Fikiran. Tak jarang juga kita akan mencari teman untuk mendengarkan keluh kesah kita, dan meminjamkan bahunya untuk bersandar.

Itulah yang acap kali Vonny Abraham lakukan, disebuah taman bunga lavender yang sengaja ia buat dilahan rumah besar Taddeo tepat disamping kamar tidurnya. Terdapat bangku panjang besi berwarna putih yang selalu menjadi tempat bagi Vonny menikmati pagi atau senja hari, seraya menghirup aroma bunga lavender yang bermekaran.

Disana Vonny selalu menangis dalam diamnya, berkeluh kesah kepada udara dan alam, serta kepada Tuhan dengan suara lirih didalam dasar hatinya. Walau airmata itu berusaha sekuat hati ia tahan, tapi pada akhirnya sesekali jari lentik wanita itu terpaksa harus menghapus jejak cairan bening yang sempat terjun bebas membasahi pipinya.

"Ibu.!" seru Avram mengagetkan Vonny, dan dengan segera menghapus jejak airmatanya.

Avram duduk disamping Vonny, dan menatap wajah sang ibunda penuh selidik. Avram mengarahkan pandangannya kedepan, dan mengeraskan rahangnya.

"Ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan kepada ibu.?" tanya Vonny seraya mengusap lembut kepala Avram.

"Tidak ada.!" jawab datar Avram.

Vonny tersenyum manis "ceritakan kepada ibu, ada sesuatu yang terjadi.? atau ada seorang gadis yang membuat putra ibu ini jatuh hati..?" canda Vonny.

Avram diam tak bergeming menanggapi kelakar sang ibu, bahkan seutas senyum tipis pun tak ada ia munculkan. Entah apa yang ada dihati Avram, sampai ia bisa hidup bagai manusia tanpa nyawa dan rasa sejak usia dini.

"Aku akan berbagi cerita, jika ibu juga mau berbagi cerita denganku, dan tidak memendam semuanya sendirian." kata Avram kemudian.

Vonny tertegun, dan untuk sesaat lidahnya kelu dengan mata yang menatap wajah dingin Avram sendu.

"Avram.!" panggil lemah Vonny "tidak semua masalah orang dewasa bisa diceritakan dan diketahui oleh anak anak. Para orang dewasa memiliki cara sendiri dalam mengatasi masalah mereka." kata lembut Vonny.

"Apa ibu menikmati semua ini.?" tanya Avram kembali.

"Tentu saja, dan ibu sangat bahagia. Ibu bisa selalu berada disisimu dan merawatmu. Tentu ibu sangat menikmati semuanya, karena bagi ibu hanya kamu lah segalanya." Vonny memeluk tubuh Avram erat.

Dadanya tiba tiba saja terasa sesak, pedih rasanya hati itu kini. Bertahan bersama sang suami, memendam segala jenis racun yang setiap hari diberikan kebatinnya, demi berada disisi sang putra, menjaga dan merawat sang putra setiap saat. Tapi Vonny harus terus terluka dengan melihat sang putra yang tumbuh dengan sikap tak sewajarnya.

Ibu mana yang tak akan terluka akan tekanan yang dihadapi sang putra tercinta. Sekuat apa pun Vonny berusaha untuk membuat Avram bersikap layaknya anak anak seusianya, semua terbuang percuma. Avram tetaplah menjadi pribadi yang tidak bisa ditebak, dan semakin dingin saja.

"Untuk makan malam nanti, apa kamu mau ibu buatkan sesuatu..?" tawar Vonny berusaha untuk membujuk sang putra.

"Tidak ibu, terimakasih. Apa pun yang tersaji dimeja aku bisa memakannya." jawab Avram.

"Apa kamu tidak merindukan makanan buatan ibu..?" tanya Vonny dengan menampilkan mimik wajah merajuk.

"Aku sangat merindukannya ibu. karena dengan memakan masakan buatan ibu, aku bisa melihat senyum indah ibu yang sudah lama hilang." kata Avram seraya menggenggam tangan halus sang ibu.

Avram, bocah pintar itu memang secara diam diam dan tanpa diketahui Vonny dan juga Jefry, selalu mengawasi gerak gerik kedua orangtuanya. Bahkan apa yang dilakukan sang ibu tirinya Tina, dan juga sang kakek serta adiknya Tryoon, Avram pun mengetahuinya.

Dan hal yang paling Avram sukai adalah, saat ia sedang mencuri pandang kegiatan Vonny didapur. Karena dari sana, Avram bisa melihat senyum indah Vonny terbit dibibir manisnya. Avram akan sangat memuja moment tersebut, dan tak sedetik pun Avram melewatkannya walau hanya untuk mengedipkan mata saja.

"Selamat sore ibu, kakak.!" sapa Tryoon menghentikan aksi kedua ibu dan anak yang sedang saling memandang.

Tryoon membungkukkan sedikit badannya dihadapan Vonny dan Avram. Vonny mengulurkan tangan kearah Tryoon, dengan menyelipkan senyuman yang sangat meneduhkan hati.

"Kemarilah putraku.!" kata Vonny tulus. Tryoon mendekati Vonny, dan untuk sesaat menikmati dekapan hangat dari wanita berusia tiga puluh enam tahun itu. "Bagaimana kabarmu hari ini.?" tanya Vonny lagi.

"Sangat baik ibu.!" jawab Tryoon tersenyum "ibu dan kakak sendiri bagaimana.?" tanya balik Tryoon kemudian.

"Ibu sangat baik. Kalau kakakmu, lihat saja sendiri bagaimana.?" kata Vonny seraya menunjuk Avram dengan melirikan matanya.

"Ya, kakak terlihat seperti biasanya, tetap tampan." kata Tryoon. Vonny terkekeh, begitu juga Tryoon, tapi tidak dengan Avram. Bocah itu menanggapi hanya dengan menganggukan kepalanya, dan menatap Tryoon dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.

Akhirnya kebersamaan disenja hari itu, mereka lalui bersama. Walau Avram tak ada sedikit pun tertawa dan tersenyum dalam candaan dan gurauan yang diciptakan oleh Vonny dan Tryoon, tapi paling tidak Avram bisa memberikan reaksinya dengan sesekali menjawab candaan mereka.

Hingga matahari benar benar tenggelam diufuk barat, dan langit yang semula senja kini berganti gelap, kebersamaan mereka barulah usai. Memasuki rumah besar bersama, dan langsung duduk menempati kursi mereka masing masing diruang makan. Menunggu sang tuan besar turun dari kamarnya dilantai dua, dan juga menunggu Tina yang juga masih berada dikamarnya.

"Selamat malam semuanya." sapa Tina manja, dan kemudian mencium kepala sang putra Tryoon sebelum ia mendudukan bokongnya dikursi.

"Selamat malam.!" jawab Vonny ramah.

"Selamat malam ibu." jawab Tryoon, sementara Avram hanya menganggukan kepalanya saja, dan tanpa mau melihat wajah Tina barang sedikit saja.

Tak lama tuan besar pun hadir disana, dan makan malam pun dimulai. Tanpa ada Jefry, karena pria berusia tiga puluh delapan tahun itu, tengah berada di daratan eropa guna melakukan perjalanan bisnisnya. Tak ada suara yang terucap dari bibir mereka dimeja makan itu, yang terdengar hanya dentingan sendok dan garpu yang saling beradu dengan piring kristal yang mereka gunakan sebagai alas makan.

💕 Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat 💕

Terpopuler

Comments

Kadek Pinkponk

Kadek Pinkponk

benar' menyentuh

2021-08-28

1

Siti Rosita

Siti Rosita

yg sabar ya vonny

2021-07-26

0

🦉KRISNA AB

🦉KRISNA AB

semangat vonny

2021-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!