Menyesal

Setelah mang diman mengantarkan ku ke terminal bus, mengantarkan ku ke bus yang akan ku naikin, mang diman masih menunggu ku hingga bus membawa ku menjauh pergi dari kota kelahiran ku.

Pukul 4 sore aku berangkat dari Jakarta,

sampai di bandung hampir pukul tujuh malam , terlihat banyak pereman di sekitar terminal membuat aku takut. Aku melihat alamat rumah bibi ku, ku hembuskan napas lelah ku, entah bagaimana nasib ku kali ini, sudah malam aku bingung harus kemana, aku tak tau terminal ini karena ini kali pertama aku keluar kota tanpa orang tua.

Ku langkah kan kaki ku menuju tempat yang lebih ramai, dengan rasa takut yang menyelimuti ku.

Ini pertama kali aku keluar kota sendiri di hari yang juga sudah gelap. Beruntung pereman terminal itu seperti tak tertarik pada ku, syukurlah.

Aku berjalan tak tentu arah, hingga langkah ku terhenti ketika mendapati banyak pedagang kaki lima yang berjejer rapi di hadapan ku dengan gerobaknya, banyak pedagang yang menjual nasi goreng, bakso, batagor, dan lainya lagi.

Melihat itu semua membuat perut ku bunyi, tanda cacing di perut ku minta jatah makannya.

Aku melangkah menuju salah satu pedagang itu, duduk di bangku plastik dekat gerobaknya. Terlihat ada pasangan paruh baya yang juga seperti sedang menunggu pesanannya.

"Bang bakso nya satu. "Ucap ku pada pedagang itu.

"Iya neng. Campur neng "ucap pedagang bakso itu.

"Iya bang"ucap ku

"Tunggu sebentar ya neng "ucap pedagang bakso.

"Iya bang "ucap ku.

"Mau kemana neng" ucap ibu paruh baya yang juga sedang menunggu pesan bakso nya.

Aku tak langsung menjawab, bicara dengan orang asing membuatku takut, tak di jawab pasti aku akan di anggap sombong.

Aku menghela napas dan menjawab "mau kerumah bibi saya" ucap ku, sambil menunduk. Sedih, tentu saja mengingat kejadian hari ini.

"Sendiri aja neng." Kali ini bapak - bapak yang bersama ibu itu yang bertanya. Sepertinya mereka pasangan suami istri.

Belum sempat aku menjawab pedagang bakso datang dengan membawa mangkok bakso pesanan ku. Aku mengucapkan terima kasih setelah pedagang bakso menyimpan mangkuk di hadapanku.

Aku makan dengan lahap, meskipun banyak masalah yang ku hadapi, tapi entah kenapa perutku tak bisa di ajak kompromi. Aku juga sampai melupakan pertanyaan yang di lontarkan bapak-bapak tadi.

Setelah makan ibu yang tadi bertanya padaku kembali bertanya.

"Nama kamu siapa?"

"Putri bu"ucap ku, aku menunduk bicara terlalu lama dengan orang asing membuat aku takut tapi melihat senyum ibu dan bapak itu sedikit membuat ku tenang.

"Nama ibu Siti dan ini bapak Soleh." Ibu Siti memperkenalkan dirinya tanpa aku bertanya. Aku tersenyum canggung pada nya.

" kamu mau ke rumah bibi kamu, kalo boleh tau alamatnya di mana?. Siapa tau kami bisa bantu antarkan"ucap bapak soleh, yang baru aku ketahui nama nya dari ibu tadi. Aku senang mendengarnya. Aku sangat berharap ada orang yang menolongku meskipun ada rasa takut di hatiku pada orang baru, tapi ada sedikit titik terang di hatiku mendengar ada orang yang mau membantuku.

"Iya pak sebentar "ucap ku seraya membuka tas kecil yang berisi kan hp dan uang jajan seperti apa yang di katakan bunda saat di rumah sebelum aku pergi tadi.

Aku mengorek isi tas kecil ku, tapi tak kunjung ku temukan kertas kecil bertuliskan alamat rumah bibi ku, aku mengeluarkan barang - barangnya tapi tetep tak ku temukan kertas yang sedang ku cari.

Aku tak kuasa menahan isak tangis ku, pikiran ku kalut entah harus kemana aku mencari kertas itu.

Bu siti mendekat ke arah ku dan memeluk ku, cukup menenangkan ku, beliau menanyakan di mana terakhir kali aku melihat kertas itu, aku bilang tadi di terminal.

Kami kembali ke terminal bus mencari kertas berisi kan alamat rumah bibi ku, tapi setelah hampir satu jam kami mencari kertas kecil itu, tak kunjung di temukan juga.

Aku duduk di pinggir jalan memeluk lutut ku bingung harus kemana, aku menangis di temani gelap nya malam, bising nya kendaraan yang saling bertautan, dan sepasang paruh baya yang menemani ku dari tadi.

Entah harus kemana lagi aku melangkah. Lelah perjalanan jauh ditambah lagi dengan berbagai masalah hari ini membuat aku di selimuti perasaan campur aduk sedih, hancur, marah, kecewa pada Rio yang telah membuat hidup ku berantakan seperti ini, seandainya aku tidak ikut dengan mereka dan tidak berbohong pada bunda, mungkin semuanya tidak seperti ini, seandainya dan seandainya hanya itu yang melintas dipikirkan ku, penyesalan yang tiada guna karena semua sudah terjadi.

Bu Siti mengajakku untuk ikut dengannya ke rumahnya. Aku tidak menolak karena aku sudah sangat lelah, entah bagaimana nasib ku, ikut dengan mereka kalau-kalau mereka orang jahat, aku sudah tak peduli umurku masih enam belas tahun tapi aku sudah hamil diluar nikah lagi. Semua cita-cita yang sudah aku bayangkan akan terwujud, dan semua harus terhempas sebelum aku melangkah, sekarang aku pasrah dengan keadaan ini.

Ternyata benar bu siti dan suaminya membawa aku kerumahnya. Rumah sederhana dengan cat putih nya. Aku di tempat kan bu siti di kamar anaknya yang katanya sedang menempuh pendidikan di Jakarta. Aku membersihkan diri di kamar mandi yang ada di dekat dapur, karena hanya itu satu-satunya kamar mandi di rumah ini. Aku keluar dari dari kamar mandi lengkap dengan baju tidur ku yang yang aku bawa tadi ke kamar mandi.

Aku melewati bu Siti yang sedang duduk di sofa menonton tv beliau menawarkan aku makan, jelas aku menolak karena masih kenyang karena tadi makan bakso.

Eh kayaknya ada yang aku lupakan, aku lupa membayar bakso apa mungkin Pak Soleh yang membayarkan baksoku?. Aku masuk ke kamar dengan mengeutuki kebodohan ku, karena melupakan membayar bakso nya, karena tadi aku terlalu panik. Aku baringkan tubuhku di ranjang yang hanya muat satu orang ini, mungkin besok aku akan menganti uang baksonya, dan besok aku akan mencari kontrakan supaya tak terlalu banyak merepotkan pasangan paruh baya itu.

Aku melihat kamar ini, poster Rock, gitar yang di gantung di dinding, lemari baju, meja belajar, lengkap dengan buku yang di susun rapi, kamar laki-laki sekali. Ku pejamkan mataku untuk memulihkan kekuatan untuk hari esok, aku tak boleh menyerah begitu saja, aku harus semangat menjalani hidup, terlebih lagi ada makhluk kecil tumbuh di perutku.

Aku mengusap perutku.

Mama akan menjaga mu nak walaupun kita hanya akan hidup berdua nantinya. Ucap ku.

Dan akhirnya aku terlelap, memulai berpetualang di alam mimpi.

🍁🍁🍁🍁

Maaf ya banyak typo😊

Jangan lupa tinggalkan jejak ya Gays biar othor tau siapa aja orang baik hati yang mampir ke karya receh othor😊😊😊

Othor juga menerima kritik dan saran ya, jadi jangan sungkan memberi kritikkannya

Terpopuler

Comments

Iin Rahayu Ny Prasetyo

Iin Rahayu Ny Prasetyo

💖

2021-12-31

0

auliasiamatir

auliasiamatir

lanjut Thor..

salam hangat dari ku.


"cinta tak pernah mati"

2021-11-15

0

lina

lina

sedih amt y,

2021-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!