Pergi

Setelah sebulan kejadian itu aku sering muntah pagi kadang pusing, bunda sering ajak aku buat periksa ke dokter, tapi aku selalu menolak, aku selalu bilang aku baik-baik saja.

Hingga hari pertama masuk sekolah SMA aku sudah siap berangkat pagi-pagi sekali karena hari itu hari pertama MOS (masa orientasi sekolah), seperti biasa pagi-pagi pasti muntah bunda melarang ku untuk sekolah, tapi aku bilang aku baik-baik saja, dan memang aku baik-baik saja jika sudah siang hanya pagi hari saja aku sering muntah dan pusing, setelah meyakinkan bunda aku baik-baik saja aku berangkat ke sekolah.

Mungkin karena MOs jadi murid baru lebih banyak di lapangan itu membuat kepala ku pusing, tapi aku memaksakan diri untuk melanjutkan. Hingga waktu pulang tiba aku di jemput bunda. Saat di perjalanan pulang aku meminta bunda menghentikan mobil nya di pinggir jalan, aku turun dan muntah - muntah di pinggir jalan. Bunda juga turun membantu memijat tengkukku. Setelah selesai, bunda memberikanku air putih botol. aku ingin berdiri di bantu bunda tapi aku malah tak sadarkan diri. Hanya suara samar bunda memanggil namaku.

Aku sadar. Langsung aroma obat menyeruak ke penciumanku, aku melihat ruangan serba putih dan di sampingku ada bunda yang menunggu ku dengan mata bengkak seperti habis menangis.

Setelah cairan infusku habis, bunda membawa ku pulang. Mampir di apotek sebentar untuk menebus obat. Dari rumah sakit sampai rumah bunda tidak bicara apapun padaku entah kenapa?.

Sampai rumah ternyata ada ayah ah ada sedikit kebahagiaan menyelusup ke lerung hatiku, melihat ada ayah di rumah. Wajar saja sudah satu tahun lebih aku tak berjumpa dengan ayah, karena tugas ayah sebagai abdi negara membuat ku jarang bertemu dengan ayah.

Aku memeluk ayah dengan perasaan haru, bahagia rasanya bertemu orang yang kita sayangi setelah sekian lama.

"ayah kapan pulang "ucap ku

" baru saja "ucap ayah

" ya udah kamu mandi dulu gih bau"ucap ayah sambil menutup hidung dengan tangannya.

Aku cemberut tapi tetap menurut, aku pergi ke kamarku setelah berpamitan pada bunda yang masih saja diam.

Biasanya bunda cerewet apalagi sekarang ada ayah yang baru pulang. Kami selalu berpelukan bertiga, saat kepulangan ayah, tapi tidak hari ini, entah apa yang mengganggu pikiran bunda sehingga beliau menjadi sangat pendiam.

Setelah mandi aku keluar kamar, menemui orang tua ku yang sedang di ruang keluarga duduk di sopa.

Apa yang terjadi "fikir ku melihat ayah yang sedang mengeraskan rahang, dengan wajah yang memerah dan tangan yang mengepal, seperti tengah menahan amarah, dan bunda yang tengah menangis. Entah menangisi apa?.

" ayah, bunda, kenapa? "tanya ku pada mereka.

Ayah berdiri dan menghampiriku dan menamparku keras.

Ayah menamparku, baru kali ini ayah menamparku seumur hidupku, jika aku membuat kesalahan pasti beliau hanya menegurku saja.

Apa salah ku hingga ayah marah sampai mengangkat tangannya padaku.

"Ayah, "teriak Bunda.

" Diam"bentak ayah pada bunda.

Aku hanya diam dengan lelehan air mata yang tak bisa ku bendung keluar dari manikku. Menangis dan bertanya - tanya di benakku, kenapa ayah bisa se marah ini padaku, padahal baru tadi kami berpelukan menyalurkan rasa rindu karena lama tak bertemu.

"Entah kesalahan apa aku di masa lalu hingga memiliki anak sepertimu, tidak tau di untung. Hamil di luar nikah bahkan umur mu, baru menginjak enam belas tahun"ucap ayah sambil menatap marah pada ku.

"Hamil"ucapku pelan

Bunda menghampiri ku dan membawa ku ke pelukannya seraya berurai air mata.

"Ya, dengan susah payah ayah menjaga mu, putri kecil ayah yang selalu aku bangga kan ternyata telah mencoreng nama baik keluarga Adelio." Ayah menunjuk wajahku dengan jarinya telunjuknya sementara jari yang lain mengepal kuat. "Karena itu saya perintah kan Adelia putri angkat kaki dari rumah saya sekarang juga "

" Ayah " ucap bunda

Shok sungguh aku bingung harus kemana jika pergi dari rumah ini. Rumah dimana aku di besarkan dengan kasih sayang bunda dan ketegasan sang ayah.

Bunda masih saja memohon agar aku tak di usir dari rumah, tapi ayah tetap lah ayah, dan perintah tetaplah perintahnya yang tidak bisa di di negoisasi.

Aku pergi ke kamarku di lantai dua, mengemasi baju ku, dengan isak tangis dan air mata yang menghiasi wajahku. Tak banyak baju yang ku bawa hanya secukupnya tas sekolah ku, bunda datang ke kamar ku dan bemberiku selembar kertas dan uang seratus ribuan satu ikat karet.

"Ini alamat bibi kamu di bandung datang ke sana ya. Jangan kemana-mana, biar nanti setelah ayahmu sadar, dan menyesal telah mengusir putri cantik nya, kami akan langsung menjemput mu, uang ini simpan di tas mu dengan baju dan celengan mu sisakan sedikit saja untuk keperluan mu di perjalanan simpan di tas kecil mu, tunggu bunda akan menjemput mu secepatnya "ucap bunda

" iya bunda "ucap ku

"Jaga kesehatan ya jaga juga calon cucu bunda "ucap sambil mengelus perutku, aku tau ada kesepedihan dari ucapan bunda. Aku juga terkejut kenapa ayah bilang aku hamil apa karena apa yang di lakukan Rio padaku di kebun teh itu, jadi aku bisa hamil.

" Iya bunda"ucapku

"Siapa laki-laki yang telah melakukan itu padamu adel? Bunda akan cari dia dan menikahkan kalian "tanya bunda.

"Jangan bunda, aku gak ingin ayah dan bunda malu, dan orang akan bertanya tanya, kenapa aku menikah di usia muda, biarkan aku pergi saja bunda "ucap ku pada bunda. Aku tidak ingin merusak nama baik keluarga, apalagi jika berita ini terdengar tetangga juga atasan ayah.

"Bunda tidak ingin kamu pergi, tapi perintah ayah juga tak bisa di bantah. Mang diman akan mengantarkanmuk sampai terminal bus, kamu hati-hati yah"ucap bunda

"Iya "ucap ku, bunda memeluk ku erat seolah tak ingin berpisah, begitupun dengan aku membalas pelukannya tak kalah erat.

"Bunda akan segera menjemput mu" Lagi-lagi itu yang katakan. Bunda sambil mencium Puncak kepala ku.

Bunda mengantarku sampai aku masuk mobil, sebenarnya bunda ingin ikut dengan ku tapi ayah menarik tangan nya masuk ke dalam rumah. ku pandangi rumah orang tuaku, rumah dimana aku di besar kan dengan kasih sayang ayah bunda.

Pergi meninggalkan berjuta kenangan indah yang pernah dilaluiku di sana dengan ayah bunda.

Dan pergi meninggalkan malu untuk orang tua ku.

Maafkan aku ayah bunda telah membuat kalian malu karena kesalahan ku, seandainya aku dapat menjaga diri, mungkin semua tidak akan seperti ini, aku menyayangi kalian. Sampai jumpa lagi di kemudian hari. Batin ku sambil memandangi rumah orang tua ku yang perlahan menghilang di telan kejauhan.

🍁🍁🍁🍁

Jangan lupa tinggalkan jejak ya Gays biar othor tau siapa aja orang baik hati yang mampir ke karya receh othor imut ini hehehehe,,, tingkat PdNya kambuh 😂😂

Author juga menerima kritik dan saran yak,,, jangan sungkan memberi kritikannya...

Terpopuler

Comments

Alya Yuni

Alya Yuni

Itlah kvodohnmu Adel

2022-11-29

0

Iin Rahayu Ny Prasetyo

Iin Rahayu Ny Prasetyo

kok nyesek ya bacanya 😥

2021-12-31

0

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

Astaghfirullahalazim... dalam keadaan mengandung di usir dari rumah tanpa arah tujuan dan d umur yang masih muda. apa tak ada perasaan belas kasih pada anak sendiri?

2021-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!