Setelah meminta izin pada Bu Siti dan Pak Soleh, dan perabotan rumah juga sudah terjual, membagikan sebagian ke tetangga, aku dan Aska berangkat ke Jakarta seminggu sebelum Aska masuk sekolah, Bu Siti tak kuasa menahan tangisnya melepas kepergian ku , beliau mengantarkan ku sampai ke Terminal Bus, aku dan Bu Siti saling memeluk menyalurkan rasa kasih sayang kami, 16 tahun bersama Bu Siti dan Pak Soleh, membuat aku menganggap mereka seperti orang tuaku sendiri, begitupun juga dengan mereka yang menganggap aku sebagai anaknya, dan Aska sebagai cucu mereka.
setelah drama tangis sebelum aku berangkat, Aku berangkat meninggalkan Bu Siti dan Pak Soleh yang masih menatap kepergian ku , hingga aku ku tak dapat melihat mereka lagi, karena ditelan kejauhan titik Aska juga sama sepertiku, dia juga sangat menyayangi mereka, tapi mungkin karena Aska punya keinginan bersekolah di Jakarta, membuat dia tetap ingin berangkat ke Jakarta meninggalkan Bu Siti dan Pak Soleh yang selalu membantu merawatnya, Tapi Aska juga bilang kalau dia akan selalu mengunjungi kakek dan neneknya itu, begitu pula dengan aku .
sampai di Jakarta Aku dan Aska langsung menuju rumah yang akan aku beli setelah aku mencari di internet kemarin, rumah sederhana yang dekat dengan sekolah Aska dan dan terdapat di pinggir jalan, aku berniat membuka toko baju di rumah itu aku juga sudah bicara dengan pemilik rumah yang akan dijua Q5l padaku itu di di FB, dan sudah memutuskan harganya tinggal mengurus surat-surat dan pembayarannya saja.
Beruntung Aska yang jarang minta apa-apa padaku, membuat aku bisa menabung lebih, hasil kerja menjahit ku selama 15 tahun.
dari hasil kerja ku, setiap bulannya, aku hanya mengambil untuk membayar kontrakan dan keperluan ku sehari-hari, juga uang jajan Aska, sisanya aku selalu menabung, hingga sekarang aku bisa membeli rumah sederhana dan membuka usaha baru ku di sini, awalnya uang itu untuk keperluan sekolah Aska, tapi karena Aska mendapat beasiswa dan ingin sekolah di Jakarta membuat aku aku harus memakai uang itu untuk membeli rumah.
Sampai di rumah yang akan aku beli, aku disambut oleh sang pemilik rumah, setelah mengurus surat-surat dan pembayaran rumah selesai, penjual rumah pamit padaku dan Aska, aku dan Aska membersihkan rumah ini, yang nampak kosong dan berdebu, tidak ada kursi atau apapun, hanya ada tikar yang sudah usang.
" Aska kamu istirahat aja biar biar mama yang beresin" ucapku pada Aska, melihat Aska yang sudah lelah karena perjalanan jauh Membuatku Tak Tega.
" Tidak apa-apa mah, aku ingin membantu mama" ucap Aska, dan aku membiarkan Aska membantuku, karena Aska anak yang tak mau dibantah, jika itu untuk membantuku ibunya.
setelah beres aku dan Aska duduk lesehan di lantai, mengistirahatkan tubuh yang lelah sehabis perjalanan jauh, dengan disambut pekerjaan membereskan rumah.
Aku mendengar suara perut Aska, sepertinya anak itu lapar tapi tak bicara, begitulah jika Aska ingin apa-apa pasti selalu menahannya, daripada bicara pada ku.
"Lapar " ucapku, Aska hanya tersenyum padaku, aku mengajak Aska ke seberang jalan, ada penjual ketoprak dengan gerobaknya, aku dan Aska menghampirinya dan memesan 2 porsi untuk Ku dan Aska.
Selesai makan aku dan Aska pergi mencari toko peralatan rumah, karena rumah masih kosong jadi banyak yang harus aku beli.
Naik angkot beberapa menit akhirnya aku dan Aska menemukan toko elektronik, aku dan Aska turun dari angkot dan membayar, kami masuk ke toko dan membeli peralatan rumah seperti kompor dan gas nya, dan alat dapur lainnya, aku juga membeli mesin jahit dan mesin obras, untuk aku bekerja, dan juga kasur untuk aku dan Aska.
Saat kami akan pulang, tiba - tiba ada seseorang yang menarik tangan aska, Aska berhenti berjalan begitupun aku juga replek berhenti, Aska berbeda balik untuk melihat Siapa yang menarik tangannya, begitupun juga aku ingin tahu siapa yang telah menarik tangan anakku.
Terlihat wanita paruh baya yang sedang memegang tangan Aska, dan menatap lekat, aku mengerutkan keningku bingung, dengan apa yang dilakukan wanita paruh baya itu.
" Maaf Bu ada yang bisa kami bantu" Tanyaku padanya.
wanita paruh baya itu reflek melepaskan tangan Aska, setelah aku bertanya padanya.
"Eh maaf nak, tadi ibu Bu reflek menarik tangan Nya, kamu mirip sekali dengan anak ibu waktu remaja" ucapan Ibu paruh baya itu.
"tidak apa-apa bu, saya mengerti, mungkin anak saya hanya mirip dengan anak ibu "ucap ku.
" iya mungkin "ucap ibu itu sambil tersenyum,
" eh anak nya, saya pikir tadi adek ini adik nya si eneng nya, abis si nengnya keliatan masih muda "ucap ibu itu.
" ibu bisa aja "ucap ku tersipu,
"Nama nya siapa? Siapa tau kalo ketemu di jalan kita bisa saling sapa," ibu-ibu itu mengulurkan tangannya padaku, Aku juga dengan senang hati menyambutnya.
"Nama saya Putri bu, dan ini anak saya Aska "ucap ku.
Aku tidak ingin menggunakan nama kecilku Adelia.
karena aku selalu ingat tentang kejadian buruk itu, makanya jika aku berkenalan dengan orang baru, aku selalu berkenalan dengan nama belakangku, begitupun dengan Bu Siti dulu.
"Nama ibu Fatimah , salam kenal ya" ucap ibu Fatimah,
"iya bu"ucap ku
"Lagi belanja ya, banyak banget belanja nya"ucap ibu Fatimah sambil menatap para pekerja toko yang sedang mengangkat barang yang aku beli ka mobil kap.
"iya bu soalnya baru pindahan, jadi di rumah masih kosong "ucap ku
"Oh pindahan dari mana?" tanya bu Fatimah,
"dari bandung bu"ucap ku.
"kenapa tidak dengan suami belanja nya? "
Aku menghela nafas, pertanyaan bu fatimah , membuat Aku mengingat laki-laki yang sudah merusak ku, luka yang sudah rapat, seakan kembali mengangkat, Aku membenci laki-laki itu, laki-laki yang telah merusak ku, Dia mungkin sekarang bahagia dengan keluarganya , sedangkan aku aku harus berjuang sendiri, membesarkan Aska, dan mencari nafkah sendiri, tak luput juga aku dan Aska harus menerima hinaan, dan tatapan merendahkan dari orang-orang, beruntung saja aku bisa bertemu Bu Siti dan Pak Soleh di kota orang.
Dan sekarang aku kembali ke kota Kelahiranku, entah bagaimana perasaanku, jika seandainya aku dipertemukan dengan laki-laki B*******k itu.
Beruntung aku tak perlu menjawab pertanyaan ibu Fatimah, karena Aska yang dari tadi diam mulai membuka suaranya.
"Mah kata supir pick up nya, kita mau bareng apa mau naik angkot, soalnya belum tau alamat rumah nya"ucap Aska
"Yaudah bareng ajah"ucap ku, sayang kan uangnya, buat beli beras, kalo ada mobil mau ke rumah, kenapa harus naik angkot, nebeng aja walaupun penuh, menjadi single parent membuat aku harus pandai mengatur uang.
"Bu Fatimah saya permisi dulu ya sudah di tunggu "ucap ku pamit pada bu Fatimah.
" iya hati-hati, kalo ketemu lagi ngobrol lagi ya "ucap Bu Fatimah.
" iya bu insyaallah Assalamualaikum "ucap ku
" Wa'alaikumsalam "jawab bu Fatimah, aku dan Aska naik mobil pick up, aku dan Aska naik, mobil di belakang, Aska menyuruh ku duduk di depan, tapi aku menolak Aku tidak mau berduaan dengan sopir, aku lebih baik duduk dibelakang dengan Aska dan pegawai yang mengangkut barang duduk di depan dengan sopir, Bukannya aku tidak ingin duduk di depan dengan nyaman di kursi, tapi berduaan dengan laki-laki masih menjadi trauma bagiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Iin Rahayu Ny Prasetyo
👍💖
2021-12-31
0
auliasiamatir
fix.. Mak nya Rio kali yah
2021-11-16
0
Embun Kesiangan
akhirnya bun baru tahu, pemeran utamanya bernama Putri😘semangat Putri, semangat Jan🙏😍😘💞nti bun lanjut y🙏✌
2021-09-06
0