Through 3 - TRUTH IS REVEALED

"Cassie..." Suara panggilan tiba-tiba memutus percakapan antara Cassie dan Tony.

Keduanya bangun dan berbalik hanya untuk mendapati kedua orangtua mereka sudah berdiri di sana.

"Ayah, Ibu.." Cassie lantas bergerak menuju keduanya dan mengecup pipi ayah dan ibunya, mengabaikan wajah kaku dua orang itu karena sedikit terkejut.

"Sejak kapan kalian berdiri di sana?" Wajah Tony tampak memandang keduanya curiga. Apakah mereka menguping percakapannya dengan Cassie?

"Kami baru saja sampai, Antony.." Countess Henrington maju dan membenahi sedikit kancing jas Tony yang terbuka. "Sepertinya Ayahmu memiliki hal yang harus ia bicarakan dengan Cassie. Bukan begitu, Sayang?"

Earl Henrington menatap istrinya hingga kemudian tersadar sesuatu, "Oh ya... Cassie, ikut Ayah ke ruang kerja."

Cassie yang heran, masih berdiri di tempatnya. Menatap kepergian sang ayah lalu ke arah ibunya.

"Cassie? Apa yang kau tunggu, Nak?" Pertanyaan ibunya itu lantas menyadarkan Cassie.

Buru-buru gadis itu menyusul Earl Henrington, sementara Tony hanya melihat kepergiannya.

"Apa yang dibutuhkan Ayah dari Cassie?" Tony memandang wajah cantik sang ibu yang mulai dihiasi keriput halus karena usia. Beberapa bagian kulitnya tampak terlalu putih. Mungkin efek make up dan beberapa krim perawatan yang mengandung arsenik itu.

"Ibu tidak tahu, Antony," jawab sang countess. "Jangan memandang Ibumu seperti itu... Ngomong-ngomong berapa lama kau akan pergi ke Maurice, Sayang?"

Melihat ibunya mengganti topik, Antony tahu ia tidak akan mendapatkan apapun jika memaksa. Ibunya tidak akan membocorkan sedikit pun, jadi peluangnya hanya bertanya langsung pada Cassie nanti.

Ia bukan khawatir tanpa sebab, tetapi lebih pada perasaan aneh karena tidak biasanya sang ayah memanggil putri bungsu satu-satunya itu untuk berbicara berdua. Mereka terkadang mendiskusikan segala hal di meja makan karena sempitnya peluang mereka menghabiskan waktu bersama.

"Hanya beberapa hari, mungkin juga satu minggu. Tergantung kondisinya," jawab Antony sekenanya.

......................

Cassie tengah duduk di hadapan ayahnya ketika pria paruh baya itu secara tiba-tiba mengembuskan napasnya lelah. Seolah baru saja ia ditimpa beban berat sebelumnya.

"Ayah? Ada apa? Tidak biasanya Ayah akan memanggilku seperti ini..." Cassie tahu jika ia sudah dipanggil seperti ini kemungkinannya ada dua. Jika itu bukan hal yang menyangkut hukumannya karena kesalahan atau semacamnya, maka ada hal lain yang harus ia jaga. Seperti sikapnya mungkin?

Tetapi Cassie tidak pernah menampakkan perilaku buruk sebelumnya. Kecuali diam-diam bertemu dengan Duke Richard atau menghabiskan waktu bersama saat di Westley dua bulan lalu.

Oh, tidak! Apakah ada seseorang yang mengetahui tentang itu lalu berkata pada ayahnya?!

Cassie merasakan kegugupan yang mendadak memenuhi rongga dadanya. Perlahan bulir keringat halus memenuhi pori kulitnya yang lembut dan terawat.

Ia tidak bisa menanggungnya, jika sang ayah tiba-tiba meminta penjelasan tentang hubungannya. Tidak sebelum Duke Richard mengungkapkan isi hatinya ada Cassie.

Pria itu hanya terus meracau tentang menginginkannya, melihatnya terus menerus, tapi belum sekali pun mengatakan tiga kata pamungkas yang ia tunggu.

Belum. Belum saatnya, Cassie...

"Sampai kapan kau akan terus mengajar, Cassie?"

Lontaran pertanyaan ayahnya yang berbeda topik dengan pikirannya semula membuat Cassie tertegun sejenak. "Apa? Maksudku, kenapa ayah mengatakannya?"

"Ayah bertanya padamu, Nak." Kedua mata biru milik ayahnya memandang Cassie dengan tatapan serius. "Kau tidak mungkin akan terus mengajar, bukan?"

"Tapi kenapa, Ayah? Aku suka mengajar." Cassie merasakan ada ganjalan pada tenggorokannya. Sepertinya hal yang selama ini tidak pernah ia khawatirkan akan terjadi.

Ayahnya akan memintanya berhenti.

"Segera selesaikan urusan mengajarmu itu dan fokuslah untuk mencari pasangan, Cassie!" tegur sang ayah. Sangat sejalan dengan dugaan di kepala anak perempuannya itu.

Cassie menunduk. Ia mencintai hobinya mengajar. Bertemu anak-anak, berinteraksi dengan mereka, melambungkan mimpi-mimpi mereka yang bahkan mungkin hanya akan dicapai satu dua orang di antaranya.

Ia mengajar untuk mengatasi segala kesepiannya. Sesuatu yang selama ini selalu ia peroleh saat berada di kediaman, tanpa Antony.

"Ayah tahu aku suka mengajar." Cassie bersikeras meski nada suaranya melemah. Air matanya menggenang di pelupuk matanya. Wajahnya tertunduk menatap lantai di mana kedua sepatu mengkilapnya terlihat saling menapak.

"Cassie, sudah saatnya kau serius dengan kehidupanmu." Nada suara ayahnya semakin tegas. Tidak menginginkan bantahan Cassie.

Saat itu Cassie tahu, ayah dan ibunya hanya membiarkannya sejenak sebelum memutus semua hal yang menjadi kesenangannya sejak kecil. Tidak boleh bermain dengan anak-anak lain, tidak boleh mengeluh, tidak boleh ini-itu.

"Ya. Jika itu yang Ayah inginkan dariku." Cassie berdiri. Ia tidak sanggup lagi menahan tumpahan air mata karena kesedihannya yang akan sewaktu-waktu jatuh.

Ia tidak ingin ayahnya tahu jika ia menangis. Tidak. Tidak lagi. Namun, siapa sangka jika ayahnya pun kadang masih bersikap terlalu tegas padanya.

"Jangan menangis. Kau bisa melakukan hobimu yang lain," ucap Earl Henrington begitu Cassie hendak meraih gagang pintu.

Cassie tidak menjawab. Ia hanya melenggang pergi menuju kamarnya. Mengabaikan Antony yang melihat kepergiannya ke lantai atas mansion mereka saat melewati ruang keluarganya.

"Cassie!"

Ia tidak menoleh. Bahkan ia tahu, ibunya pun tidak berkeinginan untuk menghentikannya. Sekadar menghibur atau mendinginkan kegundahannya. Ia hanya terus berlari tanpa memedulikan sekitarnya.

Cassie menutup pintu kamarnya yang megah dan tidur menelungkup di atas bantal bersarung sutera lembut warna keemasan. Ia kalah. Air matanya merembes turun membasahi bantal besar itu, meninggalkan jejak di permukaannya.

"Cassie..." Tiba-tiba suara Antony sudah terdengar di belakangnya. Kakaknya itu selalu saja tidak pernah membiarkannya menangis sendirian. Sekali pun ia mengusirnya.

"Biarkan aku sendiri, Tony," katanya dengan terisak.

"Apa? Apa yang dikatakan Ayah hingga kau menangis seperti ini? Katakan padaku, Cassie!" Antony tidak mengindahkan pengusiran Cassie. Bersikeras meminta penjelasan.

Sungguh Antony hanya tidak ingin adiknya yang cantik jelita itu menangis. Ia terlalu menyayangi Cassie kecilnya yang penurut itu. Gadis itu meski sudah dewasa tetapi masih nampak seperti adik kecil di matanya. Adik yang selalu mengekorinya ke mana-mana, penurut dan selalu lebih cerdik darinya.

Cassie tidak menjawab. Tubuhnya hanya bergetar karena tangis yang tertahan.

"Cassie katakan padaku." Antony mengambil duduk di tepi ranjang besar Cassie, lalu menepuk bahu gadis itu. Memintanya untuk berbalik.

Cassie, meski pun ia benci untuk menampakkan wajahnya yang penuh tangis pada Tony, hanya bisa pasrah lalu berbalik dan terduduk.

"Tony.. Ayah memintaku berhenti mengajar." Cassie menghambur ke pelukannya begitu selesai mengatakan itu pada Antony.

Merasa memahami maksud ayahnya, Antony hanya balas memeluk adiknya itu, berusaha melontarkan penghiburan. "Cassie... Ayah hanya ingin kau tidak terlalu lelah di luar. Kau tahu, kau adalah gadis terbaik di seluruh Zoya."

"Bohong!" Cassie memotong kalimat Antony yang hanya pembualan semata. "Hanya karena aku wanita bangsawan dan semua orang membicarakannya seolah itu adalah hal menjijikkan!" Ia tidak mengangkat kepalanya sama sekali. Semakin larut dalam isaknya.

"Cassie?" Antony menepuk punggung Cassie, berusaha menegakkan tubuh gadis itu. Biarpun Cassie adiknya, tetapi posisi mereka sebagai dua orang dewasa tampak tidak bagus untuk Antony. Terlebih bentuk tubuh adiknya itu adalah tubuh yang kerap jadi idaman para pria.

Sungguh Antony harus mengenyahkan pikirannya itu!

Cassie akhirnya menurut lalu menegakkan tubuh dan menerima uluran sapu tangan Antony. "Kau tahu aku sangat mencintai anak-anak."

Antony mengangguk, "Lalu kenapa kau tidak berusaha menikah saja lalu memiliki anak-anakmu sendiri, Cassie?"

Tidak! Tidak semudah itu, batin Antony.

Pria yang menjadi calon adiknya harus melewati banyak ujian darinya sebelum bisa mewujudkan kata-kata yang ia ucapkan. Masa bodoh dengan sikap posesifnya pada sang adik.

"Jangan bodoh! Aku tidak punya kekasih!"

"Kau yakin?"

Pertanyaan Antony sungguh tidak tepat. Tidak di saat Cassie merasa sedih karena harus meninggalkan hobinya, tetapi karena ia memikirkan ucapan Antony untuk menikah.

"Kenapa diam saja? Jadi benar kau sudah punya kekasih?"

Cassie melotot pada kakaknya. "Tony!"

"Siapa bajingan yang berhasil merayumu, Cassie?"

"Dia bukan bajingan."

"Aku tidak peduli. Katakan saja namanya padaku supaya aku bisa melihat baik buruknya pria itu untuk adikku."

"Dia- Dia Duke Richard," cicitnya lirih. Berharap Antony tidak mendengar ucapannya.

"Apa?!"

Terpopuler

Comments

Yukity

Yukity

Hadir dengan ninggal jejak Thor...

Saling dukung yuk...
salam dari
CINTA UNTUK YULIA

2021-09-01

1

Nunu Pertiwi

Nunu Pertiwi

apa?

2021-07-28

1

نورالجنة √🍁 _✍︎

نورالجنة √🍁 _✍︎

Otw bawa pedang habisi aja tih badboy 😁😁😁

2021-06-01

1

lihat semua
Episodes
1 VISUAL
2 Through - PROLOG
3 Through 1 - MEET THE DUKE
4 Through 2 - CONVERSATION WITH VISCOUNT OF DUNNHAM
5 Through 3 - TRUTH IS REVEALED
6 Through 4 - DUKE CLIFFORD'S MANSION
7 Through 5 - THE RUMOR
8 Through 6 - COUNTESS HENRINGTON
9 Through 7 - PRINCESS MARIGOLD INVITATION
10 Through 8 - LADIES AND TWO PRINCES
11 Through 9 - THE PALACE LIBRARY
12 Through 10- WINE FOR ALL
13 Through 11 - PRINCE BENJAMIN WRANGLER
14 Through 12 - AN ACCIDENT
15 Through 13 - THE REASON BEHIND
16 Through 14- IS IT A DEAD END? (EXTRA MAP HISPATIA)
17 Through 15 - HE IS NOT GOOD FOR YOU
18 Through 16- WHAT THE LADY ASKED FOR
19 Through 17 - THE PROPOSAL
20 Through 18 - A LETTER FROM THE DUKE
21 Through 19 - THE OBEDIENT LADY
22 Through 20 - LEMME TO KNOW YOU, MY LADY
23 Through 21 - CONFUSED
24 Through 22 - HIDDEN TRUTH
25 Through 23 - WHO IS HER MOTHER?
26 Through 24 - HIS FINAL DECISION
27 Through 25- THE LADY'S CONFESSION
28 Through 26- SAID YES
29 Through 27 - MAURICE
30 Through 28- MESMERIZED
31 Through 29- FOR THE FIRST WE HAD
32 Through 30- LITTLE INTERRUPTION
33 Through 31- THE ENGAGEMENT DAY
34 Through 32- THE LADY IN RED
35 Through 33 - HIS FRIENDS
36 Through 34 - BENEATH THE SURFACE
37 Through 35 - BETWEEN HER AND HIM
38 Through 36- SAY IT!
39 Through 37 - UNDER THE SPELL
40 Through 38 - JEALOUSY
41 Through 39 - COMPLETELY YOURS
42 Through 40- SOMETHING HIDDEN
43 Through 41 - LITTLE FUSS
44 Through 42 - INTRUDER
45 Through 43 - THE DAY AFTER
46 Through 44 - DIDNT SEE HIS COMING
47 Through 45 - WHO'S BEHIND HIM
48 Through 46 - THE GUEST
49 Through 47 - UNEXPECTED
50 Through 48 - BECAUSE I LOVE YOU
51 Through 49 - FIGHT FOR YOU
52 Through 50 - KIDNAPPED
53 Through 51 - THE IMMORAL MAN
54 Through 52 - YOUR ENEMY AS CLOSE AS A PULSE
55 Through 53 - THE SAVIOR
56 Through 54 - SAFE AND SOUND
57 Through 55 - HIS LOST (BEN POV)
58 Through 56 - HIS SORROW (BEN POV)
59 Through 57 - HIS DETERMINATION (BEN POV)
60 Through 58 - THE MONTHS AFTER
61 Through 59 - PLEASE, FORGIVE ME...
62 Through 60 - LOOKING FOR YOU, FINDING HIM
63 Through 61 - DON'T DIE EASILY
64 Through 62 - PROMISE ME
65 Through 63 - THROUGH YOUR HEART
66 Through - EPILOG
67 EXTRA PART 1 - HAINE
68 EXTRA PART 2 - EVERYTHING WILL BE OK
Episodes

Updated 68 Episodes

1
VISUAL
2
Through - PROLOG
3
Through 1 - MEET THE DUKE
4
Through 2 - CONVERSATION WITH VISCOUNT OF DUNNHAM
5
Through 3 - TRUTH IS REVEALED
6
Through 4 - DUKE CLIFFORD'S MANSION
7
Through 5 - THE RUMOR
8
Through 6 - COUNTESS HENRINGTON
9
Through 7 - PRINCESS MARIGOLD INVITATION
10
Through 8 - LADIES AND TWO PRINCES
11
Through 9 - THE PALACE LIBRARY
12
Through 10- WINE FOR ALL
13
Through 11 - PRINCE BENJAMIN WRANGLER
14
Through 12 - AN ACCIDENT
15
Through 13 - THE REASON BEHIND
16
Through 14- IS IT A DEAD END? (EXTRA MAP HISPATIA)
17
Through 15 - HE IS NOT GOOD FOR YOU
18
Through 16- WHAT THE LADY ASKED FOR
19
Through 17 - THE PROPOSAL
20
Through 18 - A LETTER FROM THE DUKE
21
Through 19 - THE OBEDIENT LADY
22
Through 20 - LEMME TO KNOW YOU, MY LADY
23
Through 21 - CONFUSED
24
Through 22 - HIDDEN TRUTH
25
Through 23 - WHO IS HER MOTHER?
26
Through 24 - HIS FINAL DECISION
27
Through 25- THE LADY'S CONFESSION
28
Through 26- SAID YES
29
Through 27 - MAURICE
30
Through 28- MESMERIZED
31
Through 29- FOR THE FIRST WE HAD
32
Through 30- LITTLE INTERRUPTION
33
Through 31- THE ENGAGEMENT DAY
34
Through 32- THE LADY IN RED
35
Through 33 - HIS FRIENDS
36
Through 34 - BENEATH THE SURFACE
37
Through 35 - BETWEEN HER AND HIM
38
Through 36- SAY IT!
39
Through 37 - UNDER THE SPELL
40
Through 38 - JEALOUSY
41
Through 39 - COMPLETELY YOURS
42
Through 40- SOMETHING HIDDEN
43
Through 41 - LITTLE FUSS
44
Through 42 - INTRUDER
45
Through 43 - THE DAY AFTER
46
Through 44 - DIDNT SEE HIS COMING
47
Through 45 - WHO'S BEHIND HIM
48
Through 46 - THE GUEST
49
Through 47 - UNEXPECTED
50
Through 48 - BECAUSE I LOVE YOU
51
Through 49 - FIGHT FOR YOU
52
Through 50 - KIDNAPPED
53
Through 51 - THE IMMORAL MAN
54
Through 52 - YOUR ENEMY AS CLOSE AS A PULSE
55
Through 53 - THE SAVIOR
56
Through 54 - SAFE AND SOUND
57
Through 55 - HIS LOST (BEN POV)
58
Through 56 - HIS SORROW (BEN POV)
59
Through 57 - HIS DETERMINATION (BEN POV)
60
Through 58 - THE MONTHS AFTER
61
Through 59 - PLEASE, FORGIVE ME...
62
Through 60 - LOOKING FOR YOU, FINDING HIM
63
Through 61 - DON'T DIE EASILY
64
Through 62 - PROMISE ME
65
Through 63 - THROUGH YOUR HEART
66
Through - EPILOG
67
EXTRA PART 1 - HAINE
68
EXTRA PART 2 - EVERYTHING WILL BE OK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!