Kalimat itu masih terngiang-ngiang di kepala cantik Cassie. Duke Clifford itu takkan menolak untuk menikahinya.
Sialan! Richard Clifford nampaknya benar-benar serius dengan hubungan mereka!
Kalimat main-main sang duke seolah membumbungkan harapannya untuk menjalin hubungan secara diam-diam dengan pria itu di belakang keluarganya.
Kedua orangtuanya, meskipun amat menyayangi putri bungsu satu-satunya itu, tidak begitu peduli dengan apa yang ia lalui sehari-harinya. Hanya kakak lelakinya, Antony Henrington- sang Viscount of Dunnham, yang masih cukup peduli padanya.
Ayahnya sangat sibuk dengan kegiatan jual beli dan relasi bisnisnya di Zoya dan Maurice. Ibunya tentu saja cukup sibuk dengan banyaknya jamuan bersama para bangsawan. Istri saudagar permata yang kaya, siapa yang tidak ingin berakrab-akrab dengan ibunya?
Tony-sapaan akrab kakaknya- sejak awal memiliki kecurigaan pada tingkah Cassie yang lebih sering keluar bersama Ellen akhir-akhir ini, sekembalinya ia dari Westley. Mereka berdua akan berdalih bahwa gadis-gadis Zoya membutuhkan waktu sesekali untuk berbelanja dan bersenang-senang.
Serius? Sejak kapan Cassie menyukai acara belanja ketimbang duduk di dalam ruang pribadinya dengan sebuah novel romantis dan secarik kertas penuh puisi sepulang ia mengajar di sekolah?
Cassie terlalu mencintai sisi romantisme buku dan puisi, serta hobinya mengajar. Tentu saja ia mengajar bukan karena kekurangan uang, tetapi seperti yang Tony ketahui, itu hobi Cassie.
Dan beruntungnya ia, karena ayah dan ibunya bahkan tidak mengomentarinya. Tentu saja karena status kekayaan keluarga tidak perlu diragukan lagi sehingga para bangsawan tidak membuang waktu untuk menggunjingkan sikap aneh itu. Sekarang, hobinya ditambah dengan berbelanja? Dasar gadis-gadis!
Andai saja Tony tahu, Cassie menghabiskan waktu luang usai mengajarnya untuk bertemu Richard, mungkin akan berbeda ceritanya. Ia akan mengurung adiknya itu di kamar seharian. Bahkan mungkin memintanya berhenti mengajar.
Richard Clifford. Hanya para pria yang tahu seberapa ulung sang duke merayu para wanita. Diam-diam berkencan dengan beberapa wanita yang kemudian bersedia menutup mulut hanya demi bisa menemui sang duke di lain kesempatan dan membawa banyak perhiasan dalam perjalanan pulang dari kediamannya.
Richard tidak sesuci yang dikatakan para gadis yang kerap mengelu-elukan pamor sang komandan pasukan itu. Andai saja Cassie tahu...
Namun, bukankah semua wanita memang akan selalu jatuh pada pesona pria-pria brengsek dan membuang para pria baik hati?
Oh, jangan katakan karena pria-pria itu terlalu baik untuk para gadis. Itu hanya omong kosong!
Sayangnya, kemungkinan Cassie mengetahui seberapa pandainya Richard merayu wanita, sang Lady akan tetap sulit menahan gejolak untuk tidak tergoda. Richard Clifford bukanlah pria yang mudah kau tolak.
"My Cassie, sudah berapa banyak gaun yang kau beli hari ini?" Tony mendekat pada adiknya yang baru saja turun dari kereta kuda yang sempat membawanya pergi keluar mansion keluarga bersama sahabatnya, Ellen yang cerewet itu.
Cassie menatap kakaknya yang mengulurkan sebelah lengan untuk ia rangkul dengan lengannya sendiri. "Oh ayolah, Tony... Jangan mengejekku!" Ia memberengut namun tidak benar-benar sebal.
Nyatanya, memang akhir-akhir ini ia sering sekali berbelanja pakaian hanya untuk menyenangkan hatinya. Berharap ia memiliki banyak stok gaun untuk dikenakan saat berkencan diam-diam bersama Richard di estate pria itu di ibukota.
Bukan hal aneh ketika bangsawan kaya raya memiliki banyak properti di sana-sini. Seperti ayah Ellen, Count of Nothinghale, pejabat keuangan yang juga memiliki beberapa rumah megah tersebar di penjuru Zoya.
Ayahnya sendiri, Earl Henrington pun demikian. Beberapa mansion dan estate dilengkapi kebun-kebun juga tersebar di beberapa wilayah. Katakanlah sebagai bentuk investasi sekaligus sebagai pendukung status kebangsawanan mereka.
"Apakah Ayah ada di rumah, Tony?" Ia masih bergelayut manja di lengan kakaknya saat kedua kakinya menginjak tangga mansion menuju pintu berdaun dua yang lebar.
"Nay... Ayah dan Ibu sedang menghadiri rapat khusus di House of Lords."
"Oh? Kupikir tempat itu hanya bisa dimasuki para bangsawan pemegang gelar tanpa pasangan mereka..."
"Nah, kau salah kalau begitu. Kudengar ada beberapa hal penting yang menghendaki para bangsawan membawa pasangan mereka ke sana."
Cassie hanya mengangguk sebelum akhirnya melirik pada pria di sampingnya, "Hmm.. Apakah kau sudah yakin akan pergi ke Maurice besok lusa, Tony?"
Pertanyaan adiknya itu serta merta membuat Antony berhenti. Pria berusia dua puluh delapan tahun itu menatap pada kedua netra Cassie yang berwarna biru kehijauan, tampak sendu. "Kenapa sekarang kau jadi seperti takut kutinggal pergi, Cassie?"
"Kau pasti pergi sangat lamaaaaa..." Cassie mulai bertingkau hiperbolis untuk mendramatisir keadaannya. Menatap mata keabuan Tony yang sangat mirip dengan sang ibu, wajahnya memelas, "Aku akan sendirian, Tony."
"Nah, bukankah ada si cerewet itu yang sekarang semakin lengket padamu, Cassie? Kau tidak akan kesepian." Antony kembali melanjutkan langkah bersama adiknya ke dalam, menuju taman di samping mansion mereka yang terhampar bunga-bunga hyacinthus, marigold dan sepetak kecil semak mawar, nampak warna-warni saat musim semi seperti sekarang ini. "Lagipula kau tidak pernah kesepian karena selalu mengajar, bukan?"
"Tapi aku pasti akan merindukanmu." Meski sudah sering ditinggalkan Antony dalam tugas-tugas negaranya sebagai salah satu kapten pasukan elit Kerajaan Zoya, Cassie masih tetap tak terbiasa. Ia kerap kali merindukan kakak tunggalnya itu di mansion megah mereka.
"Berjanjilah kau akan pulang cepat," imbuhnya.
"Hmm..." Antony hanya berdehem sambil menumpukan kepalanya ke belakang, pada sandaran kursi besar yang tengah mereka duduki. Menikmati pemandangan memikat hyacinthus kesayangan adiknya yang tengah mekar tanpa malu-malu.
"Kudengar dalam waktu dekat Ayah juga akan ke Maurice."
"Apa?" Cassie langsung menoleh pada pria di sampingnya, "Jangan bercanda!"
"Aku tidak bercanda, Cassie..."
Antony sebenarnya tidak tahu mengapa Cassie sebegitu tidak antusiasnya mendengar jika dirinya dan Ayahnya akan pergi selama beberapa waktu ke Maurice. Tidak, hampir setiap kali saat mereka pergi. Seolah-olah ia tidak ingin sendiri di mansion bersama ibu mereka.
Antony hanya tahu bahwa selama ini Cassie sama sekali tidak dekat dengan ibu mereka, Countess Henrington, yang lebih banyak menghabiskan waktu menghadiri acara para bangsawan dan penggosip yang menurut Tony sangat berisik itu. Sama sekali tidak ada keakraban seperti ibu dan anak gadisnya yang lain.
"Kau akan bersama Ibu di rumah, Cassie. Apa yang kau takutkan?"
Alih-alih menjawab, Cassie hanya mengendikkan bahunya malas.
"Jadi, ngomong-ngomong... Kapan kau akan berpikir untuk menikah, Cassie?" Perubahan topik yang dilemparkan oleh Antony pada Cassie seketika membuat adiknya itu diam termenung.
Menikah, ya?
"Cassie? Apa kau sedang menjalin hubungan dengan seorang pria?"
Cassie tahu, ia tidak bisa selalu berbohong pada Antony. Pria itu selalu saja bisa merasakan selipan rahasia yang mengambang di antara mereka. Apa ini yang disebut naluri persaudaraan?
Sialan, Antony!
"Hmm..."
Tak puas dengan jawaban Cassie yang hanya memberikan deheman kosong, Antony mengulang, "Jadi apa kau sedang menjalin hubungan dengan pria, Lady Cassandra? Katakan siapa bajingan itu?"
"Emm.. Itu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nunu Pertiwi
manjanya adek perempuan ke kakak laki-laki
2021-07-28
1
نورالجنة √🍁 _✍︎
Nah kan badboy si Richard
2021-06-01
1