~ Di ruang keluarga ~
" Bang, gue bawa anak-anak ke hotel sekarang aja ya ? " Pamit Julian sesaat setelah mereka pulang dari masjid untuk menunaikan ibadah sholat Jum'at.
Sepertinya jika ditanya siapa yang paling lelah diantara mereka semua, jawabannya adalah Julian. Bagaimana tidak, Julian lah yang selama ini meng-handle beberapa tugas Hega selama boss nya itu mempersiapkan pernikahannya.
Julian harus rela terbang ke beberapa kota bahkan sampai ke negara tetangga untuk mewakili Hega meeting atau sekedar memantau kantor cabang.
" Hem. " Jawab Hega singkat, kemudian duduk di sofa ruang tamu seraya melepas peci di kepalanya dan meletakkannya di meja kecil yang ada di sampingnya.
" Abang sama Momo balik besok pagi kan ? " Tanya Julian memastikan ulang jadwal keberangkatan sepasang pengantin baru itu.
" Iya, mungkin sekitar jam delapan pagi. " Jawab Hega singkat.
" Oke, kita ketemuan di bandara aja kalo gitu ? "
Hega mengangguk, " Kamu sudah siapkan kamar untuk kalian istirahat ? "
" Beres mah kalo itu. " Julian mengangkat kedua jempol nya, " Sesuai perintah Abang, hotel yang paling deket dengan bandara. " Sambungnya.
Hega kembali mengangguk, salut pada asistennya yang sangat cekatan dan bisa diandalkan. Hega bahkan tidak perlu repot-repot memberi instruksi secara detail, asisten pribadinya itu seperti sudah paham standart sang boss, " Sebaiknya kalian sekarang ke hotel agar bisa segera istirahat ! " Titahnya kemudian.
Kali ini Julian menautkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran dan mengedipkan satu matanya, tanda setuju, " Siap bos, gue tahu kok maksudnya, sekalian biar abang cepet bisa berduaan sama Momo, kan ?! " Cengir Julian yang langsung mendapat pelototan dari Hega.
Julian melengos seolah tak mengindahkan tatapan horor sang boss, padahal sendirinya merinding juga sebenarnya. Lalu pemuda itu berlalu dengan ekspresi jahilnya, menghampiri Amira dan Renata yang baru saja tampak menuruni tangga, mengajak kedua gadis itu menuju hotel yang sudah disiapkannya.
" Kalian udah siap kan ? " Tanyanya pada kedua gadis itu dan dijawab anggukan oleh keduanya.
Sedangkan Deana masih memilih tinggal, toh rumah gadis itu juga tidak jauh dari rumah sahabatnya.
" Gue disini dulu, Jul. Besok ketemuan di bandara aja, gue mau pulang ke rumah dulu. Soalnya ntar bokap nyokap mau kesini juga. " Ya memang Dea sengaja tidak menawarkan untuk menginap di rumahnya karena beberapa alasan pribadi, dan para sahabatnya tahu itu juga tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Sedangkan Hega sendiri yang tahu tentang identitas sahabat istrinya itu memang sengaja memberi perintah pada Julian untuk check in di salah satu hotel yang dekat dengan bandara.
Selain karena tanggung jawabnya sebagai pemilik acara, Hega tidak ingin membuat Dea tidak nyaman jika kedua sahabatnya meminta menginap di rumahnya.
" Yuk, bang. Kalian bareng juga gak ? " Tanya Julian pada sahabat Hega yang masih terlihat anteng duduk di sofa, terlihat enggan untuk beranjak dari singgasananya.
" Gue masih mau disini, dek. Kalian aja yang duluan, gue masih mau gangguin pengantin baru. Auuuwhhh. . . Sakit Aliza sayang, kok dijewer sih ?! " Sambar Bara saat Julian melirik ke arah dirinya untuk segera mengikutinya.
Namun naas, capitan jemari lentik kekasihnya sudah mendarat di telinga kanannya dan menarik cuping telinga pria itu dengan kesal.
" Salah sendiri kamu gak tahu diri. Ayo kita sekalian ke hotel bareng yang lain ! " Aliza menggerutu dengan tangannya masih berada di telinga kekasihnya itu.
" Aliza sayang, kita belum halal loh udah ngajak ke hotel aja. " Benar-benar durjana mulut pria yang satu ini.
Plak. . .
" Aduh, sakit sayang. " Bara kembali meringis sambil mengusap bibirnya yang kena tabok sang kekasih.
" Masa bodo. Ayo buruan, jangan bikin onar di hari bahagia sahabat kamu. Dasar !!! " Hardik Aliza dengan tangan kanan masih berada di telinga Bara dan kembali menariknya.
" Iya, iya, tapi lepasin dong tangannya dari telinga aku. "
" Makanya nurut. Sekali aja kamu bersikap waras bisa gak sih ?! "
" Iya, iya aku nurut. " Menatap Aliza dengan tatapan memohon, " Gue ke hotel dulu, Ga. " Ujarnya pada sang sahabat ketika Aliza sudah melepaskan jewerannya.
" Hem. "
" Jangan lupa ceritain gimana proses unboxing nya ya. " Goda Bara setengah berbisik yang masih bisa didengar oleh Aliza, dan saat berbalik badan, betapa terkejutnya Bara saat mendapati mata mendelik sang kekasih yang sungguh terlihat horor dan mengerikan, " Auuwwwh. . . ampun sayang, aku cuma becanda, plisss lepasin ini sakit banget sumpah. " Bara memekik saat jari Aliza kini malah mendarat di perut sixpack nya, mencubit kecil disana dan kemudian diputar dengan keras menimbulkan rasa sakit yang sungguh tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.
" Makanya otak dan mulut kamu itu di shut down dulu biar sekali-kali bener dikit ngomongnya. "
" Mati dong akunya kalo di shut down. Auwh. . . " Bara kembali meringis saat Aliza kembali memutar cubitannya.
" Masih berani becanda ?! " Hardik Aliza dengan mata mencekik horor.
" Hehehe, iya ampun sayang. " Bara kembali tercengir, dan kejadian itu membuatnya ditertawakan oleh adik sepupunya beserta ketiga sahabatnya.
Sedangkan Hega yang sudah hafal betul dengan kejadian serupa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Bara yang seolah tidak pernah ada dewasanya.
Bahkan kegilaan Bara seperti tidak sembuh-sembuh meskipun punya pawang seorang psikolog yang menjadi kekasihnya itu.
" Loh, kalian sudah mau pergi ? " Suara keibuan bunda Ayu menginterupsi moment memalukan yang tengah dialami oleh Bara.
" Ah, iya Tan, kita mau ke hotel. " Jawab Aliza setelah melepas cubitannya di perut Bara.
" Kenapa tidak tinggal dulu saja disini ? Setidaknya sekalian makan malam saja dulu baru kembali ke hotel. " Pinta bunda Ayu dengan sangat lembut.
" Iya, kalian makan malam saja dulu disini. " Imbuh ayah Ardi yang baru saja muncul dari arah tangga selepas mengganti baju koko nya dengan kemeja rumahan.
Hega sontak langsung kaku mendengar penuturan sang mertua, bukannya tidak senang ditemani oleh para sahabatnya, tapi kan dia sedang ingin berduaan dengan istrinya. Lagipula Hega merasa sedikit lelah dan butuh istirahat.
Tidak bisa disangkal jika acara hari ini cukup menguras tenaga, meskipun rasa lelah yang dirasakannya tidak sebanding dengan rasa bahagia yang menyelimuti hatinya. Tapi tetap saja, Hega dan Moza juga butuh istirahat cukup, apalagi mereka juga harus bersiap untuk acara resepsi pernikahan keesokan harinya.
Bara dengan antusias hendak menerima tawaran ibu mertua sahabatnya itu, tapi Julian yang peka dengan ekspresi wajah boss nya langsung menyela sebelum Bara bersuara, " Terima kasih atas tawarannya, Yah, Bun. Tapi kami langsung ke hotel saja, soalnya capek pengen langsung istirahat, iya kan ?! " Ujar Julian sembari menyikut lengan Renata yang memang ada di sebelahnya.
Tapi bukannya paham, si Rena malah sedang dalam mode bloon, " Eh, apaan lo nyenggol-nyenggol tangan gue, hih ?! " Tanya Rena yang reflek terjengkit dan menatap sewot ke arah Julian.
Lantas apa respon Julian dengan ke-bloon-an yang mendadak menghinggapi raga sahabatnya itu ?
Pemuda itu hanya bisa tepok jidat dan mendesah kecil. Untung saja Amira peka dan langsung menggandeng lengan Rena, " Iya, Bun. Kami mau langsung ke hotel saja, bebersih badan dan istirahat, lagipula semua pakaian ganti kami ada disana. Iya, kan Re ?! " Menggoyangkan lengan Rena yang digandengnya tak lupa mengerlingkan satu matanya memberi isyarat.
" Ah, iya, Bun. Rena juga capek habis selfie seharian. Rena mau istirahat yang cukup buat acara resepsi besok, Re mau siap-siap tenaga supaya besok penampilan Re lebih cetar dari hari ini. Hehehe. . . " Cengir gadis itu kemudian, alasan aneh, siapa yang nikah siapa yang heboh.
" Kan bisa istirahat disini, ada satu kamar kosong kok kalo untuk kalian berdua, nanti nak Jul bisa tidur di kamar Ryu. "
Glek. . .
Astaga, cobaan apalagi ini Tuhan, mau berduaan dengan bini aja rasanya kok harus penuh hambatan. Bara saja sudah cukup merepotkan, bagaimana jika ditambah sahabat-sahabat sang istri. Pastinya waktu berduaannya dengan Moza bisa terganggu oleh para pengganggu.
Arrrghhh, ingin rasanya Hega berteriak dan mengusir para nyamuk pengganggu yang sepertinya akan menjadi ancaman bagi terlaksananya ritual sayang-sayangannya bersama sang istri.
Tapi bagaimana bisa Hega bersikap jutek seperti biasa jika ada sang mertua diantara mereka. Hega tidak mau ya nilai sempurnanya sebagai seorang menantu berkurang poinnya. Meskipun sebenarnya Ardi dan Ayu sedikit banyak juga tahu bagaimana watak sang menantu, tapi Hega tidak mau menunjukkan secara langsung sifat dingin dan kakunya di depan orangtua sang istri.
...-------------------------------------...
🌹 Bagaimana nasib ritual sayang-sayangan si pengantin baru ?
Jangan lupa like dan komen ya sayang, kasih kembang juga boleh hehe. Met Lebaran sayang akoh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Emak~Emak Hoby ngeHaluuu 📚
met lebaran juga thor. jangan lama2 up nya.
2021-05-15
1
SL
Ontieee othor saran aja tolong banyakin dialog pemeran utama ya. rindu Hega dan Mozaaa
thanks ontieee othorr...
2021-05-13
4