[ HEGA POV ]
Selama 25 tahun usiaku, aku menjalani kehidupanku yang datar-datar saja, keseharianku hanya berputar pada kehidupan sekolah, kampus atau kantor. Belajar dan bekerja, bergelut dengan buku atau tumpukan berkas dan dokumen kantor.
Belum pernah sekalipun hatiku tergetar oleh hal-hal yang berkaitan dengan romansa asmara. Berbagai macam perempuan yang mendekat silih berganti juga tidak pernah mampu membangkitkan sedikitpun rasa di hatiku.
CINTA ?
Mungkin aku sudah lupa bagaimana rasanya mencintai seseorang, sejak satu-satunya wanita paling berharga dalam hidupku pergi meninggalkan ku untuk selamanya.
Wanita yang paling aku hormati dan aku kasihi, wanita yang melahirkanku ke dunia ini. Yah, memang hanya ada satu wanita saja yang aku simpan di sudut terdalam hatiku, ibuku, satu-satunya wanita paling berharga dalam hidupku.
" Dasar monster beruang kutub, sia-sia sudah Tuhan memberi lo kesempurnaan, wajah tampan, otak jenius dan terlahir kaya raya. Tapi nyatanya hati lo udah mati rasa, beku ibarat es kutub utara. Gue kasihan sama lo, Tuhan pasti menyesal sudah kasih semua kesempurnaan itu buat lo. "
Aku masih ingat setiap kali Bara terus mengumpati ku setiap ada perempuan yang mendekatiku, bahkan terang-terangan menyatakan cinta padaku. Tapi apa reaksiku kala itu lah yang membuat Bara kesal.
Aku hanya bergeming, dengan sikap acuh tak acuh dan mengabaikan mereka seolah mereka adalah sosok transparan.
Mungkin benar kata Bara, hatiku sudah membeku. Tapi aku tidak tahu kenapa bisa begitu.
Aku hanya ingat setelah kematian mama, hatiku seperti bongkahan es yang begitu dingin. Siapapun yang nekat mendekat, mereka harus siap ikut merasakan hawa dingin di sekitarku.
Aku dan Bara bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda.
Sahabatku yang sedari remaja bersamaku, Bara Prasetya, adalah seorang casanova yang handal menaklukkan hati wanita. Entah berapa kali dia berganti wanita dalam sebulan, aku bahkan tidak yakin benarkah dia mengencani seorang perempuan saja dalam satu waktu ?
Aku curiga kekasih bocah sialan itu ada di mana-mana. Buktinya saja, saat kami masih di LA dulu, setiap kali kami pergi ke suatu tempat entah untuk urusan pekerjaan atau sekedar hang out, disana hampir selalu saja ada sosok hawa yang datang kemudian bergelanyut manja pada si casanova yang satu itu.
Tapi setidaknya kelakuan Bara yang terlalu 'ramah' pada perempuan itu sedikit menguntungkanku. Pasalnya justru karena kelakuannya itu yang matahkan asumsi banyak orang, baik semasa di kampus ataupun di lingkungan kerja, yang mencurigai orientasi seksual kami, khususnya aku.
Bara adalah tipikal pria yang tidak bisa hidup tanpa wanita, bahkan hidupnya sudah bagaikan penjelajah cinta. Sepertinya dia tidak bisa melihat lahan kosong yang tandus dan selalu terlihat bersemangat untuk segera membajak lahan itu dan bercocok tanam.
Aku lelah menasehatinya, tapi bukan berarti aku berhenti mengingatkannya. Hanya saja kehidupannya yang sudah terlanjur bebas membuatku kadang hanya bisa mengurut keningku sendiri. Biarlah bocah itu melakukan apa yang dia inginkan, toh dia bukan anak kecil lagi, dia pasti tahu mana yang baik dan yang buruk, meskipun lebih sering jalannya terseret ke arus yang negatif.
Selama aku bisa menariknya keluar, maka akan aku lakukan. Tapi jika tidak, maka akan aku biarkan ia berfikir dengan jalannya sendiri sebagai lelaki dewasa.
Ya memang begitulah sifatnya, seperti yang aku bilang tadi, bocah itu terlalu 'ramah', dalam artian yang berbeda menurut kamus buaya daratnya, yaitu rajin menjamah.
Kembali cerita tentangku.
Di sisi lain, ada satu hal yang patut aku syukuri dari sifat peranakan buaya nya yang satu itu.
Yup, jika saja Bara tidak punya kebiasaan genit pada perempuan dan terkenal sebagai penakluk perempuan, mungkin kami sudah dicap sebagai pasangan gay alias homoseksual.
Sebenarnya aku tidak peduli juga, toh semua omongan miring itu tidak berpengaruh sedikitpun padaku.
Tapi terkadang semua itu membuatku mempertanyakan satu hal.
Apa kiranya yang membuat hatiku begitu tidak inginnya jatuh cinta ?
Sebegitu hebatnya kah efek yang ditimbulkan akibat pernikahan papa yang kedua kalinya ?
Apakah sebegitu terlukanya hatiku mendapati ayah kandungku sendiri mengkhianati cinta dari wanita yang melahirkan putra untuknya ?
Meskipun pernikahan papa juga bukan sepenuhnya wujud pengkhianatan pada mama. Toh memang mama sudah berada di surga, mungkin papa memang membutuhkan sosok wanita yang bisa menemani dirinya di hari tuanya.
Ada kalanya aku merenungi diri, mencoba mengikhlaskan dan menerima keputusan papa. Bagaimanapun aku harus belajar berdamai dengan masa lalu, seperti kata kakek yang selalu terngiang di telingaku, jika aku adalah satu-satunya penerus keluarga.
Semua beban tanggung jawab atas nama keluarga nantinya akan berada di pundakku.
Jika saja artian penerus yang dikatakan kakek hanya sebatas mewarisi dan mengembangkan bisnis keluarga, maka situasinya tidak akan serumit ini bagiku. Karena Aku yakin mengurus perusahaan lebih mudah dilakukan daripada mengurus rumah tangga.
Dan lagi-lagi terima kasih pada Tuhan karena sepertinya Tuhan memang sudah menyiapkan banyak stok kebaikan yang akan Dia berikan padaku. Tuhan memberiku modal utama begitu luar biasa, yaitu kemampuan berpikirku yang bisa dibilang di atas rata-rata alias genius. Hingga terkadang membuatku juga geleng-geleng kepala tak percaya dengan kejeniusanku.
Tapi tentu saja semua tidak semudah itu, karena pada kenyataannya, menjadi penerus keluarga juga berarti aku harus meneruskan garis keturunan keluarga.
Yang artinya tentu saja hanya satu,
Aku HARUS MENIKAH.
Dengan kata lain, menikah juga menjadi salah satu kewajiban bagiku sebagai satu-satunya penerus nama keluarga.
Tapi bagaimana mau menikah, jika jatuh cinta saja tidak pernah. Setidaknya aku bukan kategori pria yang akan menikah tanpa cinta, apalagi karena perjodohan tanpa cinta.
Pernikahan dengan cinta saja masih bisa kandas dan membuat satu sama lain tersakiti. Apalagi pernikahan tanpa cinta ?
Bukannya bahagia dan menjadi ladang pahala, malah mungkin akan terjadi sebaliknya. Bisa-bisa ikatan sakral itu malah justru menjadi pintu masuk menuju penderitaan bagi kedua belah pihak.
TIDAK !!! Bagiku menikah adalah salah satu wujud ibadah, dimana aku sebagai seorang pria harus bertanggung jawab penuh pada siapapun wanita yang akan kunikahi kelak.
Jika nantinya aku menikah dengan seseorang, maka aku harus menjamin kebahagiaan dari wanita yang akan nantinya menjadi makmum ku.
Lalu bagaimana caranya aku menemukan makmum yang merupakan tulang rusukku yang hilang ? Jika nyatanya tertarik pada perempuan saja tidak pernah.
Dan apakah Tuhan juga akan kembali berbaik hati padaku dengan mengirimkan jodohku tanpa perlu aku mencarinya ?
Bagaimana jika Tuhan sudah lelah memberi semua kemudahan bagiku ??!
Bagaimana jika stok kebaikan yang Tuhan siapkan untukku sudah habis ?
Apa aku akan berakhir dengan perjodohan seperti kebanyakan penerus keluarga lainnya ? Yang menjadikan pernikahan sebagai bentuk bisnis.
Dan entahlah kenapa kakek juga seolah anteng-anteng saja melihatku yang bahkan tidak pernah membawa ataupun mengenalkan wanita padanya.
Justru malah papa yang seolah gencar mengenalkan aku pada putri dari rekan-rekan bisnisnya, dengan berbagai cara yang lama-lama membuatku bosan.
Wajar saja sih papa begitu, pasalnya saat seusiaku, papa sudah memiliki putra berusia 4 tahun, yaitu aku.
Yah, mungkin saja sebagai seorang ayah, papa merasa cemas melihat putranya yang di usia menginjak 25 tahun seolah tidak ada keinginan untuk menikah ataupun setidaknya berkencan dengan wanita.
Dan aku tahu pasti kakek juga mengetahui akan hal itu, karena aku sadar jika kakek selalu menempatkan beberapa orang pengawal di sekitarku.
Tapi tidak pernah sekalipun kakek ikut campur dalam urusan pribadiku, terutama untuk masalah pendamping hidup, tidak seperti yang dilakukan papa.
Jadi aku masih menikmati kesendirianku, tidak ada kekurangan dalam hidupku, kesuksesan dalam bisnis yang membawaku di puncak tahta kerajaan bisnis keluarga. Serta perusahaan pribadi yang kubangun dengan usahaku sendiri juga terbilang sukses.
Apalagi yang aku cari ? Bahkan sepertinya menikah bukanlah sebuah tujuan dalam hidupku.
Yang ada di kepalaku hanyalah tentang pekerjaan dan pekerjaan. No time for love.
Hingga di suatu siang, tanpa sengaja aku menatap mata itu, mata kecoklatan yang sayu. Mata indah yang membuatku nyaris tenggelam ke dalamnya, mata yang mengingatkanku pada sesuatu atau mungkin seseorang.
Mata yang terasa begitu familiar, tatapan mata yang tanpa sadar membuka kunci hatiku yang selama ini tertutup rapat. Mata yang seolah menyadarkanku jika ada satu ruang hampa dalah hatiku.
Dan saat aku mengingat semuanya, mata itulah yang membuat aku tertarik padamu 20 tahun yang lalu. Mata itulah yang membuatku menginginkanmu.
Dan mata itulah yang membuatku menyatakan kepemilikan ku atas dirimu, dan hanya kamu lah yang aku pastikan akan menjadi permaisuri dalam istana cinta yang akan aku bangun kelak ketika aku sudah mampu berdiri di atas kakiku sendiri.
Saat aku memilihmu untuk menjadi milikku, itu adalah takdir pertamaku.
Dan saat aku harus terpisah dan jauh darimu, itu juga adalah takdir yang digariskan Tuhan untukku.
Bahkan saat segala hal tentangmu seolah terhapus dan menghilang dari ingatanku,
Itu juga merupakan garis nasib yang harus aku lalui untuk memperjuangkan kamu.
Hingga saat aku kembali menemukanmu, saat itulah takdir cinta kita mulai terhubung kembali.
Saat tidak ada sedikitpun ingatan tentang dirimu, karena Tuhan menggariskan agar aku mencintaimu karena hatiku.
Agar aku kembali memilihmu karena memang hanya kamu yang digariskan untuk menyempurnakan kebahagiaanku.
Agar hanya namamu yang terukir di hati dan pikiranku,
Bukan karena siapa kamu atau kenapa harus kamu,
Melainkan karena hanya kamu lah yang layak untuk menempati posisi Ratu dalam hidupku.
Hidup ku yang tidak sempurna, bagaikan sebuah guci keramik yang retak dan kehilangan satu kepingan terpentingnya.
Dan kamu hadir menjadi kepingan yang melengkapi dan menyempurnakan hati dan hidupku.
Kamu adalah cinta pertamaku,
kamu juga lah yang akan menjadi cinta sejati dan terakhir bagiku.
My sweety little girl, my little wife, i love you
In the past. . .
Now. . .
And forever. . .
Dan aku akan melakukan segalanya untuk membahagiakanmu.
My little wife, Moza Artana Saint
▪▪▪
🌹 Jangan lupa like dan komentarnya yang sayang ! Prolog kemarin yang baca ratusan, eh jempol yang nangkring cuma 20-an TEGAAAAAA 😭😭😭
Lope sekebon buat kalean yang udah like n komen. Karena belum bisa konsisten UP, so kalian klik Favorit 💙 ya agar ke notif pas up bab baru. 😘
The story will begin . . . So stay tune 😉😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Çhè Ŕìñ 🌷💞
aku kirim 🌹 dulu ya thor, entar kalo dobel up baru kukirim ☕ hehe
lanjut......
2021-05-03
1
Seon's Wife 🌷
Aaaa, Hega romantis ABISSS 😍😍😍
lanjut thorr gak sabaran ini
2021-05-01
2
SL
lanjut ontiee
2021-05-01
1