" Hei. . . Jangan bilang lo udah nyicil malam pertama duluan lagi ? "
P L A K . . .
" DEAAA. . . " Moza sontak terpekik geram dengan mata menatap tajam dan reflek memukul tangan sahabatnya yang berbicara tanpa filter itu.
Dea malah cengengesan dengan wajah tanpa dosa, kemudian mengedikkan bahunya santai, " Siapa tahu kan bang Hega khilap, secara kan kalian tinggal serumah, tiap hari ketemu gitu, setan dimana-mana dan siap menggoda saat lagi berduaan, ya kan gaess ?! " Dea mengerlingkan matanya ke arah Rena dan Amira meminta dukungan, tak berniat berhenti menjahili Moza yang sedang tegang, membuat si pengantin baru semakin geram saja.
" Aku kuncir nih mulut kamu, Dea. " Moza bersungut menyodorkan ikat rambut di tangannya, kemudian mencubit kecil lengan Deana dengan gemas sekaligus kesal membuat Dea mengaduh kecil.
Bisa-bisanya Dea berpikir seperti itu, meskipun kenyataannya memang Hega pernah hampir khilaf beberapa kali. Tapi kan akhirnya mereka tidak sampai melewati batas.
" Hahaha. . . Ampun nyonya Hega. " Lagi-lagi Moza mendelik mendengar gurauan Dea yang membuatnya semakin tidak tenang, " Habisnya wajah lo horor banget tadi sumpah. " Dea malah terkekeh, sedangkan Amira dan Rena ikut tergelak.
" Gimana ini, Dea ? Aku belum siap. " Moza menatap ketiga sahabatnya dengan ekspresi memelas.
" Astaga !!! Jadi wajah lo pucat gara-gara itu ? " Tanya Dea kemudian sambil menepuk pelan keningnya sendiri.
Lagi-lagi Moza mengangguk.
" Dimana-mana habis nikah tuh yang ditunggu-tunggu biasanya emang malam pertama kali, Mo. Lah lo malah keinget malam pertama kayak mau masuk rumah hantu gitu, horor muka lo, aneh. " Cibir Deana sok tau, padahal dirinya sendiri belum nikah, yang aneh siapa coba.
" Ck, tauk ah, aku bingung. " Moza berdecak dan bergumam lirih, membuat ketiga sahabatnya menghela nafas berat, " Jadi aku harus gimana dong ? " Tanya Moza dengan ekspresi bingung.
" Gimana apanya ? Ya mana kita tahu Momo ? " Giliran Dea yang memberengut, " Kita aja belum nikah, jangankan nikah, jomblo mah iya. Mana tahu kita hal begituan, ya kan gaess ?! " Kembali Dea melirik kedua sahabatnya yang duduk manis di sofa, keduanya kembali mengangguk.
" Halah, gak usah gimana-gimana kali, Mo. Lo tinggal rebahan aja, pasrah aja gitu. Biar Abang ganteng yang ambil kendali. Secara dia kan lebih dewasa, paling pengalamannya juga segudang, orang ganteng biasanya dah ahli gitu. Nah lo tinggal ngikutin arus aja. " Celetuk Rena santai tanpa menatap Moza dan malah asyik memainkan ponselnya, mengupload foto-foto selfie nya.
" Eh copot copot. Apaan sih umiiiik ? " Hardik Rena sewot sambil membekap benda pipih kesayangannya di dada, kemudian menoleh dan memelototi Amira karena ponselnya hampir terjun payung ke lantai karena sikutan di lengan dari sahabat berhijabnya itu.
" Hape endorse ini umiiik, kalo rusak gimana ? Ya kali baru tiga hari pake udah koit, gimana gue mau nge-review nih hape coba?! " Rena masih mengomel sembari mengelus-elus benda pipih berwarna rosegold di tangannya.
Benda yang memang baru ia dapat dua hari yang lalu dari salah satu brand ponsel yang lagi hits saat ini.
" Heleh, hape endorse aja bangga. " Gerutu Amira yang hanya menggoda sih.
" Lagian lo ngomong sembarangan sih Re, apa hubungannya coba wajah ganteng sama pengalaman gituan ? Orang bang Hega aja baru pacaran juga sama Momo ini, pengalaman dari mana coba ? " Bukan Amira, tapi Dea yang bertanya dengan polosnya, dan tersirat pembelaan terhadap suami dari sahabatnya itu, Moza pun reflek mengangguk mendukung ucapan sahabatnya karena kenyataannya memang begitulah adanya..
" Ya gitu deh. Kan rata-rata gitu, cowok ganteng penakluk wanita. " Jawab Rena dengan entengnya, kemudian menatap serius ketiga sahabatnya bergantian, " Lagian kalian pernah dengar gak kalimat yang menyebutkan salah satu perbedaan signifikan antara pria dan wanita ? " Tanyanya kemudian.
Ketiga sahabatnya kompak menggeleng setelah sebelumnya saling pandang, " Apaan ? " Tanya ketiganya kembali kompak setelah menyadari tak satupun dari mereka yang bisa menjawab pertanyaan Renata.
" Kalo wanita cenderung hanya akan melakukan skinship dengan pria yang dia suka atau dia cintai. Tapi berbeda dengan pria, mereka bisa melakukan hal itu tanpa cinta. Gue dengernya sih gitu, coba deh kalian tanya si Jul, dia kan sering gitu, nyosor sana sini meskipun gak ada rasa sama para ciwi-ciwi yang dikencani sama dia. " Rena nyerocos panjang lebar.
" Masa sih si Jul kayak gitu ? " Dea seolah tak percaya, memang iya sih bocah itu suka ganti-ganti pacar, tapi tidak tahu sejauh apa keintiman Julian dengan para gadis yang pernah menjadi kekasih pemuda itu.
Rena mengangguk yakin, " Intinya tuh ya, cewek kalo mau main kontak fisik sama cowok pasti pake perasaan. Dan kalo cowok mah sebaliknya, asal ada cewek cantik seksi dan mau sama mereka, yah mah diembat aja. Perasaan urusan belakangan. "
" Hatchiuuuuu. . . " Di tempat lain seorang pemuda berbaju koko yang sedang berjalan pulang dari masjid tampak bersin-bersin dan mengusap hidungnya yang mendadak gatal tanpa tahu sebabnya. Kalian tau dong siapa yang dimaksud.
Dan kembali ke kamar pengantin, tiga gadis cantik itu tengah menatap salah satu sahabat mereka dengan tatapan penuh tanya.
Masa sih ? Itulah yang mungkin terbersit dalam benak Moza, Dea dan Amira, tapi belum juga ketiganya merespon, Rena kembali dengan argumentasinya sendiri.
" Yakin deh gue dari sekian banyak cewek yang dia pacari itu, paling cuma beberapa doang yang dia suka, lainnya mah buat pengisi waktu luang doang. "
" Tapi. . . "
" Hei, kalian kok malah bahas si Jul sih ? " Moza menyela saat Deana hendak meneruskan ghibahan tentang sahabat playboy mereka.
" Eh, iya sampe lupa bahas pengantin yang mau lepas perawan. Auwh, . . " Rena meringis saat mendapat cubitan dari Amira karena celetukan gilanya.
" Bahasanya, Ren. " Hardik Amira dengan mata melotot.
" Iya, iya elah, umik iih gak asik. " Rena menggerutu dengan bibir manyunnya sambil mengusap lengannya yang sedikit ngilu bekas cubitan.
Deana malah terbahak mendengar kegilaan Rena yang semakin menjadi-jadi. Sedangkan Moza hanya bisa memijat celah diantara kedua alisnya, merasa pening dengan ocehan Renata.
" Sudahlah, sepertinya aku salah curhat beginian sama kalian. " Pasrahnya kemudian dan membungkuk meraih sisirnya yang tadi terjatuh.
" Yaelah, Mo, gitu aja ngambek lo ahh. " Bujuk Deana yang masih dalam posisinya semula, duduk bersandar di meja rias Moza.
" Ish. . . " Lelah menanggapi, gadis itu hanya mendengus pelan.
" Ya, lebih baik lo terus terang aja deh, Mo sama bang Hega. " Moza mengernyit mendengar saran Amira, " Tinggal bilang aja sama bang Hega kalo lo belum siap. Apa susahnya coba ?! " Sambung gadis berhijab itu dengan nada bijak seperti biasanya, dan mendapat anggukan dari kedua temannya yang lain.
" Iya, Mo. Bilang aja sama abang ganteng buat ditunda dulu naninu nya. Secara Abang ganteng kan sayang banget sama lo, pasti dia bisa ngertiin lo lah. " Serobot Rena lagi, dan tentu saja terselip kosakata tidak jelas yang entah darimana dia dapatkan, meskipun begitu ketiga sahabatnya tetap mengerti maksudnya.
" Tapi kalo gue jadi lo, gue sih ya gass poll aja, secara punya suami ganteng gak ketulungan gitu masa mau dianggurin. Rugi dong. Hahaha . . . " Baru saja temannya mengira gadis itu menjadi sebijaksana Amira, tapi nyatanya kalimat lanjutan Rena membuat Moza dan yang lainnya kembali dipaksa memijat kening mereka yang pening akibat ucapan absurd dara cantik itu.
Semakin pecah sudah tawa mereka mendengar celetukan Rena yang jauh lebih no filter daripada Deana.
" Ck . . . Kalian ini sama sekali tidak memberi solusi. " Gumam Moza membuat Dea kembali terkikik.
" Bener kata Rena, kalo bang Hega pasti ngerti kali, Mo. Kan dia orangnya dewasa dan pengertian gitu, dan yang paling penting dia sayang banget sama lo. Pasti dia juga paham lah. " Sambung Amira bijak seperti biasanya.
" Eh iya, Mo. Nih ya, besok kan masih ada acara resepsi tuh, bilang aja lo butuh keep tenaga gitu buat acara besok. " Imbuh Dea yang diiringi anggukan cepat dari Amira dan Renata yang.
Moza tampak berpikir sejenak, mencerna alasan masuk akal yang diucapan Deana, namun masih ada keraguan dalam dirinya, " Tapi kalau dia marah gimana ? "
" Ya, lo tinggal pasrah aja di unboxing sama Abang genteng, terus nyanyi deh, daku tak berdaya dibutakan cinta, aigo aigo oppa, hahaha. . . " Moza melotot ke arah Rena yang lagi-lagi bukannya menenangkan dirinya justru semakin membuat Moza gelisah dengan nyanyian cempreng nya yang liriknya diubah ngaco gak jelas ditambah gerakan joget yang lagi viral di internet itu.
Dea ikut terkikik sesaat tapi langsung bungkam menutup mulutnya dengan telapak tangannya saat mendapat pelototan dari Moza. Sedangkan Amira hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
Sudah lelah mengomentari kegilaan seorang Renata, kapan Rena akan waras dari mulut comel nya. Dan yang lebih mengherankan lagi, kenapa juga tuh anak yang justru lebih exited banget bahas urusan malam pengantin, ketimbang si pengantinnya sendiri yang malah gelisah gak karuan.
Kesal dengan candaan Rena yang unfaedah, Moza akhirnya memilih berhambur memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih cekikikan di kamarnya.
Bisa gila dia jika berlama-lama meladeni ocehan Rena yang loss doll alias gak pake saringan. Bukannya mendapatkan ketenangan batin malah sebaliknya bikin mentalnya makin tertekan.
Never mind, what must happen let it happen. [ Sudahlah, yang harus terjadi biarlah terjadi. ] Moza bergumam lirih seraya menghela nafas dalam. Menikmati berendam di dalam bathub kamar mandinya.
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
🌹 Makasih yang chapter kemarin udah like komentar dan kirim gift 🎁 ataupun vote akuh. Lope you por eper.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Seon's Wife 🌷
kok belum up Thor.? udah seminggu nih 🙄
2021-05-12
1
novi yanti
up dong jangan lama lama
2021-05-12
1