Mengasuh Ayumi

"Pa ... pa ... pa." Ayumi merengek ingin digendong Narayan. Narayan yang tau akan hal itu langsung mengambil alih Ayumi dari gendongan Aruna.

"Maunya sama saya Run, dia tau mana yang ganteng dan penyayang," ucap Narayan sambil terkekeh. Aruna mengerutkan dahinya, mantap sekali si bayi sudah faham dengan yang ganteng. Tidak Aruna pungkiri, bosnya memang sangat tampan, sayangnya playboy. Sirna sudah kegantengannya.

Narayan mengendong sambil bercanda dengan Ayumi, melihat sikap Narayan seperti itu membuat jiwa kebapakan Narayan seakan muncul begitu saja. Narayan memang sudah sepantasnya menikah, usianya yang sudah menginjak kepala tiga seharusnya sudah cocok menjadi seorang ayah, tapi dirinya masih saja senang berpetualang dari wanita satu ke wanita yang lain.

Inilah yang disebut petualang keblinger, yang lain berpetualang menjelajah gunung, lautan dan samudra, yang ini malah menjelajah setiap hati manusia hanya untuk menggores luka. Sableng memang.

Baby Ayumi mulai ndusel-ndusel di dada Narayan.

"Nyek ... nyek ... nyek." Narayan merasa geli dengan Ayumi yang ndusel-ndusel.

"Om nggak punya, haduh, lagian emakmu, pake acara ikut rapat segala," ucap Narayan.

"Aruna, ini Ayumi minta Nyek." Narayan berusaha memberikan Ayumi pada Aruna.

"Nyek itu apa?" Aruna mengerutkan dahinya karena tidak tahu apa yang dimaksud Bosnya.

"Mimi Run, kamu kan perempuan, kamu punya," ucap Narayan dengan entengnya. Aruna langsung faham apa yang dimaksud bosnya.

"Heh sembarangan, saya punya tapi kan saya bukan busui, jadi nggak boleh," ucap Aruna. Suami saja belum merasakan, masa mau dikasih ke baby orang. Kasihan nanti mas suami.

"Mbak Hanin pasti bawa sufor, coba cek di tas mbak Hanin pak." Narayan langsung menghampiri mejanya, lalu membuka tas besar merk Cristian Dior. Benar saja, ada perlengkapan bayi juga sufor untuk Ayumi. Jika para selebritis memakai tas ini untuk bergaya-gaya saat arisan, berbeda dengan Hanin malah digunakan untuk membawa perlengkapan bayi. Sultan mah bebas yah. Coba kalau author, boro-boro Dior, tas karung bekas hampers lebaran aja disimpen baek-baek.🤣

Narayan meracik sufor untuk Ayumi, Ayumi langsung memegangnya sendiri lalu meminumnya, sepertinya Ayumi begitu haus.

"Kita ke mall aja yuk Run," ajak Narayan. Aruna melirik Narayan lalu menggeleng.

"Kenapa?"

"Ya saya lagi kerja, malah ngemall, saya digaji buat kerja di sini, bukan ngemall."

"Ngemall juga bagian dari kerjaan Aruna, bete banget kan gendong-gendong ini anak bayi di dalam ruangan doang, pasti ini bayi juga bakal bete," ucap Narayan sambil menimang-nimang Ayumi yang sedang asyik meminum sufornya.

"Biarin emak dia kerja, lagian songong banget, dateng-dateng mimpin rapat, malah saya yang disuruh mongmong, nggak ada akhlak ih punya kakak satu-satunya tapi modelan begitu." Narayan terlihat kesal tapi Aruna malah justru tergelak. Ini bukan hal pertama bagi Aruna, Aruna bahkan sering melihat Narayan yang dijewer mbak Hanin karena ya bosnya ini sangat bandel. Adiknya bandel, kakaknya bar-bar. Cocok pokoknya.

"Kita ngemall yuk Dek, kita naik odong-odong," ajak Narayan pada keponakannya. Ayumi hanya tersenyum lalu membelai lembut wajah Om nya.

"Ayo ah, bawa tuh tasnya sekalian takut di sana nanti haus lagi." Aruna mau tidak mau akhirnya mengikuti Narayan yang berjalan keluar ruangannya lalu menuju parkiran. Keduanya langsung menuju mall menggunakan pakaian kantor.

Sesampainya di mall keduanya langsung mencari tempat bermain anak-anak. Ayumi yang sudah bisa merangkak begitu senang melihat begitu banyak mainan yang ada di depannya. Aruna dan Narayan mengikuti kemanapun Ayumi merangkak.

"Ih cantik sekali anaknya mba, tapi pantes sih, mama papahnya saja ganteng dan cantik," ucap salah satu ibu-ibu yang sedang menunggui anak balitanya juga.

Aruna dan Narayan saling menatap lalu tersenyum pada ibu yang memuji Ayumi. Ah iya, kok jadi kaya pasangan suami istri yang sedang mengajak anaknya bermain.

"Kita memang serasi ya Run," bisik Nara meledek Aruna.

"Itu tidak mungkin Malih," ceplos Aruna. Eh si bos sengklek malah tergelak.

"Sok sokan nolak, yang lain pada pengen jadi istri saya tau Run, kamu malah nggak mau," ucap Narayan sambil terkekeh.

"Saya pengecualian, bos bukan type saya," celetuk Aruna pedas. Lagi-lagi Narayan tergelak.

"Kamu sukanya yang type berapa? type 27, 29, apa 30?" Aruna mengendikan bahunya. Si bos benar-benar sableng.

"Lucu kali ya Run kalau kita punya anak nanti kita bawa anak kita ke sini." Aruna mendelik, bos nya suka ngadi-ngadi kalau ngomong. Anak kita? anak kita? ogah .

"Ogah, kenapa nggak punya anak sama yang lain aja sih bos, kan banyak tuh wanita bos, jangan bayangin sama saya deh." Aruna mengerucutkan bibirnya. Membayangkan saja Aruna tidak pernah, dan Aruna tidak ingin sama sekali menjadi istri bosnya.

"Ya kalau cari buat ibu dari anak-anak saya harus dari wanita baik-baik lah Run, sekelas kamu lah." Narayan terkekeh.

"Jangan mimpi di siang bolong dong bos, maksiat jalan maunya dapat jodoh solehah, Allah juga eman-eman mau ngasihnya." Sudah tidak ada batasan apapun dalam hal menasehati Narayan. Dan Narayan justru malah menikmatinya.

"Ah kata siapa? buktinya saya makin kaya, makin ganteng, makin digilai wanita." Narayan terus saja berkilah.

"Eits, jangan seneng dulu pak Bos, itu namanya istidraj, hati-hati lhoo sama istidraj. " Aruna lalu menjelaskan lebih detail apa itu istiraj agar bosnya takut dan mengerti.

"Istidraj itu azab yang berupa kenikmatan yang sengaja diberikan pada seseorang. Jadi, Allah SWT menguji hamba-hambanya yang lalai dalam beribadah dengan melimpahkan mereka kenikmatan dunia. Padahal, segala hal yang dinikmati tersebut adalah suatu jebakan. Ingat bos, bos ada dalam jebakan.

Seorang umat yang tidak pernah menunaikan salat dan mengerjakan amalan lain, tetapi dilimpahkan rezeki begitu banyak. Padahal, kenikmatan yang membuat mereka terlena adalah sebuah jebakan atau azab dari Allah SWT. Allah lagi memalingkan mukanya darimu bos," ucap Aruna. Narayan langsung menelan salivanya. Tidak di kantor tidak di mall, Aruna masih tetap sama, tidak jauh-jauh dari menasehati Narayan. Tapi tidak sedikitpun Narayan tersinggung, justru Narayan berfikir, hanya Aruna yang perduli padanya.

"Doain dong Run, biar saya bisa secepatnya tobat," ucap Narayan.

"Tobat mah tobat aja dari sekarang, hidayah itu dicari, saya yang setiap hari menasehati bos, apa itu bukan sebuah usaha dan doa?" Eh Narayan malah nyengir. Cengar cengir tidak jelas. Aruna merasa kenapa sih bosnya berbeda, kenapa Narayan tidak seperti CEO di novel-novel romance. Kenapa Ceo nya begitu menyebalkan.🤣 Tapi Aruna sadar, CEO ganteng, bijaksana, dingin dan bucinan hanya ada di Novel, tidak di dunia nyatanya Aruna.🤭

"Tapi takut Run, kalau udah tobat nanti kumat lagi," celetuk Narayan.

"Kalau tobat langsung suci, namanya bukan manusia," ceplos Aruna.

☘️☘️☘️ Bersumbang alias bersambung...☘️☘️☘️

Jangan lupa, like komen dan vote yah. Author sudah kembali lagi nih di Noveltoon 🤭 Di aplikasi sebelah sudah ada 4 novel Alhamdulillah.

Bantu promo juga di akun sosmed kalian yah, makasih banyak.

Salam sayang,

SantyPuji

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ya bener thoor🤣🤣🤣

2022-11-28

0

Louisa Janis

Louisa Janis

cape Aruna

2022-04-12

0

Tayya

Tayya

novelmu keren thor, disisipin ilmu agama tp dibacanya ringan... 😍😍😍

2021-12-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!