"Tapi takut Run, kalau udah tobat nanti kumat lagi," celetuk Narayan.
"Kalau tobat langsung suci, namanya bukan manusia," ceplos Aruna.
"Tapi Run, kayanya dosa saya banyak banget, apa mungkin sih Allah ampuni saya?" Tanya Narayan. Nara juga sebenarnya sadar kok dengan apa yang dilakukan selama ini memanglah tidak benar, tapi egonya hati karena suatu kejadian yang membuatnya membenci wanita gampangan menjadikan dirinya masih terjerembab ke dalam dosa yang sama.
"Masalah dosa, saya juga punya banyak dosa lah bos, tapi bukannya saya bangga, logikanya gini, kurang apa sih Allah sayang sama kita, dan kita tau kalau kadang kala apa yang kita lakukan itu berdosa tapi kita tetap saja melakukannya, terus tobat, terus berdosa lagi, tobat lagi, berdosa lagi, Allah akan selalu membuka pintu maafnya, dan selalu memaafkan hambanya, jadi taubatlah sebelum mati," ucap Aruna tegas.
"Mota mati terus ih, masih muda nih," protes Narayan. Aruna melirik Nara dengan sinis, "Sudah saya bilang bapak, mati tidak mengenal tua ataupun muda, mati itu pasti, mati itu pengingat diri."
"Bantu ya Run," rengek Narayan.
"Niat, terus laksanakan, jangan cuma ngomong bantu ya Run, doain ya Run, saya sudah 6 bulan ini nggak lelah nasehatin bapak, apa itu tidak membantu namanya, tapi bapak cuma iya iya doang, bandel banget, jadi bantuan saya juga nggak menjamin kalau bapaknya masih saja JABEG," cetus Aruna. Pak bos malah tergelak.
"Iya juga sih Run."
"Iyi jigi sih Rin," Celetuk Aruna. Narayan kembali tergelak.
"Udah ah cape ah, pindah yuk, haus nih pak, masa Ayumi doang yang dikasih minum, saya juga mau minum pak," ajak Aruna untuk keluar dari tempat bermain ini.
"Saya kira kamu punya cadangan minum," ledek Narayan terkekeh.
"Yee, emang saya kuda nil."
"Kok kuda nil sih Run, yang punya cadangan minuman kan onta, bukan kuda nil," cerocos Narayan.
"Suka-suka saya dong pak," celetuk Aruna yang tengah menggendong Ayumi dalam pelukannya.
"Dasar yah wanita, selalu saja merasa benar," ucap Narayan. Aruna langsung mesam mesem sambil mengacungkan jempolnya.
"Ya memang benar, kapan wanita salah coba?" Aruna terkikik tengil melihat ekspresi bosnya menggaruk tengkuk.
"Wanita pernah salah, saat Siti Hawa menyuruh Nabi Adam makan buah kuldi, jangan lupakan sejarah itu," jawab Narayan. Seketika Aruna terdiam, melongo, merasa terjerembab, terjungkal dan terguling-guling mendengar jawaban dari bosnya.
"Run saya belikan minuman di sana yah, kamu gendong Ayumi dulu yah, duduk di sini aja." Narayan menyuruh Aruna duduk di salah satu kursi pengunjung mall. Narayan bergegas membeli minuman.
Selesai membeli minuman, Narayan menghampiri Aruna, memberikan Aruna segelas minuman, lalu mengambil Ayumi dari gendongan Aruna. Sweet kan, seperti pasangan suami istri.🤭
Aruna menyesap minuman yang diberikan bosnya. Sesekali memutar bungkus minumnya, lalu membaca tulisan yang ada di kemasan minum tersebut.
"Rasa matcha, lumayan enak juga ini pak." Aruna kembali meminumnya.
"Iya, sengaja saya belikan yang rasa matcha buat calon matcha depan saya," ujar Narayan sambil terkekeh. (Ciat ... ciat, silahkan dicopy gombalan dari Narayan🤣) Aruna memutar bola matanya, bos sengkleknya memang demen sekali menggombal. Untung saja hati Aruna buatan Allah, coba kalau buatan pabrik, sudah luluh lantah berserakan dimana-mana mendengar gombalan bos Nara.
"Sini Ayumi nya, giliran bos yang minum." Saat hendak mengambil Ayumi, Nara melarangnya.
"Saya bisa minum sambil gendong Ayumi kok, kamu duduk aja, istirahat, pasti lelah nemenin Ayumi main tadi." Aruna mengangguk. Aruna yang melihat baju Ayumi tersingkap, langsung membetulkannya, sesekali mengelus kepala Ayumi dengan lembut.
"Nara ..." Panggil seseorang dari kejauhan. Narayan dan Aruna langsung menengok ke arah sumber suara. Seseorang berlari kecil menghampiri Aruna dan Nara.
"Benarkan Nara?" tanya laki-laki tersebut. Narayan langsung tos lalu saling berpelukan.
"Hendra, haduh, apa kabar? masih inget aja sama aku," ucap Narayan.
"Ingetlah, eh ini siapa, istri sama anak kamu?" tanya Hendra tersenyum pada Aruna.
"Iya dong, cantik kan istri dan anakku?" Mendengar jawaban Narayan yang super ngawur, Aruna langsung mencubit lengan Narayan hingga mengaduh.
"Iya kamu pinter ya cari istri, cantik solehah begini."
"Iya dong, kalau nggak pinter, nggak mungkin dulu pas sekolah selalu juara umum," ucap Narayan jumawa.
"Bukan bukan Mas," celetuk Aruna. Hendra langsung terkekeh, "Istri kamu pasti lagi ngambek yah? istri aku kalau ngambek juga suka gitu, suami dilupain sama nggak dianggep."
Narayan tergelak, "Iya, ngambek minta nambah anak lagi, belum aku izinin, soalnya anak pertamaku saja masih kecil begini." Aruna mendelik, Aruna bergumam dalam hati jika bosnya ini sungguh percaya diri, pedenya ampun, nggak pakai diskon.
"Ya udah, aku buru-buru nih, istri aku juga lagi nungguin di resto sebelah sana, tadi aku izin ke toilet sebentar, sukses ya bro, semoga nambah momongan lagi." Hendra teman Narayan bergegas pergi menuju resto.
Narayan melirik Aruna, ternyata Aruna sedang menatapnya begitu seram.
"Ayo Run, bikin adek buat Ayumi, jangan ngambek lagi," ledek Narayan.
"Sinting," ceplos Aruna. Aruna beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menjauh dari Narayan. Narayan langsung mengejarnya sambil meledek Aruna agar mau menjadi istrinya lalu membuat Ayumi kecil versi Aruna dan Narayan.
☘️☘️☘️ bersambung...☘️☘️☘️
Jangan lupa like, komen dan Vote.
Salam sayang,
Santypuji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ummi Khai
Nara nih sebenernya suka keknya sama Aruna yekan. hobi bener ngeledek mulu.
2022-12-15
0
🌷💚SITI.R💚🌷
suka banget bos sm sekeetaris luar biasa..hati² ya jangan smpe trmakan rayuan gombaly nara
2022-11-28
0
Louisa Janis
hahahaha bisaan si Bos 😂😂
2022-04-12
0