Selesai dari toilet, Aruna langsung kembali lagi ke meja kerjanya, ia juga ingin mengingatkan kembali jadwal meeting pak Nara. Namun saat sampai di meja kerjanya, terdengar suara gaduh dari dalam ruangan pak Nara.
"Dasar sialan."
Aruna terkejut saat melihat wanita bahenol keluar dari ruangan pak Nara dengan umpatan dan mimik wajah yang penuh amarah.
Wanita dengan body semplohe itu menatap sinis ke arah Aruna lalu pergi meninggalkan kantor tanpa mengucapkan salam atau apalah sebagai tanda basa basi. Ah mana ada wanitanya pak Nara yang ramah tamah, Aruna sampai heran, pak Nara mungut dimana sih wanita-wanita seperti itu.
"Kamu jaga anak mbak, biar mbak yang rapat, keterlaluan kamu Nara." Kali ini yang keluar dari ruangan pak Nara adalah mbak Hanin, kakak pak Nara ya tentunya sekaligus pemilik perusahaan ini juga.
Sebelum pergi ke ruang rapat, mbak Hanin menghampiri Aruna terlebih dahulu.
"Kamu dari mana saja Na?" tanya Mbak Hanin.
"Dari toilet mbak, maaf tadi saya sudah memberi tahu pak Nara, tapi ya begitulah mbak." Hanya mbak Hanin yang mengerti repotnya jadi sekretaris bos sengklek.
"Yang sabar yah, ya sudah mbak mau rapat dulu, oh ya tolong jagain baby Ayumi yah, dia sama om nya di dalam." Mbak Hanin melenggang pergi menuju ruang rapat. Aruna bergegas menuju kantor pak Nara, tidak tega jika Ayumi diasuh oleh pak Nara.
Sebelum masuk, Aruna mengetuk pintu terlebih dahulu, setelah itu barulah masuk ke dalam. Pemandangan kali ini tidak semual sebelumnya, malah tampak adem. Pak Nara sedang menggendong Ayumi dengan penuh kasih sayang.
"Hemm, kenapa nggak bilang kalau ada mbak Hanin sih Run?" tanya pak Nara. Aruna mengendikan bahunya. Sudah salah, mau menyalahkan Aruna lagi, enak saja.
"Saya sudah telfon pak Nara puluhan kali, tapi malah dimatikan, ih nggak ngerti deh sama pak Nara, besok saya mau mengundurkan diri saja ah," ucap Aruna merajuk, rasanya semakin meresahkan saja kelakuan bosnya itu.
Narayan tergelak, selama 6 bulan ini Aruna mungkin sudah bicara seperti itu lebih dari 100 kali, buktinya tetap bertahan. Ucapan Aruna hanya gretakan sambel belaka.
"Sini Ayumi nya." Aruna mengambil paksa Ayumi dari gendongan Narayan.
"Jangan sampai kamu ketularan om ya dek," celetuk Aruna sambil mengelus pipi Ayumi yang gembul dan menggemaskan. Ayumi begitu cantik, mirip dengan ibunya. Saat ini usia Ayumi sudah 9 bulan, terlihat begitu menggemaskannya.
"Dih, om nya ganteng begini, pinter, kaya raya, masa nggak mau kaya om, gimana sih," kata Narayan jumawa.
"Iya tapi nggak ada akhlak," celetuk Aruna. Narayan bukannya marah tapi malah tergelak. Begitulah keduanya, jika sedang tidak membahas pekerjaan, ya mereka tidak membatasi obrolan layaknya karyawan dan bos, karena memang mereka berdua bersaudara, walaupun saudara jauh.
"Yang tadi cantik nggak Run?" Aruna mengendikan bahunya.
"Nggak usah nanya cantik atau nggak kalau ujungnya dighosting sama bapak," jawab Aruna. Lagi-lagi pak Nara hanya tergelak, dasar sinting. Kebanyakan bos besar memiliki hobi berkelas, main golf, atau apa kek, kalau bos satu ini mengoleksi mantan.
"Menikmati masa muda Run, nanti kalau sudah tua nggak bakal bisa hedon lagi," ucap pak Nara penuh percaya diri.
"Dih, jangan kepedean deh bapak, memangnya tahu umurnya bakal sampai tua? pak tau nggak, kan orang meninggal itu dalam keadaan hal yang biasa dilakukan, takutnya bapak lagi ngadon rujak bibir, tau2 dicabut nyawanya, nikmat enggak, pas melek mata sudah ganti alam, main rujak-rujakan sama cacing noh di dalam kubur. " Seperti biasa Aruna pasti akan mengingatkan Narayan dengan bahasanya. Walau bagaimanapun, Aruna ingin bosnya itu sadar.
"Jahara, doain saya mati cepet." Narayan menunjukan mimik wajah sebalnya.
"Nggak usah didoain mati juga semua yang bernyawa bakalan mati, katanya sekolah S2, S3 es doger, kok nggak ngerti sih sama yang beginian." Aruna selalu memiliki jawaban epik untuk menjawab pak Nara.
"Kamu berfikiran buruk terlalu jauh Run, saya cuma kissing kok," ucap Narayan sambil terkekeh.
"Kissing dibilang cuma, nanti diakhirat nggak ada tuh timbang menimbang pake kata cuma, jangan ngadi-ngadi deh bapak, zina mah zina aje, mana ini tempat kerja lagi, malah buat mesum, nggak baik tau, susah banget dibilanginnya." Bukannya mendengarkan, Narayan malah senyum-senyum melihat Aruna jika sedang menasehatinya, lucu, menggemaskan, nyrocos tiada henti.
"Inget lhoo pak, siksaan di neraka itu walaupun yang paling ringan, tapi tetap sakit, coba bayangin kalau pak Nara lagi disiksa terus gantian malaikat yang bilang, ini cuma jarum pentul yang dibakar Nara, bukan linggis." Narayan mengernyitkan dahinya. Aruna bocah tengil yang selalu mengingatkannya dengan siksaan pedihnya neraka berhasil membuat bulu kuduknya merinding.
"Jangan gitu dong Run, serem banget sih ih, saya nggak mau lah masuk neraka."
"Nggak mau masuk neraka, tapi kekakuannya gitu terus, merusak perempuan terus, ci pap pap terus, emangnya sudah punya orang dalem di akhirat? Maksiat jalan minta masuk surga, jangan ngadi-ngadi deh bos." 6 Bulan menasehati pak Nara itu sudah bagian dari hari-hari Aruna. Herannya, Aruna tidak pernah bosan.
"Hih Run, aku nggak ci pap pap, enak aje, begini-begini GUNAWAN masih perjaka tau," ucap Narayan.
Aruna mengerutkan dahinya, Aruna bingung, kenapa malah jadi bahas Gunawan, siapa tuh Gunawan.
"Gunawan siapa sih? kok jadi nyrempet-nyrempet ke orang lain segala."
Narayan menutup mulutnya menggunakan tangannya sambil senyum-senyum. Senyum mencurigakan.
"Mau tau Gunawan?" Aruna refleks mengangguk.
"Gunawan itu, Gundul dan menawan yang ada di bawah sini, masih perjaka ini." Aruna langsung mendelik mendengar jawaban konyol dari Narayan.
☘️ Bersambung....
(Jangan lupa like, komen dan Vote. Bantu Author yah, lagi mengikuti lomba write season 5, bantu like dan promosikan di akun sosial media kalian, terimakasih)
Salam sayang,
Santy Puji
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ummi Khai
baguuuss Run, nasehatin sampe berbusa itu bos sengklek 😂😂😂
2022-12-15
0
🌷💚SITI.R💚🌷
ada jg tuh si gunawan
2022-11-28
0
🌈Pelangiku
🙏🙏telat mampir ka'..
bagus ceritanya...
kasiaaan yg punya nama Gunawan🤭
2022-09-30
0