episode 3

Episode 3

Sekian banyaknya yang di wawancara,  hingga tibalah giliran Cia yang akan segera dipanggil.

“Aku harap ini bukan termasuk ajal yang menjemputku, “ gumamnya sambil mengaitkan kedua telapak tangannya untuk berdoa.

“Jangan sampai mati kutu di dalam sana Cia. “ Ujarnya sambil merapikan setiap detail pakaiannya.

“Cia Bernadio.. “panggil seseorang dari dalam ruangan itu.

Deg... Deg... Deg...

“Bismillah... “ batinnya

Ceklek...

Hawa dingin dari dalam ruangan itu langsung menyambut Cia yang menegang dan terpaku di posisinya.

“Hei kau sedang apa diam disitu saja? Segera duduk, saya akan mulai wawancaranya. “ titah Leon

“Bisakah kau tidak melamun? Tidak sopan sekali kau, “ ucap lelaki paruh baya di sebelah Leon.

“Eh... Ma.. Maaf Pak, saya gerogi nih! “ gagap Cia, ini masalah yang bersangkutan dengan hidupnya pantas saja Cia menjadi gugup.

“Ya sudah, saya mulai saja biar cepat. “ Leon heran dengan peserta  ini, sesi wawancara hanyalah mengajukan jawaban atas pertanyaan nanti, entahlah kenapa Cia seperti akan ditanya oleh malaikat di alam kuburan.

“Apa motivasi kau saat mau melamar pekerjaan? “

“Sudah pasti saya ingin mencari uang untuk keluarga, kenapa bertanya hal sepele sih pak? “

“Ya terserah saya, “ ujar Leon, Cia hanya menghela nafas pasrah.

“Bagaimana kau bisa tahu mengenai lamaran kerja ini? Dan apa yang dapat kau berikan sebagai kontribusi untuk perusahaan? “ tanya Leon

“Kalau untuk darimana saya tahu, sudah pastilah dari internet, untuk kontribusi saya kepada perusahaan, dengan tenaga saya saat bekerja, bukankah saya akan mengabdikan diri pada perusahaan?! “

“Ya kau benar, seorang pegawai kantoran sudah semestinya kau berkontribusi dalam hal tenaga dan tanggungjawab dalam tugas nantinya. “

“Berarti saya diterima dong pak? Anda bilang nantinya, “ wajah yang tadinya biasa saja kini malah berseri-seri.

“Ya belum tentu juga saya menerima kau, masih ada seseorang yang lebih baik dari kau nantinya, mungkin!” sanggah Leon

“Oh gitu ya pak. “ lesu sudah Cia, wajah cerah hilang seketika mendengar tuturan itu.

“Baiklah cukup untuk kau, silakan keluar. “ Cia mengangguk tanpa berkomentar apapun, kini dirinya tidak bersemangat sekali.

*

 

Usainya wawancara, perut Cia berbunyi keras, ia mengelus permukaan perutnya dari luar.

“Laparnya aku, mau makan semua makanan rasanya, pengen ini itu juga. “ ujarnya, di sekelilingnya banyak sekali pedagang makanan dan minuman, Cia yang melihat itu menelan ludah.

“Gini ini kalau dah lapar, jadi rakus aku! “ Cia lanjut berjalan menghampiri salah satu pedagang yang menjual gado-gado, di sampingannya pun ada yang berjualan es degan kelapa, tambah merembes ludahnya di dalam mulutnya.

“pak gado-gado satu pedes ya! “ ucapnya yang diangguki sang penjual.

“Okeh mbak! “ jawabnya

Tak lama kemudian, gado-gado Cia sudah di hadapannya, porsi yang sangat banyak hingga menggunung di atas piring, serta segelas es degan berukuran sedang dengan campuran kelapa.

“Happ... “ Cia pun mencaplok sesuap gado-gado itu, mengunyah perlahan-lahan agar rasa dari saus kacang yang menyatu dengan komponen isi gado-gado bisa terasa di mulutnya.

“Nikmat mana yang engkau dustai Tuhan, ini mah enak banget! “ batinnya memejamkan mata

“Gleg...Sruppp.. “ begitu menelan makanannya, Cia berganti dengan menyeruput air degan yang tampak segar dipandang mata.

“Apalagi yang ini tambah mantaplah! “

Cia menhirup udara banyak-banyak, lega rasanya setelah makan, perutnya terisi penuh dan kini waktunya pulang, sebelum dirinya tidak menemukan bus seperti kemarin lagi.

...

Di kamarnya, Cia merasa gabut tidak ada kerjaan, tapi ia malas juga untuk bergerak turun dari kasurnya itu. Kemudian, terlintas sosok tampan ketika Cia wawancara. Tepat di depannya, wajah yang sekilas tadi melihatkan senyuman tipis, hampir membuatnya terlena dan lupa daratan.

“Baru pertamanya aku nemu cowok ganteng, pantes aja tadi deg-degan banget. “ gumamnya

“Gak nyangka aku, bisa lihat cowok itu, juga dia  calon bos aku. “ imbuhnya

Lamanya Cia sibuk dengan pikirannya, sampai dia terlelap.

*

Leon sudah mengambil keputusan dari limapuluh calon karyawan tadi, ia menerima tiga puluh enam orang, perusahaannya jujur saja sedang kekurangan karyawan meskipun tak banyak. Kantor akhir-akhir ini sangat padat akan proyek serta kerja sama dengan perusahaan lainnya. Semakin baik juga, sebab sejak perusahaan diambil alih oleh dirinya, jadi bertambah sukses dan membentangkan sayapnya hingga mendunia.

“Kayaknya kantor lagi sibuk banget ya Leon? “ tanya papinya

“Ya gitu lah Pa, alhamdulillah makin berkembang pesat, “ ujar Leon

“Okelah dengan masa karirmu  terus gimana dengan masa depan dan asmaramu Le? “

“Kamu gak berencana ngebujang lapuk kan? “ tatapan selidik muncul dari wajah papinya.

“Ya nggak kali Pa, masih belum nemu, juga Leon gak asal milih cewek, apalagi sangkut pautnya sama masa depan Leon. “ sanggah Leon

“Ya sudah, penting kamu berusaha mencari bukan menunggu pendamping menghampiri kamu. “

“Papi tenang aja deh, serahin sama Leon, Papi bantu do'a supaya Leon gak salah milih nantinya. “

“Sudah pasti kami sebagai orang tua akan mengiringi do'a buat kamu Leon. “ ujar Papinya lalu pergi menuju kamar menemani sang istri.

*

Sejak pelaksanaan wawancara, semua calon yang telah diterima sudah menerima pesan dari pihak perusahaan. Senang bukan main, akhirnya masa depan Cia terlihat jelas dan cerah, tidak seperti dulu yang lagi surup-surupnya.

“Bu, MasyaAllah, Cia keterima loh, besok bisa langsung mulai kerja, Bu! “ jeritnya

“Ya bagus kalau gitu Ci, Ibu ikut senang dan berikan kesan yang baik saat hari pertama kerja ya! “ ucap Ibunya

“Pastilah bu... “ Cia kembali ke kamarnya untuk mencari kemeja kerjanya yang baru. Cia ini wanita yang suka sekali dengan model celana ketimbang memakai rok spanduk, membuatnya susah jalan dan tak nyaman.

Hingga sinar mentari tertib menelusupkan cahayanya di sela gorden kamarnya. Matanya tampak ringan dan badannya sangat segar. Semangat muncul membara-bara, Cia melangkah gesit masuk ke kamar mandi dan segera sarapan sebelum berangkat kerja.

“Bu, Cia  Mau berangkat kerja dulu ya! “

“Kamu itu kalau makan ditelan dululah, masa sambil masang kaus kaki, gak bagus cewek kayak gitu,” tegur Ibunya

“Aduh bu, gak sempat nanti kalo gak sekali kerja selesai dua kerjaan, Assalamualaikum, “ pamitnya lalu pergi menjauh dari rumahnya.

Cia berlari dengan cepat menggunakan sepatu fantofel wanita, melupakan sakitnya tumit yang dirasakannya. Hingga sampailah di Halte bus, bertepatan dengan datangnya bus, buru- buru lekas masuk ke dalam agar mendapatkan tempat duduk dekat pintu keluar.

“hutff... Capek banget lari pakek sepatu kayak gini,” ucap Cia sambil memijat pelan kakinya. Digeledah tas kerjanya, mencari headset waktu selingan seperti ini sangatlah pas untuk mendengarkan musik sebagai menyambut aktivitas paginya.

*

Setelah, melaksanakan brifing pagi kemudian kembali menuju meja kerja masing-masing. Ketika di meja kerja tadi, hari pertama mereka bekerja sangat memberikan kesan mengenaskan, tumpukan kertas sudah di sediakan di setiap meja karyawan baru.

“Hiks... Ekspetasiku di luar apa yang ku pikirkan, bekerja tidak sesuai porsi karyawan baru dan pemula, “ batinnya dalam hati menatap nanar kertas itu.

Bagaimana lagi, semua sudah diperjuangkan oleh Cia dan jangan disia-siakan, akhirnya Cia memulai pekerjaan dengan cermat dan cepat.

Tak terasa waktu makan siang tiba, kurang satu tumpukan yang perlu ia selesaikan lalu memanjakan perut laparnya.

“Kenapa jamnya cepet banget sih? Kurang dikit lagi nih aku, mana tumpukan satu tebalnya udah kayak buku novel sih! “ gerutunya yang terus fokus pada layar komputer dan kertas itu.

Beberapa menit setelahnya, Cia meregangkan kedua tanganya untuk melemaskan otot tegangnya.

“Yosh... Waktunya makan, “ ujarnya namun matanya mendelik tajam ketika waktu makan siangnya hampir habis kurang 10 menit sebelum berakhir.

Cia melangkah cepat menuju kantin kantor, segera mencari nampan dan piring untuk menaruh lauk pauknya.

“Dahlah, ambil sembarang saja, enak gaknya pokok aku makan, “ Cia mendudukan pantatnya di kursi kosong dan melahap makanannya.

Seret itulah yang dia rasakan pada kerongkongannya saat ini, dirinya lupa mengambil air putih untuk membantunya menelan makanan ini. Namun...

Tekk...

Leon yang tak sengaja melihat karyawannya kesusahan menelan itu, berinisiatif membantu mengambilkan segelas air.

“Pelan makannya,” ucap seseorang, Cia reflek mendangakkan kepala dan ia melihat malaikat tampan di depannya kini.

“Tampan juga dia, “ batinnya

Leon hanya memandangi wajah karyawan perempuan itu, lalu melenggang pergi. Tersadar kalau lelaki itu pergi Cia pun, “Terimakasih sudah mengambilkan air Bos, “.

Leon hanya mengangguk dan memasuki lift khusus. Sementara Cia, pikirannya sudah sibuk dengan pesona yang tak terhindarkan oleh iris matanya.

.

.

.

.

.

.

jika suka jangan lupa like, komen, dan vote kalian ya...

biar aku tambah semangat up ke depannya

 

 

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ♚⃝҉𓆊ᴅᴇᴡᷢɪͣ ғͭᴏᷡʀͣᴛᴜɴᴀᴀᷟ

☠ᵏᵋᶜᶟ♚⃝҉𓆊ᴅᴇᴡᷢɪͣ ғͭᴏᷡʀͣᴛᴜɴᴀᴀᷟ

like mendarat ... mampir juga ya! maaf baru bisa baca sampai bab ini. semangat

2021-06-26

0

mutoharoh

mutoharoh

😍😍😍😍😍😍

mampir juga yah kak author ke tempatku 🤗

2021-06-26

0

IF

IF

wah Cia kalo ditanya jawabnya jutek🤭 (yang lamar kerja mah ikut ae 🤭), untung leon ganteng ya Ci...

2021-06-21

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 82 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!